Judul : ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA Ny. “R” GIIIP1A1 USIA KEHAMILAN 33 MINGGU 4 HARI DENGAN KEK DI POLINDES BANGILAN KECAMATAN KAPAS KABUPATEN BOJONEGORO BAB 2
link : ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA Ny. “R” GIIIP1A1 USIA KEHAMILAN 33 MINGGU 4 HARI DENGAN KEK DI POLINDES BANGILAN KECAMATAN KAPAS KABUPATEN BOJONEGORO BAB 2
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA Ny. “R” GIIIP1A1 USIA KEHAMILAN 33 MINGGU 4 HARI DENGAN KEK DI POLINDES BANGILAN KECAMATAN KAPAS KABUPATEN BOJONEGORO BAB 2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Kehamilan Trimester III
2.1.1
Pengertian
Kehamilan merupakan suatu proses
dari kehidupan seorang wanita, dimana dengan adanya proses ini akan menyebabkan
perubahan pada ibu tersebut, yang meliputi perubahan fisik, mental, dan
sosialnya (Dewi dan Sunarsih, 2014).
Kehamilan merupakan proses alamiah untuk menjaga kelangsungan peradaban
manusia. Kehamilan baru bisa terjadi jika seorang wanita sudah mengalami
pubertas yang ditandai dengan terjadinya menstruasi (Sulistyawati, 2009).
Lamanya kehamilan mulai dari ovulasi sampai partus
adalah kira-kira 280 hari (40 minggu). Bila kehamilan lebih dari 43 minggu
disebut kehamilan postmatur, kehamilan antara 28 dan 36 minggu disebut
kehamilan prematur. Sedangkan kehamilan 37 sampai 42 minggu disebut kehamilan
mature (cukup bulan) (Prawirohardjo,
2009). Ditinjau dari tuanya kehamilan, kehamilan dibagi menjadi 3 bagian, yaitu
kehamilan triwulan pertama (0-12 minggu), triwulan kedua (12-28 minggu) dan
kehamilan triwulan ketiga (28-40 minggu) (Prawirohardjo, 2009).
2.1.2
Tujuan
Asuhan Antenatal
Menurut Hani et al
(2014) tujuan utama asuhan antenatal
adalah sebagai berikut.
1. Untuk
memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu maupun bayinya dengan cara
membina hubungan saling percaya dengan ibu.
2. Mendeteksi
komplikasi yang dapat mengancam jiwa.
3. Mempersiapkan
kelahiran.
4. Memberikan
pendidikan.
Tujuan asuhan
antenatal yang lain adalah sebagai berikut.
1.
Memantau
kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.
2.
Meningkatkan
dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan juga bayi.
3.
Mengenali
secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama
hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan, dan pembedahan.
4.
Mempersiapkan
persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal
mungkin.
5.
Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan
pemberian ASI eksklusif.
6.
Mempersiapkan
peran ibu dan keluarga
dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.
2.1.3
Perubahan
fisik ibu dan janin trimester III
Pada usia kehamilan 28 minggu,
fundus berada pada pertengahan antara pusat dan sifoideus. Pada usia kehamilan 32-36 minggu, fundus mencapai
prosesus sifoideus. Payudara penuh
dan nyeri tekan. Sering BAK kembali terjadi. Sekitar usia 38 minggu bayi
masuk/turun kedalam panggul. Sakit punggung dan sering BAK meningkat. Ibu
mungkin menjadi susah tidur. Kontraksi Braxton
Hicks meningkat. Menurut Dewi & Sunarsih (2014) adapun perubahan dari
bulan ke bulan adalah sebagai berikut:
1. Minggu
ke-28/bulan ke-7.
Fundus berada dipertengahan antara
pusat dan sifoideus. Hemoroid mungkin
terjadi. Pernafasan dada menggantikan pernafasan perut. Garis bentuk janin
dapat dipalpasi. Rasa panas dalam perut mungkin mulai terasa.
2. Minggu
ke-32/bulan ke-8.
Fundus mencapai prosesus
sifoideus, payudara penuh, dan nyeri tekan. Sering BAK mungkin kembali terjadi.
Selain itu, mungkin juga mengalami dyspnea.
3. Minggu
ke-38/bulan ke-9.
Penurunan bayi kedalam pelvis/ panggul ibu (lightening). Plasenta setebal hampir 4
kali waktu usia kehamilan 18 minggu dan beratnya 0,5-0,6 kg. sakit punggung dan
sering BAK meningkat. Braxton Hicks
meningkat karena serviks dan segmen
bawah rahim disiapkan untuk persalinan.
2.1.4
Perubahan Psikologis
Pada Ibu Hamil
Selama hamil kebanyakan wanita
mengalami perubahan psikologis dan emosional. Sering kali kita mendengar
seorang wanita mengatakan betapa bahagianya karena menjadi seorang ibu dan
telah memilih sebuah nama untuk bayi yang akan dilahirkannya. Namun, tidak
jarang ada wanita yang merasa khawatir kalau terjadi masalah dalam kehamilannya,
khawatir kalau ada kemungkinan dia kehilangan kecantikannya, dan kemungkinan
bayinya tidak normal. Sebagai seorang bidan, anda harus menyadari adanya perubahan-perubahan
tersebut pada wanita hamil agar dapat memberikan dukungan dan memperhatikan
keprihatinan, kehamilan, ketakutan, dan pertanyaannya (Dewi & Sunarsih,
2014).
Perubahan
Psikologis Trimester III (Periode Penantian Dengan Penuh Kewaspadaan)
1. Rasa
tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh, dan tidak menarik.
2. Merasa
tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat waktu.
3.
Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat melahirkan, khawatir akan keselamatannya.
4.
Khawatir
bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal, bermimpi yang
mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya.
5.
Merasa
sedih akan terpisah dari bayinya.
6.
Merasa
kehilangan perhatian.
7.
Perasaan
mudah terluka (sensitif).
8.
Libido menurun.
(Sulistyawati, 2009).
2.1.5
Perubahan
Anatomi dan Adaptasi Fisiologi pada Ibu Hamil
1. Uterus
a. Ukuran
Untuk akomodasi pertumbuhan janin, rahim membesar akibat hipertrofi dan hiperplasi otot polos rahim, serabut-serabut kolagennya menjadi higroskopik, endometrium menjadi desidua. Ukuran pada kehamilan cukup bulan
adalah 30×25×20 cm dengan kapasitas lebih dari 4000 cc (Dewi dan Sunarsih, 2014).
b. Berat
Berat uterus naik secara luar biasa
dari 30 gram 1000 gram pada akhir kehamilan (40 minggu) (Dewi dan Sunarsih, 2014).
c. Bentuk
dan konsistensi
Pada bulan-bulan pertama kehamilan,
bentuk rahim seperti buah alpukat. Pada kehamilan empat bulan berbentuk bulat,
sedangkan pada akhir kehamilan berbentuk bujur telur. Ukuran rahim kira-kira
sebesar telur ayam, pada kehamilan dua bulan sebesar telur bebek, dan kehamilan
tiga bulan sebesar telur angsa. Pada minggu pertama, isthmus rahim hipertrofi
dan bertambah panjang sehingga bila diraba terasa lebih panjang dan terasa
lebih lunak (soft), keadaan ini disebut tanda Hegar. Pada kehamilan lima bulan , rahim teraba seperti terisi
cairan ketuban dan dinding rahim terasa tipis. Hal itu karena bagian-bagian
janin dapat diraba melalui dinding perut dan dinding rahim (Dewi dan Sunarsih,
2014).
d. Posisi
rahim
1)
Pada permulaan kehamilan, dalam letak antefleksi atau retofleksi.
2) Pada
empat bulan kehamilan, rahim tetap berada dalam rongga pelvis.
3) Setelah
itu, mulai memasuki rongga perut yang dalam pembesarannya dapat mencapai batas
hati.
4) Rahim
yang hamil biasanya mobilitasnya, lebih mengisi rongga abdomen kanan atau kiri.
(Dewi
dan Sunarsih, 2014).
e. Vaskularisasi
Arteri uterin dan arteri ovarika bertambah dalam diameter panjang dan anak-anak
cabangnya. Pembuluh darah balik (vena)
mengembang dan betambah (Dewi dan Sunarsih, 2014).
f. Gambaran
besarnya rahim dan tuanya kehamilan.
1) Pada
kehamilan 28 minggu, tinggi fundus uteri terletak 2-3 jari di atas pusat. Menurut
Spiegelberg, pada umur kehamilan ini,
fundus uteri dari simfisis adalah 26,7 cm diatas simfisis.
2) Pada
kehamilan 36 minggu, tinggi fundus uteri
terletak 3 jari dibawah prosesus
sifoideus.
3) Pada
kehamilan 40 minggu, tinggi fundus uteri
terletak sama dengan 8 bulan, tetapi melebar ke samping yaitu terletak diantara
pertengahan pusat dan prosesus sifoideus.
(Dewi
dan Sunarsih, 2014).
2.
Serviks Uteri
Serviks
bertambah vaskularisasinya dan
menjadi lunak (soft) yang disebut dengan tanda Goodell. Kelenjar endoservikal
membesar dan mengeluarkan banyak cairan mukus. Oleh karena pertambahan dan
pelebaran pembuluh darah, warnanya menjadi livid
yang disebut tanda Chadwic (Dewi dan
Sunarsih, 2014).
3. Ovarium
(indung telur)
Saat ovulasi terhenti masih terdapat
korpus luteum graviditas sampai terbentuknya plasenta yang mengambil alih
pengeluaran estrogen dan progestoren (kira-kira pada kehmilan 16 minggu dan korpus luteum graviditas berdiameter
kurang lebih 3 cm). Kadar relaksin di
sirkulasi maternal dapat di tentukan dan meningkat dalam trimester pertama. Relaksin mempunyai pengaruh menenangkan
hingga pertumbuhan janin menjadi baik hingga aterm (Dewi dan Sunarsih, 2014).
Tidak terjadi pembentukan folikel
baru dan hanya terlihat perkembangan dari korpus
luteum (Hani et al. 2014).
4. Vagina
dan Vulva
Vagina dan vulva mengalami perubahan
karena pengaruh estrogen. Akibat dari hipervaskularisasi, vagina dan vulva
terlihat lebih merah atau kebiruan. Warna livid
pada vagina atau portio serviks disebut
tanda Chadwick (Dewi dan Sunarsih,
2014).
5. Payudara
Selama kehamilan payudara bertambah besar, tegang,
dan berat. Dapat teraba nodul-nodul
akibat hipertrofi alveoli, bayangan
vena vena lebih membiru. Hiperpigmentasi pada puting susu dan areola payudara. Apalagi di peras akan
keluar ai susu (kolostrum) berwarna
kuning (Dewi dan Sunarsih, 2014).
Perkembangan payudara ini terjadi karena pengaruh
hormon saat kehamilan yaitu estrogen, progesteron, dan somatomamotropin.
1. Fungsi hormon
yang mempersiapkan payudara untuk pemberi-an
ASI antara lain sebagai berikut :
a. Estrogen
1) Menimbulkan hipertrofit sistem saluran payudara.
2) Menimbulkan
penimbunan lemak, air, serta garam sehingga payudara tampak besar.
3) Tekanan saraf
akibat penimbunan lemak, air dan garam menyebabkan rasa sakit pada payudara.
b. Progesteron
1) Mempersiapkan asinus
sehingga dapat berfungsi.
2) Menambah sel asinus.
c.
Somatomamotropin
1) Memengaruhi sel asinus untuk membuat kasein,
laktalbumin, dan laktoglobulin.
2) Penimbunan lemak
sekitar alveolus payudara.
2. Perubahan payudara
pada ibu hamil sebagai berikut :
a.
Payudara menjadi lebih besar.
b.
Areola payudara makin hitam
karena hiperpigmentasi.
c.
Glandula montgomery makin tampak
menonjol di permuka-an areola mamae.
d.
Pada kehamilan 12 minggu ke atas puting susu akan keluar cairan putih
jernih (kolostrum) yang berasal dari
kelenjar asinus yang mulai bereaksi.
e.
Pengeluaram ASI belum terjadi karena prolaktin
di tekan oleh PIH (Prolacctine Inhibiting hormone).
f.
Setelah persalinan, dan melahirkan plasenta, maka pengaruh estrogen, progesteron,
somatommotropin terhadap hipotalamus hilang sehingga prolaktin dapat di keluarkan dan laktasi
terjadi.
(Dewi dan Sunarsih, 2014).
6. Sistem Kekebalan/Imun
Sistem imun adalah suatu organisasi yang terdiri atas
sel-sel dan molekul-molekul yang memiliki peranan khusus dalam menciptakan
suatu sistem pertahanan tubuh terhadap infeksi atau benda asing. Terdapat dua
jenis respons imun yang berbeda secara fundamental,
yaitu (1) respons yang bersifat innate (alami
/ non spesifik), yang berarti bahwa respons imun tersebut akan selalu sama
seberapa pun seringnya antigen tersebut masuk kedalam tubuh, dan (2) respons
yang bersifat adaptif (didapat/spesifik), yang berarti bahwa akan terjadi
perubahan respons imun menjadi lebih adekuat seiring dengan semakin seringnya
antigen tersebut masuk ke dalam tubuh (Prawirohardjo,2009).
Ibu hamil sangat peka terhadap terjadinya
infeksi dari berbagai mikroorganisme. Secara fisiologik sistem imun pada ibu
hamil menurun, kemungkinan sebagai akibat dari toleransi sistem imun ibu
terhadap bayi yang merupakan jaringan semi-alogenik, meskipun tidak memberikan
pengaruh secara klinik. Bayi intra uterin baru membentuk sistem imun pada usia
kehamilan sekitar 12 minggu, kemudian meningkat dan pada kehamilan 26 minggu
hampir sama dengan sistem imun pada ibu hamil itu sendiri. Pada perinatal bayi
mendapat antibodi yang dimiliki oleh ibu, tetapi setelah 2 bulan antibodi akan
menurun. Secara anatomik dan fisiologik ibu hamil juga mengalami perubahan,
misalnya pada ginjal dan saluran kencing sehingga mempermudah terjadinya
infeksi (Prawirohardjo, 2009).
7. Sistem
Pencernaan
Perubahan
sistem pencernaan yang dirasakan ibu hamil pada trimester II dan III adalah sebagai
berikut:
Biasanya terjadi konstipasi
karena pengaruh hormon progesteron yang meningkat. Salain itu, perut kembung
juga terjadi karena adanya tekanan uterus yang membesar dalam rongga perut yang
mendesak organ-organ dalam perut khususnya saluran pencernaan, usus besar, ke
arah atas dan lateral. Wasir (hemoroid) cukup sering terjadi pada kehamilan.
Sebagian besar hal ini terjadi akibat konstipasi dan naiknya tekanan vena-vena
di bawah uterus termasuk vena hemoroidal.
Panas perut terjadi karena terjadinya aliran balik asam gastrik ke dalam esofagus bagian bawah (Dewi dan
Sunarsih, 2014).
8. Sistem
Muskuloskeletal
Sistem muskuloskeletal
merupakan penunjang bentuk tubuh dan bertanggung jawab terhadap pergerakan.
Pengaruh dari peningkatan estrogen, progesteron, dan
elastin dalam kehamilan menyebabkan keemahan jaringan ikat serta ketidak seimbangan
persedian.
Akibat dari perubahan fisik selama kehamilan sebagai
berikut :
a. Peregangan
otot-otot.
b. Pelunakan
ligamen-ligamen.
Area yang paling dipengaruhi perubahan-perubahan
tersebut adalah sebagai berikut :
a. Tulang
belakang (curva lumbar yang
berlebihan).
b. Otot-otot
abdominal (meregang keatas uterus hamil).
c. Otot
dasar panggul (menahan berat badan dan tekanan uterus).
(Dewi
dan Sunarsih, 2014).
Bagi ibu hamil, bagian ini merupakan titik-titik
kelemahan struktural dan bagian bermasalah yang potensional dikrenakan beban
yang menekan kehamilan. Oleh karena itu, masalah portus merupakan hal biasa
dalam kehamilan :
a. Bertambahnya
beban dan perubahan struktur dalam kehamilan mengubah dimensi tubuh dan pusat
gravitasi.
b. Ibu
hamil mempunyai kecenderungan besar dalam membentur benda-benda (menghasilkan
memar biru) dan kehilangan keseimbangan (lalu jatuh).
(Dewi dan Sunarsih, 2014).
Perubahan sistem muskuloskeletal
yang dirasakan pada ibu hamil trimester II dan III adalah sebagai berikut
:
Hormon progesteron dan hormon relaksasi menyebabkan
relaksasi jaringan ikat otot-otot. Hal ini terjadi maksimal pada satu minggu
terakhir kehamilan. Proses relaksasi ini memberikan kesempatan pada panggul
untuk meningkatkan kapasitasnya sebagai persiapan proses persalinan, tulang
pubis melunak menyerupai tulang sendi, sambungan sendi sacrococcigus mengendur membuat tulang koksigis bergeser kearah
belakang sendi punggul yang tidak stabil. Hal ini menyebablan sakit pinggang.
Postur tubuh wanita secara bertahab mengalami perubahan karena janin membesar
dalam adomen sehingga untuk mengopensasi penambahan berat ini, bahu lebih
tetarik kebelakang dan tulang lebih melengkung, sendi tulang belakang lebih
lentur, dan dapat menyebabkan nyeri punggung pada beberapawanita (Dewi dan
Sunarsih, 2014).
Lordosis progresif
merupakan gambaran yang khas pada kehamilan normal. Untuk mengompensasi posisi
anterior uterus yang semakin membesar, lordosis menggeser pusat grafitasi
kebelakang pada tungkai bawah. Mobiltas sakroliaka,
sakrokoksigeal, dan sendi pubis bertambah besar, serta menyebabkan
rasa tidak nyaman dibawah punggung,
khususnya pada ahir kehamilan. Selama trimester akhir, rasa pea, mati rasa, lemah
dialami oleh anggota badan atas yang disebabkan lordosis yang disebabkan fleksi
anterior leher dan merosotnya lingkar bahu sehingga menimbulkan traksi pada nervus ulnaris dan medianus.
Ligamen rotundum mengalami hipertrofi dan mendapatan tekanan dari
uterus yang mengakibatkan rasa nyeri pada ligamen tersebut (Dewi dan Sunarsih,
2014).
2.1.6
Tanda Bahaya
Ibu dan Janin Masa Kehamilan Lanjut
Menurut Hani et al (2014) tanda bahaya
ibu dan janin pada usia kehamilan lanjut adalah:
1. Perdarahan
per Vaginam
Perdarahan pada kehamilan setelah 22
minggu sampai sebelum bayi dilahirkan dinamakan perdarahan intrapartum sebelum
kelahiran.
Perdarahan pada akhir kehamilan,
perdarahan yang tidak normal adalah merah, banyak dan kadang-kadang, tetapi
tidak selalu disertai dengan rasa nyeri. Perdarahan seperti ini bisa berarti
plasenta previa atau abrupsi plasenta
2. Sakit
Kepala Yang Hebat dan Menetap
Sakit kepala selama kehamilan adalah
umum, dan sering kali merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan.
Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah yang serius adalah sakit kepala
hebat yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat. Kadang-kadang dengan
sakit kepala yang hebat tersebut ibu mungkin mengalami penglihatan yang kabur
atau berbayang. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari pre-eklampsia.
3. Perubahan
Visual secara Tiba-tiba
Karena pengaruh hormonal dalam
kehamilan, ketajaman visual ibu dapat
berubah. Perubahan yang kecil adalah normal. Masalah visual yang mengindikasikan keadaan yang mengancam jiwa adalah
perubahan visual yang mendadak, misalnya pandangan kabur atau terbayang dan berbintik-bintik.
Perubahan visual mungki disertai
dengan sakit kepala yang hebat. Perubahan visual
mendadak mungkin merupakan suatu tanda pre-eklampsia.
4. Nyeri
Abodomen yang Hebat
Nyeri abdomen yang tidak berhubungan
dengan persalinan normal adalah tidak normal. Nyeri abdomen yang mungkin
menunjukkan masalah yang mengancam keselamatan jiwa adalah yang hebat, menetap,
dan tidak hilang setelah beristirahat. Hal ini bisa berarti apendisitis, kehamilan ektopik, penyakit radang pelvis, persalinan preterm, gastritis,
penyakit kantong empedu, iritasi uterus, abrupsi
plasenta, ISK (Infeksi Saluran Kencing), dan lain-lain.
5. Bengkak
pada Muka atau Tangan
Hampir separuh dari ibu-ibu akan
mengalami bengkak yang normal pada kaki yang biasanya muncul pada sore hari dan
biasanya hilang setelah beristirahat atau meletakkannya lebih tinggi. Bengkak dapat menunjukkan
adanya masalah serius jika muncul pada permukaan muka dan tangan, tidak hilang
setelah beristirahat, dan diikuti dengan keluhan fisik yang lain. Hal ini bisa
merupakan pertanda anemia, gagal jantung, atau preeklampsia.
6. Bayi
Kurang Bergerak seperti Biasa
Ibu mulai merasakan gerakan bayinya
selama bulan ke-5 atau ke-6, beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih
awal. Jika bayi tidur, gerakannya akan melemah. Bayi harus bergerak paling
sedikit 3 kai dalam periode 3 jam. Gerakan bayi akan lebih mudah terasa jika
berbaring atau beristirahat dan jika makan dan minum dengan baik.
2.1.7
Kebutuhan
Dasar Ibu Hamil
Menurut Sulistyawati (2009) kebutuhan dasar ibu hamil adalah:
1. Senam
hamil
Kegunaan senam hamil adalah
melancarkan sirkulasi darah, nafsu makan bertambah, pencernaan menjadi lebih
baik, dan tidur menjadi lebih nyenyak. Bidan hendaknya menyarankan agar ibu
hamil melakukan masing-masing gerakan sebanyak dua kali pada awal latihan dan
dilanjutkan dengan kecepatan dan frekuensi menurut kemampuan dan kehendak
mereka sendiri minimal lima kali tiap gerakan.
Beberapa gerakan senam hamil yang
dianjurkan adalah sebagai berikut.
a. Gerakan
pengencangan abdomen.
b. Gerakan
pemiringan panggul.
c. Goyang
panggul.
d. Gerakan
senam kegel untuk dasar panggul.
e. Gerakan
menekuk.
f. Bridging
atau mempertemukan (untuk postur, abdomen, dan kenyamanan).
g. Gerakan
kaki menekuk dan meregang.
h. Gerakan
peregangan otot betis.
i.
Gerakan bahu memutar dan lengan merentang.
2.
Istirahat dan Rekreasi
Dengan adanya perubahan fisik pada ibu
hamil, salah satunya beban berat pada perut sehingga terjadi perubahan sikap
tubuh, tidak jarang ibu akan mengalami kelelahan, oleh karena itu istirahat dan
tidur sangat penting untuk ibu hamil. Pada trimester akhir kehamilan sering diringi
dengan bertambahnya ukuran janin, sehingga terkadang ibu kesulitan untuk
menentukan posisi yang paling
baik dan nyaman untuk tidur. Posisi tidur yang dianjurkan pada ibu hamil adalah
miring ke kiri, kaki kiri lurus, kaki kanan sedikit menekuk dan diganjal dengan
bantal, dan untuk mengurangi rasa nyeri pada perut, ganjal dengan bantal pada
perut bawah sebelah kiri. Meskipun dalam keadaan hamil, ibu masih membutuhkan
rekreasi untuk menyegarkan pikiran dan perasaan, misalnya dengan mengunjungi /objek wisata atau pergi ke luar
kota.
3. Kebersihan
Tubuh
Kebersihan tubuh ibu hamil perlu
diperhatikan karena dengan perubahan sistem metabolisme mengakibatkan
peningkatan pengeluaran keringat. Keringat yang menempel dikulit meningkatkan
kelembapan kulit dan memungkinkan menjadi tempat berkembangnya mikroorganisme sehingga ibu hamil akan sangat
mudah untuk terkena penyakit kulit.
4. Perawatan
Payudara
Payudara merupakan aset yang sangat
penting sebagai persiapan menyambut kelahiran sang bayi dalam proses menyusui.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perawatan payudara adalah sebagai
berikut.
a. Hindari
pemakaian bra dengan ukuran yang terlalu ketat dan yang menggunakan busa.
b. Gunakan bra dengan bentuk yang menyangga
payudara.
c. Bersihkan puting susu dengan minyak kelapa lalu
bilas dengan air hangat.
5. Eliminasi
Keluhan yang sering muncul pada ibu
hamil berkaitan dengan eliminasi adalah konstipasi dan sering buang air kemih. Konstipasi
terjadi karena adanya pengaruh hormon progesteron yang mempunyai efek rileks
terhadap otot polos, salah satunya otot usus. Selain itu, desakan usus oleh
pembesaran janin juga menyebabkan bertambahnya konstipasi. Tindakan pencegahan
yang dilakukan adalah dengan mengonsumsi makanan tinggi serat dan banyak minum
air putih hangat ketika perut dalam keadaan kosong dapat merangsang gerak
peristaltik usus, sedangkan pada trimester III terjadi pembesaran janin yang
menyebabkan desakan pada kantong kemih. Tindakan mengurangi asupan cairan untuk
mengurangi keluhan ini sangat tidak dianjurkan, karena akan menyebabkan
dehidrasi.
6. Seksual
Hubungan seksual selama kehamilan
tidak dilarang selama tidak ada riwayat penyakit seperti berikut ini:
a. Sering
abortus dan kelahiran prematur.
b. Perdarahan
pervaginam.
c. Koitus
harus dilakukan dengan hati-hati terutama pada minggu terakhir kehamilan.
d. Bila
ketuban sudah pecah, koitus dilarang karena dapat menyebabkan infeksi janin intrauteri.
2.1.8
Pelayanan
Kesehatan Ibu Hamil
Pelayanan kesehatan ibu hamil diberikan kepada
ibu hamil yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan
kesehatan. Proses ini dilakukan selama rentang usia kehamilan ibu yang dikelompokkan
sesuai usia kehamilan menjadi trimester pertama, rimester kedua, dan trimester
ketiga. Pelayanan kesehatan ibu hamil yang diberikan harus memenuhi elemen
pelayanan sebagai berikut :
a.
Penimbangan berat badan dan pengukuran
tinggi badan.
b.
Pengukuran tekanan darah.
c.
Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA).
d.
Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus
uteri).
e.
Penentuan status imunisasi tetanus dan
pemberian imunisasi tetanus toksoid sesuai.
f. Pemberian
tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan.
g. Penentuan
presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).
h. Pelaksanaan
temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling, termasuk
keluarga berencana).
i. Pelayanan
tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin darah (Hb), pemeriksaan
protein urin dan pemeriksaan golongan darah (bila belum pernah dilakukan
sebelumnya).
j. Tatalaksana
kasus.
(DinKes
Bojonegoro, 2015).
2.1.9
Kekurangan
Energi Kronis (KEK) pada Ibu Hamil
1.
Pengertian
KEK
KEK adalah Suatu
keadaan kekurangan makanan dalam waktu yang lama sehingga menyebabkan ukuran
indeks Masa Tubuhnya (IMT) di bawah normal (kurang dari 18,5 untuk orang
dewasa) (Sandjaja, 2010).
2.
Pengukuran
Status Gizi Ibu Hamil dengan LILA
Lingkar lengan atas diukur pada setengah panjang
lengan nondominal, nilainya harus lebih dari 23,5 cm. Pengukuran LILA bertujuan
untuk mendapatkan gambaran status gizi klien. Pada ibu hamil pengukuran LILA
merupakan deteksi dini Kurang Energi Kronis (KEK). Ibu hamil yang KEK
berpotensi melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). LILA
<23,5 cm menunjukkan status nutrisi ibu hamil kurang dan harus mendapatkan
penanganan agar tidak berkomplikasi pada janin (Kamariyah et al. 2014).
3.
Prinsip Gizi
Ibu Hamil dan Janin
Menurut Sukarni K dan Margareth (2013). Ibu yang
hamil harus memiliki gizi yang cukup karena gizi yang didapat akan digunakan
untuk dirinya sendiri dan juga janinnya. Seorang ibu yang tidak memiliki
ataupun kekurangan gizi selama masa kehamilan maka bayi yang di kandungnya akan
menderita kekurangan gizi. apabila ini berlangsung terus-menerus dan tidak
segera diatasi maka bayi akan lahir dengan berat badan rendah (dibawah 2500 g).
Adanya kehamilan maka akan terjadi penambahan berat
badan yaitu sekitar 12,5 kg. berdasarkan Huliana peningkatan tersebut adalah
sebanyak 15% dari sebelumnya. Proporsi pertambahan berat badan tersebut dapat
dilihat dibawah ini:
a.
Janin 25-27%.
b.
Plasenta 5%.
c.
Cairan amnion 6%.
d.
Ekspansi volume darah 10%.
e.
Peningkatan lemak tubuh 25-27%.
f.
Peningkatan cairan ekstra seluler 13%.
g.
Pertumbuhan uterus dan payudara 11%.
Trimester II & III : terjadi penambahan berat
badan yang ideal sela kehamilan trimester 2 & 3.
Tabel
2.1 : Peningkatan Berat Badan Selama
Kehamilan
IMT (kg/m2)
|
Total kenaikan berat badan yang disarankan
|
Selama trimester 2 & 3
|
Kurus
(IMT <18,5)
|
12,7-18,1 kg
|
0,5 kg/minggu
|
Normal
(IMT 18,5-22,9)
|
11,3-15,9 kg
|
0,4 kg/minggu
|
Overweight
(IMT 23-29,9)
|
6,8-11,3 kg
|
0,3 kg/minggu
|
Obesitas
(IMT >30)
|
|
0,2 kg/minggu
|
Bayi
kembar
|
15,9-20,4 kg
|
0,7 kg/minggu
|
Sumber : Sukarni K dan Margareth, 2013.
Tabel
2.2 : Kategori IMT (Kg/m2)
Kategori IMT (Kg/m2)
|
||||
Gender
|
Kurus
|
Normal
|
Kegemukan
|
|
Tingkat
ringan
|
Tingkat berat
|
|||
Pria
|
<18 kg/m2
|
18 – 25
kg/m2
|
>25 – 27
kg/m2
|
>27 kg/m2
|
Wanita
|
<17 kg/m2
|
17 – 23
kg/m2
|
>23 – 27
kg/m2
|
Sumber: Arisman. 2007.
Keterangan :
a.
IMT < 17,0 :
keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan berat badan tingkat berat atau Kurang Energi Kronis (KEK) berat.
b.
IMT 17,0 – 18,4 :
keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan berat badan tingkat ringan atau KEK ringan.
c.
IMT 18,5 – 25,0 :
keadaan orang tersebut termasuk kategori normal.
d.
IMT 25,1 – 27,0 :
keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan kelebihan berat badan tingkat ringan.
e.
IMT > 27,0 :
keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan kelebihan berat badan tingkat berat.
Menurut rumus
metrik:
IMT
= Berat Badan (Kg)
[Tinggi Badan (m)]2
(Arisman.
2007).
Perencanaan gizi untuk wanita hamil sebaiknya mengacu
pada RDA (Recommended Daily Allowance
atau Asupan Harian yang Dianjurkan). Berikut daftar beberapa zat gizi yang
paling penting untuk perkembangan janin. Pastikan zat gizi ini selalu
dikonsumsi selama kehamilan.
a.
Asam folat: zat ini ada didalam serelia,
kacang-kacangan, sayuran hijau, jamur, kuning telur, jeruk, pisang, dan
lain-lain.
b.
Kalsium, sangat penting untuk pembentukan tulang dan gigi.
Zat ini dapat dijumpai didalam susu dan produk susu (keju, yoghurt), ikan yang
bisa dimakan tulangnya (seperti ikan teri, sarden), biji-bijian (biji bunga
matahari, wijen), produk kedelai (tempe, tahu), sayuran hijau, dan buah-buahan
kering.
c.
Zat besi, sangat penting karena pada masa kehamilan
volume darah meningkat 25%, dan juga penting untuk bayi dlam membangun
persendian darahnya. Zat besi dapat dijumpai di hati, daging merah, sayuran
hijau, wijen, buah-buahan kering, kuning telur, serelia, dan sarden. Penyerapan
zat besi dapat terbantu dengan konsumsi vitamin C.
d.
Ekstrak ragi (Brewer’s yeast) mengandung ketiga zat
penting tersebut. Penyerapan minuman dan mineral saling berhubungan satu sama
lain, karenanya anda harus menjaga agar konsumsi makanan anda seimbang dan
bervariasi. Ini penting bukan hanya selama hamil tetapi juga masa menyusui.
4.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Gizi ibu Hamil dan Janin
Menurut Sukarni K dan Margareth
(2013). Ada banyak faktor yang mempengaruhi keperluan gizi pada ibu hamil diantaranya
yaitu:
a. Kebiasaan
dan pandangan wanita terhadap makanan.
Wanita yang sedang hamil dan telah
berkeluarga biasanya lebih memperhatikan akan gizi dari anggota keluarga yang
lain. Padahal sebenarnya dirinyalah yang memerlukan perhatian yang serius mengenai
penambahan gizi.
b. Status
ekonomi
Ekonomi seseorang mempengaruhi dalam
pemilihan makanan yang akan dikonsumsi sehari-harinya. Seorang dengan ekonomi
yang tinggi kemudian hamil maka kemungkinan besar sekali gizi yang dibutuhkan
tercukupi ditambah lagi adanya pemeriksaan membuat gizi ibu semakin terpantau.
c. Pengetahuan
zat gizi dalam makanan
Pengetahuan yang dimiliki oleh
seorang ibu akan mempengaruhi dalam pengambilan keputusan dan juga akan
berpengaruh pada perilakunya. Ibu dengan pengetahuan gizi yang baik,
kemungkinan akan memberikan gizi yang cukup bagi bayinya.
d. Status
Kesehatan
Status kesehatan seorang kemungkinan
sangat berpengaruh terhadap nafsu makanya. Seorang ibu dalam keadaan sakit
otomatis akan memiliki nafsu makan yang berbedaa dengan ibu yang dalam keadaan
sehat. Namun berbeda dengan ibu yang dalam keadaan sehat. Namun ibu harus tetap
ingat, bahwa gizi yang ia dapat akan dipakai untuk dua kehidupan yaitu bayi dan
untuk dirinya sendiri.
e. Aktifitas
Aktifitas dan gerakan seseorang
berbeda-beda. Seorang dengan gerak yang aaktif otomatis memerlukan energy yang
lebih besar dari pada mereka yang hanya duduk diam saja. Setiap aktifitas
memerlukan energi, maka apabila semakin banyak aktifitas yang dilakukan, energi
yang dibutuhkan juga semakin banyak.
f. Suhu
lingkungan
Pada dasarnya suhu tubuh
dipertahankan pada suhu 36,5-37 derajat Celsius untuk metabolisme yang optimum.
Adanya perbedaan suhu antara tubuh dengan lingkungan, maka mau tidak mau tubuh
harus menyesuaikan diri demi kelangsungan hidupnya yaitu tubuh harus melepaskan
sebagian panasnya diganti dengan hasil metabolisme tubuh, makin besar perbedaan
antara tubuh dengan lingkungan maka akan semakin besar pula panas yang
dilepaskan.
g. Berat
badan
Berat badan seorang ibu yang sedang
hamil akan menentukan zat maakanan yang diberikan agar kehamilannya dapat
berjalan dengan lancar.
h. Pengaruh
status gizi pada kehamilan
Seorang ibu yang sedang hamil
mengalami kenaikan berat badan sebanyak 10-12 kg. pada trimester I kenaikan
berat badan seorang ibu tidak mencapai 1 kg, namun setelah mencapai trimester
II pertambahan berat badan semakin banyak yaitu 3 kg dan pada trimester III
sebanyak 6 kg. kenaikan tersebut disebabkan karena adanya pertumbuhan janin,
plasenta dan air ketuban. Jika berat badan ibu tidak normal maka akan
memungkinkan terjadinya keguguran, lahir premature, BBLR, gangguan kekuatan
Rahim saat kelahiran (kontraksi), dan pendarahan setelah persalinan.
5.
Bahan
Makanan Yang Cocok Untuk Ibu Hamil
Menurut Sukarni K
dan Margareth (2013) bahan makanan yang cocok untuk ibu hamil adalah:
a. Daging
dan alternatifnya (macam-macam daging, berbagai ikan, telur dan
kacang-kacangan). Ini merupakan sumber kalori yang berasal dari lema yang
dibutuhkan pada akhir trimester.
b. Buah
dan sayuran dan lebih disarankan yang masih mentah. Buah dan sayuran kaya akan
vitamin dan mineral yang baik sekali untuk mencegah terjadinya cacat bawaan
pada anak.
c. Roti
dan sereal yang tidak banyak diolah seperti makana kering, beras merah. Ini
dilakukan untuk menghindari kejenuhan terhadap suatu bahan makanan. Hal itu
juga dilakukan sebagai bahan makanan sampingan setelah mengkonsumsi nasi atau
lainnya.
d. Susu
dan hasil olahannya seperti keju dan yoghurt.
6.
Cara
mengolah makanan untuk ibu hamil
Makanan yang aman untuk ibu hamil yaitu makanan
kering seperti sereal, roti, tepung, dan kacang. Sebaiknya makanan jangan
terlalu lama disimpan. Untuk jenis sayuran segera dihabiskan setelah diolah,
susu sebaiknya jangan terlalu lama terkena cahaya karena akan menyebabkan
hilangnya vitamin B, jangan digarami daging atau ikan sebelum dimasak dan
apabila makanan yang mengandung protein
lebih baik dimasak jangan terlalu panas. Ada beberapa hal yang harus
diperhatikan untuk menentukan gizi yang seimbang bagi ibu hamil yaitu:
kebutuhan aktual selama hamil berbeda-beda untuk setiap individu dan
dipengaruhi oleh status nutrisi sebelumnya dan riwayat kesehatan, kebutuhan
terhadap satu nutrient dapat diganggu oleh asupan yang lain, dan kebutuhan akan
nutrisi tidak konsisten selama kehamilan (Sukarni K dan Margareth, 2013).
7.
Pencegahan
Kek
Menurut chinue
(2009), cara pencegahan KEKadalah:
a.
Meningkatkan konsumsi makanan bergizi yaitu:
1)
Makan makanan yang banyak mengandung zat besi dari
bahan makanan hewani (daging, ikan, ayam,hati,telur) dan bahan makanan nabati (
sayuran bewarna hijau tua , kacang-kacangan, tempe).
2)
Makan sayur sayuran dan buah-buahan yang banyak
mengandung vitamin C (daun katuk, singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk dan
nanas) sangat bermanfaat untuk meningkatkan penyerapanzat besi dalam usus.
b.
Menambah pemasukan zat besi kedalam tubh dengan minum
tablet penambah darah.
8.
Penatalaksanaan
Kek
Istirahat
lebih banyak Terapi kekurangan energi kronis ditujukan pada pengobatan individu
disertai tindakan-tindakan preventif di masyarakat dengan perbaikan-perbaikan
pada faktor-faktor penyebab. Penatalaksaan ibu hamil dengan kekurangan energi
kronis adalah:
a.
Memberikan penyuluhan dan melaksanakan nasehat atau
anjuran.
1)
Tambahan Makanan
Makanan pada ibu
hamil sangat penting, karena makanan merupakan sumber gizi yang dibutuhkan ibu hamil untuk perkembangan
janin dan tubuhnya sendiri. Keadaan gizi pada waktu konsepsi harus dalam
keadaan baik, dan selama hamil harus mendapat tambahan protein ,mineral,dan
energi (chinue,2009).
Tabel 2.3 : Contoh Menu Ibu Hamil
BAHAN MAKANAN
|
PORSI HIDANGAN SEHARI-HARI
|
JENIS HIDANGAN
|
|
Nasi
|
6 porsi
|
Makan pagi:
Nasi,1,5 porsi (150 gr)
Ikan /daging 1 potong sedang (40 gr)
Sayur 1 mangkok, Buah 1 potong
Selingan: Susu 1 gelas dan buah 1 potong sedang
|
|
Sayuran
|
3 mangkuk
|
||
Buah
|
4 potong
|
||
Tempe
|
3 potong
|
||
Daging
|
3 potong
|
||
Susu
|
2 gelas
|
||
Minyak
|
5 sendok teh
|
Makan siang:
Nasi 3 porsi (300 gr)
Lauk,sayur dan buah sama dengan pagi.
Selingan:
Susu 1 gelas dan buah 1 potong sedang.
|
|
Gula
|
2 sendok the
|
||
Makan malam:
Nasi 2,5 porsi (250 gr)
Lauk, buah dan sayur sama dengan pagi/siang
Selingan:
Susu 1 gelas.
|
2)
Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
PMT yaitu
pemberian tambahan makanan disamping makanan yang di makan sehari-hari untuk mencegah
kekurangan energi kronis. Pemberian PMT untuk
memenuhi kalori dan protein, serta variasi menu dalam bentuk makanan. Pemenuhan
kalori yang harus diberikan dalam program PMT untuk ibu hamil dengan Kekurangan
Energi Kronis sebesar 600-700 kalori dan protein 15-20 mg (Chinue, 2009).
a)
Contoh makanan tambahan antara lain : susu untuk ibu
hamil. Makanan yang berprotein (hewani dan nabati), susu, roti, dan
biji-bijian, buah dan sayuran yang kaya vit C, sayuran berwarna hijau tua, buah
dan sayuran lain (Chinue, 2009).
b)
Cara mengolah makanan menurut Proverawati & Asfuah tahun 2009. Sebaiknya
makanan jangan terlalu lama disimpan. Untuk jenis sayuran segera dihabiskan
setelah diolah, susu sebaiknya jangan terlalu lama terkena cahaya karena akan
menyebabkan hilangnya vitamin B, jangan digarami daging atau ikan sebelum
dimasak dan apabila makanan yang mengandung protein lebih baik dimasak jangan
terlalu panas. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk menentukan gizi
yang seimbang bagi ibu hamil, yaitu: kebutuhan aktual selama hamil berbeda-beda
untuk setiap individu dan dipengaruhi oleh status nutrisi sebelumnya dan
riwayat kesehatan, kebutuhan terhadap satu nutrisi dapat diganggu oleh asupan
yang lain, dan kebutuhan akan nutrisi tidak konsisten selama kehamilan.
9.
Gizi Kurang
Pada Ibu Hamil
Sukarni K dan Margareth (2013). Bila ibu mengalami
kekurangan gizi selama hamil akan menimbulkan masalah, baik pada ibu maupun
janin, seperti diuraikan berikut ini.
a.
Terhadap ibu
Gizi kurang pada ibu hamil dapat
menyebabkan resiko dan komplikasi pada ibu antara lain: anemia, perdarahan,
berat badan ibu tidak bertambah secara normal, dan terkena penyakit infeksi.
b.
Terhadap Persalinan
Pengaaruh gizi kurang terhadap proses
persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum
waktunya (premature), perdarahan setelah persalinan, serta persalinan dengan
operasi cenderung meningkat.
c.
Terhadap Janin
Kekurangan gizi pada ibu hamil dapa
mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus,
bayi baru lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi,
asfiksia intra partum (mati dalam kandungan), lahir dengan berat badan lahir
rendah (BBLR).
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk
mengetahui status gizi ibu hamil antara lain memantau pertambahan berat badan
selama hamil, mengukur Lingar Lengan Atas (LILA), dan mengukur kadar Hb.
2.2 Konsep Dasar Persalinan Normal
2.2.1
Pengertian
Persalinan Normal
Persalinan
adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup
bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan
lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Proses ini di mulai
dengan adanya kontraksi perslinan sejati yang ditandai dengan perubahan serviks
secara progresif dan diakhiri dengan kelahiran plasenta (Sulistyawati & Esti, 2014).
Persalinan dan kelahiran normal adalah
proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan 37-42 minggu,
lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung selama 18 jam,
tidak ada komplikasi baik
pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo,
2009).
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran
hasil konsepsi dari rahim ibu melalui jalan lahir atau dengan jalan lain, yang
kemudian janin dapat hidup ke dunia luar (Rohani et al. 2014).
Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus
berkontraksi, sehingga menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis)
dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap (Asuhan Persalinan Normal,
2007).
2.2.2
Bentuk
Persalinan Berdasarkan Definisi
1.
Persalinan spontan: bila seluruh persalinan berlangsung
dengan kekuatan ibu sendiri.
2.
Persalinan buatan: bila persalinan berlangsung dengan
bantuan tenaga dari luar.
3.
Persalinan anjuran: bila kekuatan yang diperlukan untuk
persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan pemberian rangsangan.
(Rohani et al. 2014).
2.2.3
Sebab
Mulainya Persalinan
Menurut Sulisyawati
dan Nugraheny (2014) perlu diketahui bahwa selama
kehamilan, dalam tubuh wanita terdapat dua hormon yang dominan.
1.
Estrogen
Berfungsi
untuk meningkatkan sensitifitas otot rahim serta memudahkan penerimaan
rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, prostaglandin, dan mekanis.
2.
Progesteron
Berfungsi untuk menurunkan sensitivitas
otot Rahim, menghambat rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin,
prostaglandin dan mekanis, serta menyebabkan otot rahim dan otot polos
relaksasi.
Estrogen dan
progesteron harus berada dalam komposisi keseimbangan, sehingga kehamilan dapat
dipertahankan. Perubahan keseimbangan antara estrogen dan progeteron
memicu oksitosin dikeluarkan oleh hipofisis posterior, hal tersebut menyebabkan
kontraksi yang disebut Braxton Hicks. Kontraksi Braxton Hicks akan menjadi
kekuatan dominan saat mulainya proses persalinan sesungguhnya, oleh karena itu
semakin tua kehamilan, frekuensi kontraksi semakin sering.
Oksitosin diduga
bekerja bersama atau bekerja melalui prostaglandin, yang nilainya akan meningkat mulai dari umur kehamilan minggu ke-15.
Sampai saat ini
hal yang menyebabkan mulainya proses persalinan belum diketahui benar, yang ada
hanya berupa teori-teori yang kompleks antara lain karena faktor-faktor hormon,
struktur rahim, sirkulasirRahim, pengaruh tekanan pada syaraf, dan nutrisi.
1.
Teori Penurunan Hormon
Saat 1-2
minggu sebelum proses melahirkan dimulai, terjadi penurunan kadar estrogen dan
progesteron. Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim, jika
kadar progesteron turun akan menyebabkan tegangnya pembuluh darah dan
menimbulkan his.
2.
Teori Plasenta Menjadi
Tua
Seiring
matangnya usia kehamilan, villi chorialis dalam plasenta mengalami beberapa
perubahan, hal ini menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron yang
mengakibatkan tegangnya pembuluh darah sehingga akan menimbulkan kontraksi
uterus.
3.
Teori Distensi Rahim
a.
Otot rahim mempunyai
kemampuan meregang dalam batas tertentu.
b.
Setelah melewati batas
tersebut, akhirnya terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai.
c.
Contohnya pada
kehamilan gemeli, sering terjadi kontraksi karena uterus teregang oleh ukuran
janin ganda, sehingga kadang kehamilan gemeli mengalami persalinan yang lebih
dini.
4.
Teori Iritasi Mekanis
Di belakang serviks terletak ganglion servikalis (Fleksus Frankenhauser), bila ganglion
ini digeser dan ditekan (misalnya oleh kepala janin), maka akan timbul kontraksi
uterus.
5.
Teori Oksitosin
a.
Oksitosin dikeluaran
oleh kelenjar hipofisis posterior.
b.
Perubahan keseimbangan
estrogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga
sering terjadi kontraksi Braxton Hicks.
c.
Menurunnya konsentrasi
progesteron karena matangnya usia kehamilan menyebabkan oksitosin meningkatkan
aktivitasnya dalam merangsang otot rahim untuk berkontrasi, dan akhirnya
persalinan dimulai.
6.
Teori
Hipotalamus-Pituitari dan Glandula Suprarenalis
a.
Glndula suprarenalis
merupakan pemicu terjadinya persalinan.
b.
Teori ini menunjukkan,
pada kehamilaan dengan bayi anensefalus sering terjadi kelambatan persalinan
karena tidak terbentuknya hipotalamus.
7.
Teori prostagladin
Prostagladin yang dihasilkan oleh desidua disangka sebagai
salah satu sebab permulaan persalinan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa
prostagladin F2 atau E3 yang diberikan secara
intervena menimbulkan kontraksi myometrium pada setiap usia kehamilan. Hal ini
juga disokong dengan adanya kadar prostagladin yang tinggi baik dalam air
ketuban maupun darah perifer pada ibu hamil sebelum melahirkan atau selama
proses persalinan.
8. Induksi Persalinan
Persalinan dapat juga ditimbulkan dengan jalan sebagai berikut :
a. Gagang laminaria : dengan cara laminaria
dimasukkan ke dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang fleksus frankenhauser.
b. Aminotomi : pemecahan ketuban.
c. Oksitosin drip : pemberian oksitosin
menurut tetesan per infus.
2.2.4
Tanda Masuk Dalam Persalinan
Menurut Sulisyawati
dan Nugraheny (2014) tanda masuk dalam persalinan:
1. Terjadinya His Persalinan, karakter dari his persalinan:
a.
Pinggang terasa sakit dan
menjalar ke depan.
b.
Sifatnya teratur, interval
makin pendek, dan kekuatan makin besar.
c.
Terjadi
perubahan pada serviks.
d.
Jika pasien menambah
aktivitasnya, misalnya dengan berjalan, maka kekuatannya bertambah.
2.
Pengeluaran Lendir dan Darah (Penanda Persalinan)
Dengan adanya his persalinan,
terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan :
a.
Pendataran
dan pembukaan.
b.
Pembukaan menyebabkan lendir
di kanalis servikalis terlepas.
c.
Terjadi perdarahan karena
kapiler pembuluh darah pecah.
3.
Pengeluaran Cairan
Sebagian pasien mengeluarkan air ketuban akibat pecahnya selaput ketuban.
Jika ketuban sudah pecah, maka ditargetkan persalinan dapat berlangsung dalam
24 jam. Namun jika tidak tercapai, maka persalinan akhirnya diakhiri dengan
tindakan tertentu, misalnya ekstraksi vakum atau sectio caesarea.
2.2.5
Tahapan Persalinan
Menurut Sulisyawati dan Nugraheny (2014)
tahapan persalinan adalah:
1.
Kala I (Pembukaan)
Pasien
dikatakan dalam tahap persalinan kala I, jika sudah terjadi pembukaan serviks
dan kontraksi terjadi teratur minimal 2 kali dalam 10 menit selama 40 detik. Kala I adalah
kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan 0-10 cm (pembukaan lengkap).
Proses ini terbagi menjadi dua fase, yaitu fase laten (8 jam) dimana serviks membuka sampai 3 cm dan fase
aktif (7 jam) dimana serviks membuka
dari 3-10 cm. Kontraksi lebih kuat dan sering
terjadi selama masa aktif. Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak
begitu kuat sehingga parturient (ibu yang sedang bersalin) masih dapat
berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam
sedangkan pada multigravida sekitar 8 jam. Berdasarkan
Kurva Friedman, diperhitungkan
pembukaan primigravida 1 cm per jam dan pembukaan multigravida 2 cm per jam.
Dengan perhitungan tersebut maka waktu pembukaan lengkap dapat diperkirakan.
2.
Kala II (Pengeluaran Bayi)
Kala II adalah kala
pengeluaran bayi, dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi lahir. Uterus dengan kekuatan hisnya ditambah
kekuatan meneran akan mendorong bayi hingga lahir. Proses ini biasanya
berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada multigravida. Diagnosis
persalinan kala II ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan dalam untuk
memastikan pembukaan sudah lengkap dan kepala janin sudah tampak di vulva
dengan diameter 5-6 cm. Gejala utama kala II adalah sebagai berikut :
a.
His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit dengan
durasi sampai 50 sampai 100 detik.
b.
Menjelang akhir kala I ketuban pecah yang ditandai dengan
pengeluaran cairan secara mendadak.
c.
Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti
keinginan Meneran, kaarena tertekannya fleksus
frankenhouser.
d.
Dua kekuatan, his dan meneran lebih mendorong kepala bayi
sehingga kepala membuka pintu;sub occiput bertindak sebagai hipomochlion berturut-turut
lahir ubun-ubun besar, dahi, hidung dan muka dan kepala seluruhnya.
e.
Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar,
yaitu penyesuaian kepala pada punggung.
f.
Setelah putar paksi luar berlangsung, maka
persalinan bayi ditolong dengan jalan berikut :
1)
Pegang kepala pada tulang oksiput dan
bagian bawah dagu, kemudian ditarik curam ke bawah untuk melahirkan bahu depan
dan curam ke atas untuk melahirkan bahu belakang.
2)
Setelah kedua bahu bayi lahir, ketiak
dikaitkan untuk melahirkan sisa badan bayi.
3)
Bayi lahir diikuti oleh sisa air
ketuban.
3.
Kala III (pelepasan plasenta)
Kala
III adalah waktu pelepasan dan pengeluaran plasenta. Setelah kala III yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit, kontraksi uterus berhenti sekitar 5 sampai 10 menit.
Dengan lahirnya bayi dan proses retraksi uterus, maka plasenta lepas
dari
lapisan Nitabusch. Lepasnya
plasenta sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda sebagai
berikut
:
a.
Uterus menjadi berbentuk bundar.
b.
Uterus terdorong ke atas, karena plasenta dilepas ke segmen
bawah rahim.
c.
Tali pusat bertambah panjang.
d.
Terjadi pendarahan.
Melahirkan
plasenta dilakukan dengan dorongan ringan secara crede pada fundus uterus.
4.
Kala IV (observasi)
Kala
IV mulai dari lahirnya plasenta selama 1-2 jam. Pada kala IV dilakukan
observasi terhadap perdarahan pascapersalinan, paling sering terjadi pada 2 jam
pertama.
Observasi yang dilakukan adalah
sebagai berikut :
a.
Tingkat kesadaran penderita.
b.
Pemeriksaan tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi dan
pernafasan.
c.
Kontraksi uterus.
d.
Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih
normal bila jumlahnya tidak melebihi 400-500 cc.
2.2.6
Mekanisme Persalinan Normal
Menurut Sulisyawati
dan Nugraheny (2014) mekanisme persalinan normal
terbagi dalam beberapa tahap gerakan kepala janin di dasar panggul yang diikuti
dengan lahirnya seluruh anggota badan bayi.
1.
Penurunan kepala
Terjadi selama
proses persalinan karena daya dorong dari kontraksi uterus yang efektif, posisi,
serta kekuatan meneran dari pasien.
2.
Penguncian (engagement)
Tahap penurunan
pada waktu diameter biparietal dari kepala janin telah melalui lubang masuk
panggul pasien.
3.
Fleksi
Dalam proses
masuknya kepala janin ke dalam panggul, fleksi menjadi hal yang sangat penting
karena dengan fleksi diameter kepala janin terkecil dapat bergerak melalui
panggul dan terus menuju dasar panggul. Pada saat kepala bertemu dengan dasar
panggul, tahanannya akan meningkatkan fleksi menjadi bertambah besar yang
sangat diperlukan agar saat sampai di dasar panggul kepala janin sudah dalam
keadaan fleksi maksimal.
4.
Putaran paksi dalam
Putaran internal
dari kepa janin akan membuat diameter anteroposterior (yang lebih panjang) dari
kepala menyesuaikan diri dengan diameter anteroposterior dari panggul pasien.
Kepala akan berputar dari arah diameter kanan, miring kea rah diameter PAP dari
panggul tetapi bahu tetap miring ke kiri, dengan demikian hubungan normal
antara as panjang kepala janin dengan as panjang dari bahu akan berubah dan
leher akan berputar 45 derajat. Hubungan antara kepala dan panggul ini akan
terus berlanjut selama kepala janin masih berada di dalam panggul.
Pada umumnya
rotasi penuh dari kepala ini akan terjadi ketika kepala telah sampai di dasar
panggul atau segera setelah itu. Perputaran kepala yang dini kadang-kadang
terjadi pada multipara atau pasien yang mempunyai kontraksi efisien.
5.
Lahirnya kepala dengan
cara ekstensi
Cara kelahiran
ini untuk kepala dengan posisi oksiput posterior. Proses ini terjadi karena
gaya tahanan dari dasar panggul, dimana gaya tersebut membentuk lengkungan
carus, yang mengarahkan kepala ke atas menuju lorong vulva. Bagian leher
belakang di bawah oksiput akan bergeser ke bawah simfisis pubis dan bekerja sebagai titik poros
(hipomoklion). Uterus yang berkontraksi kemudian memberikan tekanan tambahan di
kepala yang menyebabkannya ekstensi lebih lanjut saat lubang vulva-vagina
membuka lebar.
6.
Restitusi
Restitusi ialah
putaran kepala sebesar 45 derajat baik ke kanan atau ke kiri, bergantung kepada
arah dimana ia mengikuti perputaran menuju posisi oksiput anterior.
7.
Putaran paksi luar
Putaran ini
terjadi secara bersamaan dengan putaran internal dari bahu. Pada saat kepala
janin mencapai dasar panggul, bahu akan mengalami perputaran dalam arah yang
sama dengan kepala janin agar terletak dalam diameter yang besar dari rongga
panggul. Bahu anterior akan terlihat pada lubang vulva-vagginal, dimana ia akan
bergeser di bawah simfisis pubis.
8.
Lahirnya bahu dan
seluruh anggota badan bayi
Bahu posterior
akan menggembungkan perineum dan kemudian dilahirkan dengan cara fleksi
lateral. Setelah bahu dilahirkan, seluruh tubuh janin lainnya akan dilahirkan
mengikuti sumbu carus.
2.2.7
Faktor yang Memengaruhi Proses Persalinan
1.
Power
Tenaga meneran pasien akan semakin menambah kekuatan kontraksi uterus. Pada saat pasien meneran, diafragma dan otot-otot dinding abdomen akan berkontraksi.
Kombinasi antara his dan tenaga meneran pasien akan meningkatkan tekanan intrauterus sehingga janin akan semakin
terdorong keluar. Dorongan meneran akan semakin meningkat ketika pasien dalam
posisi nyaman, misalnya setengah duduk, jongkok, berdiri atau miring ke kiri (Sulisyawati dan Nugraheny, 2014).
2.
Passage (Jalan Lahir)
Merupakan
komponen yang sangat penting dalam proses persalinan yang terdiri dari jalan
lahir tulang dan jalan lahir lunak.
Jalan lahir
merupakan komponen yang tetap, artinya dalam konsep obstetri modern tidak
diolah untuk dapat melancarkan proses persalinan kecuali jalan lunak pada
keadaan tertentu tanpa membahayakan janin. Jalan lahir tulang mempunya kriteria
sebagai berikut:
a.
Pintu atas panggul
dengan distansia (jarak) transversalis kanan kiri lebih panjang dari muka
belakang.
b.
Mempunyai bidang
tersempit pada spina iskiadika.
c.
Pintu bawah panggul
terdiri dari dua segi tiga dengan dasar pada tuber ischia, kedepan dengan ujung
simfisis pubis, ke belakang ujung sacrum.
d.
Pintu atas panggul
menjadi pintu bawah panggul, seolah-olah berputar Sembilan puluh derajatt.
e.
Panjang jalan lahir
depan panjang 4,5 cm sedangkan panjang jalan lahir belakang 12,5 cm.
f.
Secara keseluruhan
jalan lahir merupakan corong yang melengkung ke depan, mempunyai bidang sempit
pada spina iskiadika, terjadi perubahan pintu atas panggul lebar kanan kiri
menjadi pintu bawah panggul dengan lebar ke depan dan belakang yang terdiri
dari dua segitiga.
Dengan demikian,
jalan lahir tulang sangat menentukan
proses persalinan apakah dapat berlangsung melalui jalan biasa atau melalui
tindakan operasi dengan kekuatasn dari luar. Yang perlu mendapatkan perhatian
bidan di daerah pedesaan adalah kemungkinan ketidakseimbangan antara kepala dan
jalan lahir dalam bentuk disporposi sefalopelvik (Manuaba et al. 2010).
3.
Passenger (Janin dan
plasenta)
Kepala janin (bayi) merupakan
bagian penting dalam proses persalinan dan memiliki ciri sebagi berikut.
a.
Bentuk kepala oval,
sehingga setelah bagian besarnya lahir, maka bagian lainnya lebih mudah lahir.
b.
Persendian kepala
berbentuk kogel, sehingga dapat digerakkan ke segala arah, dan memberikan
kemungkinan untuk melakukana putar paksi dalam.
c.
Letak persendian
kepala sedikit ke belakang, sehingga kepala melakukan fleksi untuk putar paksi
dalam.
(Manuaba et al. 2010).
4.
Psikis.
Banyak wanita normal bisa merasakan
kegairahan dan kegembiraan saat merasa kesakitan di awal menjelang kelahiran
bayinya. Persaan positif ini berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah
benar-benar terjadi realitas “kewanitaan sejati”, yaitu munculnya rasa bangga bisa
melahirkan atau memproduksi anak. Khususnya, rasa lega itu berlangsung bila
kehamilannya mengalami perpanjangan waktu, mereka seolah-olah mendapatkan
kepastian bahwa kehamilan yang semula dianggap sebagai suatu “keadaan yang
belum pasti”, sekarang menjadi hal yang nyata. Factor psikologis meliputi
hal-hal sebagai berikut.
a.
Melibatkan psikologis ibu, emosi, dan persiapan
intelektual.
b.
Pengalaman melahirkan bayi sebelumnya.
c.
Kebiasaan adat.
d.
Dukungan dari orang tua terdekat pada kehidupan ibu.
(Rohani et al. 2014).
5.
Penolong
Peran dari penolong persalinan adalah
mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu atau
janin, dalam hal ini tergantung dari kemampuan dan kesiapan penolong dalam
menghadapi proses persalinan (Rohani et al. 2014).
2.2.8
Kebutuhan
Dasar Selama Persalinan
1.
Makan dan minum per oral
Jika pasien berada dalam situasi yang
memungkinkan untuk makan, biasanya pasien akan makan sesuai dengan
keinginannya, namun ketika masuk dalam persalinan fase aktif biasanya ia hanya
menginginkan cairan. Penatalaksanaan paling tepat dan bijaksana yang dapat
dilakukaan oleh bidan adalah melihaat situasi pasien, artinya intake cairan dan
nutrisi tetap dipertimbangkan untuk diberikan dengan konsistensi dan julah yang
logis dan sesuai dengan kondisi pasien.
2.
Akses Intravena
Akses intravena adalah tindakan pemasangan
infus pada pasien. Kebijakan ini diambil dengan pertimbangan sebagai jalur obat,
cairan atau darah untuk mempertahankan keselamatan jika sewaktu-waktu terjadi
keadaan darurat dan untuk mempertahankan suplai cairan bagi pasien.
3.
Posisi dan Ambulasi
Posisi yang nyaman selama persalinan
sangat diperlukan bagi pasien. Selain mengurangi ketegangan dan rasa nyeri,
posisi tertentu justru akan membantu proses penurunan kepala janin sehingga
persalinan dapat berjalan lebih cepat (selama tidak ada kontra indikasi dari
keadaan pasien). Beberapa posisi yang dapat diambil antara lain rekumben lateral
(miring), lutut-dada, taangan-lutut, duduk, berdiri, berjalan, dan jongkok.
4.
Eliminasi Selama Persalinan (BAB atau BAK)
a.
Buang Air Kecil (BAK)
Selama proses persalinan, pasien akan
mengalami poliuri sehingga penting untuk difasilitasi agar kebutuhan eliminasi
dapat terpenuhi. Jika pasien masih berada dalam awal kala I, ambulasi dengan
berjalan seperti aktivitas e toilet akan membantu penurunan kepala janin. Hal
ini merupakan keuntungan tersendiri untuk kemajuan persalinannya.
b.
Buang Air Besar (BAB)
Pasien akan merasa sangat tidak nyaman ketika merasakan
dorongan untuk BAB. Dalam kondisi ini penting bagi keluarga serta bidan untuk
menunjukkan respons yang positif dalam hal kesiapan untuk memberikan bantuan
dan meyakinkan pasien bahwa ia tidak perlu merasa risih atau sungkan untuk
melakukannya.
5.
Kebersihan Tubuh
Sebagian pasien yang akan menjalani proses
persalinan tidak begitu menganggap kebersihan tubuh sebagai suatu kebutuhan,
karena ia lebih terfokus terhadap rasa sakit akibat his terutama pada primipara.
Namun bagi sebagian yang lain akan merasa tidak nyaman atau risih jika kondisi
tubuhnya kotor dan bau akibat keringat berlebih selama persalinan. Tanpa
mempertimbangkan apakah kebersihan tubuh ia anggap kebutuhan atau tidak, bidan
atau pendamping sebaiknya tetap memperhatikan kebersihan tubuh pasien.
6.
Istirahat
Istirahat sangat ppenting untuk pasien
karena akan membuat rileks. Di awal persalinan sebaiknya anjurkan pasien untuk
istirahat yang cukup sebagai persiapan untuk menghadapi proses persalinan yang
panjang, terutama pada primipara. Jikaa pasien benar-benar tidak dapat tidur terlelap karena sudah mulai
merasakan his, minimal upayakan untuk berbaring di tempat tidur dalam posisi
miring ke kiri untuk beberapa waktu.
(Sulisyawati
dan Nugraheny, 2014).
2.3
Konsep
Dasar Nifas
2.3.1
Pengertian
Masa Nifas
Masa nifas
(puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau puerperium
dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai
dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Dewi dan Sunarsih, 2014).
Masa nifas (puerperium) adalah masa seteah plasenta lahir
dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembbali seperti keadaan sebelum hamil.
Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saleha, 2009).
Masa nifas (puerperium) dimaknai sebagai periode pemulihan
segera setelah lahirnya bayi dan plasenta serta mencerminkan keadaan fisiologi
ibu, terutama sistem reproduksi kembali mendekati keadaan sebelum hamil.
Periode ini berlangsung enam minggu dan berakhir saat kembalinya kesuburan
(Marliandiani dan Ningrum, 2015).
2.3.2
Tujuan Masa Nifas
Tujuan dari pemberian asuhan kebidanan pada masa nifas
adalah sebagai berikut.
1.
Menjaga kesehatan ibu
dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.
2.
Mendeteksi masalah,
mengobati, dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
3.
Memberikan pendidikan
kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, cara dan manfaat
menyusui, imunisasi, serta perawatan bayi sehari-hari.
4.
Memberikan pelayanan
KB.
(Saleha,
2009).
2.3.3
Tahap Pemulihan Masa Nifas
Pengawasan masa nifas penting dilakukan secara cermat
terhadap perubahan fisiologis masa nifas dan mengenali tanda-tanda keadaan
patologis pada tiap tahapannya. Kembalinya sistem reproduksi pada masa nifas
dibagi menjadi tiga tahap, yaitu sebagai berikut.
1.
Puerperium dini
Beberapa jam setelah persalina, ibu dianjurkan segera bergerak
dan turun dari tempat tidur. Hal ini bermanfaat mengurangi komplikasi kandung
kemih dan konstipasi, menurunkan frekuensi trombosis dan emboli paru pada masa
nifas.
2.
Puerperium Intermedial
Suatu masa yakni kepulihan menyeluruh dari organ-organ
reproduksi internal maupun eksternal selama kurang lebih 6-8 minggu.
3.
Remote Puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam
keadaan sempurna terutama bila ibu selama hamil atau waktu persalinan mengalami
komplikasi. Rentang waktu remote puerperium setiap ibu akan berbeda, bergantung
pada berat ringannya koomplikasi yang dialami selama hamil dan persalinan.
Waktu sehat sempurna dapat berlangsung selama berminggu-minggu, bulanan, bahkan
tahunan.
(Marliandiani
dan Ningrum, 2015).
2.3.4
Progam dan
Kebijakan Teknik Masa Nifas
Kunjungan masa nifas
dilakukan paling sedikit 4 kali. Kunjungan ini bertujuan untuk menilai status
ibu dan bayi baru lahir juga untuk mencegah, mendeteksi, serta menangani
masalah – masalah yang terjadi.
Tabel 2.4 : Kunjungan Masa
Nifas.
Kunjungan
|
Waktu
|
Tujuan
|
1
|
6-8 jam setelah persalinan
|
Ø Mencegah terjadinya perdarahan pada masa nifas
Ø Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan
memberikan rujukan bila perdarahan berlanjut
Ø Memberikan konseling kepada ibu atau salah satu
anggota keluarga mengenai bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
Ø Pemberian ASI pada masa awal menjadi ibu
Ø Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan
bayi baru lahir
Ø Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mecegah hipotermi
|
2
|
6 hari setelah persalinan
|
Ø Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus
berkontraksi, fundus di bawah umbilicus
tidak ada perdarahan abnormal, dan tidak ada bau
Ø Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau
kelainan pasca melahirkan
Ø Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan
istirahat
Ø Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada
tanda-tanda penyulit
Ø Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada
bayi, cara merawat tali pusat, dan bagaimana menjaga bayi agar tetap hangat
|
3
|
2 minggu setelah persalinan
|
Sama seperti di atas (enam hari setelah persalinan)
|
4
|
6 minggu setelah persalinan
|
Ø Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang
dialami atau bayinya
Ø Memberikan konseling untuk KB secara dini
|
Sumber
: Saleha, 2009.
2.3.5
Perubahan Fisiologis pada Masa Nifas
1.
Perubahan Sistem Reproduksi
a.
Uterus
Pada uterus
terjadi proses involusi. Proses involusi adalah proses kembalinya uterus ke
dalam keadaan sebelum hamil setelah melahirkan. Proses ini dimulai segera
setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Pada tahap
ketiga persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm di bawah
umbilicus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis (Dewi dan
Sunarsih, 2014).
Gambar
2.1 Involusi Uteri
(Dewi dan Sunarsih,
2014).
Tabel 2.5 :
Involusi Uterus
Involusi
|
TFU
|
Berat uterus
|
Bayi lahir
|
Setinggi pusat
|
1.000 gr
|
1 minggu
|
Pertengahan pusat simfisis
|
750 gr
|
2 minggu
|
Tidak teraba di atas simpisis
|
500 gr
|
6 minggu
|
Normal
|
50 gr
|
8 minggu
|
Normal seperti sebelum hamil
|
30 gr
|
(Sumber : Saleha, 2009).
b.
Lokia
Pengeluaran lokia dimaknai sebagai peluruhan jaringan desidua yang
menyebabkan keluarnya secret vagina dalam jumlah bervariasi. Lokia mempunyai
bau yang amis (anyir) meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya
berbeda-beda pada setiap wanita. Secara mikroskopis lokia terdiri atas
eritrosit, serpihan desidua, sel-sel epitel, dan bakteri. Lokia mengalami
perubahan karena proses involusi. Pengeluaran lokia dapat dibagi menjadi lokia
rubra, sanguinolenta, serosa, dan alba. Perbedaan masing-masing lokia dapat
dilihat sebagai berikut (Marliandiani dan Ningrum, 2015).
1)
Lokia rubra
Timbul pada
hari ke 1-2 postpartum, berisi darah segar bercampur sel desidua, verniks
kaseosa, lanugo, sisa mekonium, sisa selaput ketuban, dan sisa darah.
2)
Lokia sanguinolenta
Timbul pada
hari ke 3-7 postpartum, berupa sisa darah bercampur lender.
3)
Lokia serosa
Lokia
serosa merupakan cairan berwarna agak kuning berisi leukosit dan robekan
laserasi plasenta, timbul setelah satu minggu postpartum.
4)
Lokia alba
Timbul
setelah dua minggu postpartum dan hanya merupakan cairan putih.
(Marliandiani dan Ningrum, 2015).
c.
Genetalia Eksterna, Vagina, dan Perineum
Selama proses
persalinan, vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan. Rugae dalam
vagina secara berangsur-angsur mulai tampak pada minggu ketiga. Hymen muncul
kembali sebagai jaringan sikatriks (scar) atau penonjolan kulit dan setelah
mengalami sikartrisasi berubah menjadi karunkula mirtiformis yang khas bagi
wanita multipara. Ukuran vagina akan selalu lebih besar dibandingkan keadaan
saat sebelum persalinan pertama (Marliandiani dan
Ningrum, 2015).
Perubahan pada perineum pascamelahirkan terjadi pada saat
perineum mengalami robekan. Robekan jalan lahir dapat terjadi secara spontan
ataupun dilakukan episiotomy atas indikasi tertentu. Robekan perineum umumnya
terjadi pada garis tengah dan bisa menjadi apabila kepala janin lahir terlalu
cepat, sudut arkus pubis lebih kecil
dari dari biasa, kepala janin melewati pintu panggul bawah dengan ukuran yang
lebih besar dari pada sikumferensial
suboksipito bregmatika. Apabila ada laserasi jalan lahir atau luka bekas
episiotomy lakukan penjahitan dan perawatan dengan baik (Marliandiani dan
Ningrum, 2015).
d.
Payudara (mamae)
Pada semua wanita
yang telah melahirkan proses laktasi terjadi secara alami. Proses menyusui
mempunyai dua mekanisme fisiologis, yaitu sebagai berikut.
1)
Produksi susu.
2)
Sekresi susu atau let
down.
Selama sembilan
bulan kehamilan, jaringan payudara tumbuh dan menyiapkan fungsinya untuk
menyediakan makanan bagi bayi baru lahir. Setelah melahirkan, ketika hormone
yang dihasilkan olasenta tidak ada lagi untuk menghambatnya kelenjar pituitary
akan mengeluarkan prolactin (hormone laktogenik). Sampai hari ketiga setelah
melahirkan, efek prolaktin pada payudara mulai bisa dirasakan. Pembuluh darah
payudara menjadi bengkak terisi darah, sehingga timbul rasa hangat, bengkak,
dan rasa sakit. Sel-sel acini yang menghasilkan ASI juga mulai berfungsi.
Ketika bayi menghisap putting reflex saraf merangsang lobus posterior pituitari
untuk menyekresi hormone oksitosin. Oksitosin merangsang reflex let down
(mengalirkan), sehingga menyebabkan ejeksi ASI melalui sinus aktiferus payudara
ke duktus yang terdapat pada puting. Ketika ASI dialirkan karena isapan bayi
atau dengan dipompa sel-sel acini terangsang untuk menghasilkan ASI lebih
banyak. Reflex ini dapat berlanjut sampai waktu yang cukup lama (Saleha, 2009).
2. Sistem Pencernaan
Kalsium amat
penting untuk gigi pada kehamilan dan masa nifas, dimana pada masa ini terjadi
penurunan konsentrasi ion kalsium karena meningkatnya untuk proses pertumbuhan
janin juga pada ibu dalam masa laktasi.
Pada ibu nifas terutama yang partus lama dan
terlantar mudah terjadi ileus paralitikus, yaitu adanya obstruksi usus akibat
tidak adanya peristaltic usus. Penyebabnya adalah penekanan buah dada dalam
kehamilan dab partus lama, sehingga membatasi gerak peristaltic usus, serta bia
juga terjadi karena pengaruh psikis takut BAB karena pengaruh psikis takut BAB
karena ada luka jahitan perineum (Saleha, 2009).
3. Perubahan
Sistem Perkemihan
Saluran kemih
kembali normal dalam waktu dua sampai delapan minggu. Hal tersebut dipengaruhi
oleh keadaan /status sebelum persalinan, lamanya partus kala II dilalui,
besarnya tekanan kepala yang menekan pada saat persalinan. Kandung kemih pada
masa nifas sangat kurang sensitif dan kapasitasnya bertambah, sehingga kandung
kemih penuh atau sesudah buanng air kecil masih tertinggal urinr residual
(normal ± 15 cc). (Marliandiani dan Ningrum, 2015).
4. Perubahan
Sistem Muskuloskeletal
Ligamen-ligamen,
fasia, dan diafragma pelvis yang meregang sewaktu kehamilan dan persalinan
berangsur-angsur kembali seperti sedia kala. Tidak jarang ligament rotundum
mengendur, sehingga uterus jatuh ke belakang. Fasia jaringan penunjang alat
genitalia yang mengendur dapat diatasi dengan latihan-latihan tertentu.
Mobilitas sendi berkurang dan posisi lordosis kembali secara perlahan-lahan
(Saleha, 2009).
5. Perubahan
Sistem Hematologi
Pada awal
postpartum, jumlah hemoglobin, hematocrit dan eritrosit sangat bervariasi. Hal
ini disebabkan volume darah, volume plasenta, dan tingkat volume darah
berubah-ubah. Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan
diasosiasikan dengan peningkatan hematocrit dan hemoglobin pada hari ke 3-7
postpartum dan akan normal dalam 4-5 minggu postpartum. Jumlah kehilangan darah
selama masa persalinan kurang lebih 200-500 ml, minggu pertama postpartum
berkisar 500-800 ml dan selama sisa masa nifas berkisar 500 ml (Marliandiani
dan Ningrum, 2015).
6. Perubahan
Tanda-Tanda Vital
Pemeriksaan tanda-tanda vital adalah
suatu proses pengukuran tanda-tanda fungsi vital tubuh yang dilakukan oleh
tenaga medis untuk mendeteksi adanya perubahan sistem tubuh. Pada masa nifas
perubahan yang sering terjadi adalah sebagai berikut.
a. Suhu
tubuh
Setelah persalinan,
dalam 24 jam pertama ibu akan mengalami sedikit peningkatan suhu tubuh (38oC)
sebagai respons tubuh terhadap proses persalinan. Peningkatan suhu ini umumnya
terjadi hanya sesaat. Jika peningkatan suhu tubuh menetap mungkin menandakan
infeksi.
b. Nadi
Denyut nadi yang
melebihi 100x/menit, harus waspada kemungkinan infeksi atau perdarahan
postpartum.
c. Tekanan
Darah
Bila tekanan darah
mengalami peningkatan lebih dari 30 mmHg pada systole atau lebih dari 15 mmHg
pada diastole perlu dicurigai timbulnya hipertensi atau preeclampsia
postpartum.
d. Pernafasan
Pada ibu
postpartum pada umumnya pernafasan menjadi lambat atau kembali normal seperti
saat sebelum hamil pada bulan keenam setelah persalinan. Hal ini karena ibu
dalam kondisi pemulihan atau dalam kondisi istirahat. Bila nadi, suhu tidak
normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus
pada saluran pernafasan.
Bila pada masa nifas pernafasan menjadi lebih
cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok.
(Marliandiani
dan Ningrum, 2015).
7. Perubahan
Sistem Kardiovaskular
Selama kehamilan, volume darah normal
digunakan untuk menampung aliran darah yang meningkat, yang diperlukan oleh
plasenta dan pembuluh darah uterus. Penarikan kembali estrogen menyebabkan
diuresis yang terjadi secara cepat sehingga mengurangi volume plasma darah.
Setelah persalinan, shunt akan hilang
dengan tiba-tiba. Volume darah ibu relative akan bertambah. Keadaan ini akan
menyebabkan beban pada jantung dan akan menimbulkan decompensatio cordis pada pasien dengan vitum cardio. Keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi
dengan tumbuhnya hemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sedia
kala. Umumnya, ini akan terjadi pada 3-5 hari postpartum (Marliandiani dan
Ningrum, 2015).
2.3.6
Kebutuhan
Dasar Ibu Masa Nifas
1.
Nutrisi dan Cairan
Pada masa nifas masalah diet perlu
mendapat perhatian yang serius, karena dengan nutrisi yang baik dapat
mempercepat penyembuhan ibu dan sangat memengaruhi susunan air susu. Diet yang
diberikan harus bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein, dan
banyak mengandung banyak cairan.
Jika yang menyusui harus memenuhi
kebutuhan akan gizi sebagai berikut.
a. Mengonsumsi
tambahan 500 kalori tiap hari.
b. Makan
dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang
cukup.
c.
Minum setidaknya 3 liter air setiap hari.
d.
Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi,
setidaknya selama 40 hari pascapersalinan.
e.
Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat
memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI.
(Saleha, 2009).
2.
Ambulasi
Ambulasi dini (early
ambulation) ialah kebijakan agar secepat mungkin bidan membimbing ibu
postpartum bangun dari tempat tidurnya dan membimbing ibu secepat mungkin untuk
berjalan.
Sekarang tidak perlu lagi menahan ibu postpartum
telentang ditempat tidurnya selama 7-14 hari setelah melahirkan. Ibu postpartum
sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24-48 jam postpartum.
Keuntungan early ambulation
adalah sebagai berikut.
a.
Ibu merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation.
b.
Faal usus dan kandung kemih lebih baik.
c.
early ambulation
memungkinkan kita mengajarkan ibu cara merawat anaknya selama ibu masih di
rumah sakit. Misalnya memandikan, mengganti pakaian, dan memberi makan.
d.
Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia (sosial
ekonomis). Menurut penelitian-penelitian seksama, early ambulation tidak mempunyai pengaruh yang buruk, tidak
menyebabkan perdarahan yang abnormal, tidak memengaruhi penyembuhan luka
episiotomi atau luka di perut, serta tidak memperbesar kemungkinan prolapsus
atau retrotexto uteri.
Early ambulation
tentu tidak dibenarkan pada ibu postpartum dengan penyulit, misalnya
anemia, penyakit jantung, penyakit paru-paru, demam, dan sebagainya.
Penambahan kegiatan dengan early ambulation harus berangsur-angsur, jadi bukan maksudnya ibu
segera setelah bangun dibenarkan mencuci, memasak, dan sebagainya (Saleha,
2009).
3.
Eliminasi
a.
Buang Air Kecil
Ibu diminta untuk buang air kecil (miksi) 6 jam
postpartum. Jika dalam 8 jam postpartum belum dapat berkemih atau sekali
berkemih belum melebihi 100cc, maka dilakukan kateresasi. Akan tetepi, kalau
ternyata kandung kemih penuh, tidak perlu menunggu 8 jam untuk karerisasi.
Berikut ini sebab-sebab terjadinya kesulitan berkemih
(retensio urine) pada ibu postpartum.
1)
Berkurangnya tekanan intra abdominal.
2)
Otot-otot perut masih lemah.
3)
Edema dan uretra.
4)
Dinding kantong kemih kurang sensitif.
b.
Buang Air Besar
Ibu postpartum diharapkan dapat buang air besar
(defekasi) setelah hari kedua postpartum. Jika hari ketiga belum juga BAB, maka
perlu diberi obat pencahar per oral atau per rektal. Jika setelah pemberian
obat pencahar masih belum bisa BAB, maka dilakukan klisma (huknah).
c.
Personal Higiene
Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan
terhadap infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan lingkungan
sangat penting untuk tetap dijaga.
Langkah-langkah
yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan diri ibu postpartum adalah
sebagai berikut.
1)
Anjurkan kebersihan seluruh tubuh, terutama parenium.
2)
Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin
dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ibu mengerti untuk membersihkan daerah
sekitar vulva terlebih dahulu dari depan ke belakang, baru kemudian dibersihkan
daerah di sekitar anus. Nasehatkan pada ibu untuk membersihkan vulva setiap
kali selesai buang air kecil/besar.
3)
Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain
pembalut setidaknya 2 kali sehari, kain dapat digunakan ulang jika telaah
dicuci dengan baik dan dikeringkan di bawah matahari atau disetrika.
4)
Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air,
sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
5)
Jika ibu mempunyai luka episiotomy atau laserasi,
sarankan kepada ibu untuk menghindari untuk menyentuh luka.
(Saleha,
2009).
4.
Istirahat
Umumnya wanita sangat lelah setelah
melahirkan, akan terasa lebih lelah bila partus berlangsung agak lama. Seorang
ibu baru akan cemas apakah ia mampu merawat anaknya atau tidak setelah
melahirkan. Hal ini mengakibatkan susah tidur, alas an lainnya adalah terjadi
gangguan pola tidur karena beban kerja bertambah, ibu harus bangun malam untuk
meneteki, atau mengganti popok yang sebelumnya tidak pernah dilakukan. Berikut
adalah hal-hal yang dapat dianjurkan pada ibu.
a. Beristirahat
yang cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
b. Sarankan
ia untuk kembali ke kegiatan-kegiatan yang tidak berat.
Kurang istirahat akan
memengaruhi ibu dalam beberapa hal, diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Mengurangi
jumlah ASI yang diproduksi.
b. Memperlambat
proses involusi uterus dan memperbanyak pendarahan.
c. Menyebabkan
depresi dan ketidakmampuan untuk merawaat bayi dan dirinya sendiri.
(Dewi dan Sunarsih,
2014).
5.
Seksual
Hubungan seksual dapat dilakukan
dengan aman ketika luka episiotomy telah sembuh dan lokia telah berhenti. Sebaiknya
hubungan seksual dapat ditunda sedapat mungkin sampai 40 hari setelah
persalinan karena pada saat itu diharapkan organ-organ tubuh telah pulih
kembali. Ibu mengalami ovulasi dan mungkin mengalami kehamilan sebelum haid
yang pertama timbul setelah persalinan. Oleh karena itu, bila senggama tidak
mungkin menunggu sampai hari ke 40, suami/istri perlu melakukan usaha untuk
mencegah kehamilan. Pada saat inilah waktu yang tepat untuk memberikan
konseling tentang pelayanan KB (Dewi dan Sunarsih, 2014).
6.
Keluarga Berencana
Tujuan dari kontrasepsi adalah
menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel
telur yang matang dengan sel sperma tersebut. Kontrasepsi yang cocok untuk ibu
pada masa nifas, atara lain metode amenorehea, laktasi (MAL), pil progestin
(mini pil), suntikan progestin, kontrasepsi implant, dan alat kontrasepsi dalam
rahim (Dewi dan Sunarsih, 2014).
7.
Latihan atau Senam Nifas
Senam nifas adalah senam yang
dilakukan ibu-ibu setelah melahirkan setelah keadaan tubuhnya pulih kembali.
Senam nifas bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan, mencegah terjadinya
komplikasi, serta memulihkan dan menguatkan otot-otot punggung, otot dasar
panggul dan otot perut. Latihan senam nifas dilakukan untuk membantu
mengencangkan otot-otot tersebut.
Hal ini untuk mencegah terjadinya
nyeri punggung dikemudian hari dan terjadinya kelemahan pada otot panggul
sehingga dapat mengakibatkan ibu tidak bisa menahan BAK. Gerakan senam nifas
ini dilakukan dari gerakan yang paling sederhana hingga yang tersulit.
Sebaiknya dilakukan secara bertahap dan terus menerus (kontinu). Lakukan
pengulangan setiap 5 gerakan dan tingatkan setiap hari sampai 10 kali (Dewi dan
Sunarsih, 2014).
2.3.7
Adaptasi Psikologis Masa Nifas
Pengalaman menjadi
orang tua khususnya menjadi seorang ibu tidaklah selalu merupakan suatu hal
yang menyenangkan bagi setiap wanita atau pasangan suami istri. Banyak hal
menambah beban hingga membuat seorang wanita merasa down. Banyak wanita merasa tertekan pada saat setelah melahirkan,
sebenarnya hal tersebut adalah wajar. Perubahan peran seorang ibu memerlukan
adaptasi yang harus dijalani. Tanggung jawab menjadi seorang ibu semakin besar
dengan lahirnya bayi yang baru lahir. Dorongan dan perhatiian dari seluruh
anggota keluarga lainnya merupakan dukungan yang positif bagi ibu. Dalam
menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sebagai
berikut.
1.
Fase Taking in
Fase taking in yaitu periode ketergantungan yang berlangsung pada hari
pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Gangguan psikologis yang mungkin
dirasakan ibu pada fase ini adalah sebagai berikut :
a.
Kekecewaan karena tidak
mendapatkan apa yang di inginkan tentang bayinya misalkan : jenis kelain
tertentu, warna kulit dan sebagainya.
b.
Ketidaknyamanan
sebagai akibat dari perubahan fisik yang dialami ibu misalnya rasa mules akibat
dari kontraksi rahim, payudara bengkak, akibat luka jahitan, dan sebagainya.
c.
Rasa bersalah karena
belum bisa menyusui bayinya.
d.
Suami atau keluarga yang
mengkritik ibu tentang cara merawat bayinya dan cenderung melihat saja tanpa
membantu. Ibu akan merasa tidak nyaman karena sebenarnya hal tersebut bukan
hanya tanggung jawab ibu saja, tetapi tanggung jawab bersama.
2.
Taking hold
Fase taking hold adalah fase/periode yang
berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu merasa
khawatir akan ketidakmampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi.
Ibu memiliki perasaan yang sangat sensitif sehingga mudah tersinggung dan
gampang marah sehingga kita perlu berhati-hati dalam berkomunikasi dengan ibu.
3. Fase letting go
Fase letting go merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung 10 hari
setelah melahirkan. Ibu sudah dapat mnyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya,
serta kepercayaan dirinya sudah meningkat. Pendidikan kesehatan yang kita
berikan pada fase sebelumnya akan sangat berguna bagi ibu. Ibu lebih mandiri
dalam memenuhi kebutuhan diri dan bayinya.
(Dewi dan
Sunarsih, 2014).
2.4 Konsep Dasar Bayi Baru Lahir
2.4.1
Pengertian
Bayi baru lahir
normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan
berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram (Rochmah et.al, 2011).
Bayi baru lahir normal
adalah bayi baru lahir normal dengan
berat lahir antara 2.500-4.000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan
tidak ada kelainan konginetal (cacat bawaan) yang berat (Kumalasari, 2015).
2.4.2
Ciri-Ciri Bayi Baru Lahir
Normal
1.
Lahir aterm antara 37-42 minggu, berat badan 2.500-4.000 gram, panjang
badan 48-52 cm.
2.
Lingkar dada 30-38 cm, lingkar kepala 33-35 cm, lingkar lengan 11-12 cm.
3.
Frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit.
4.
Pernafasan ± 40-60 x/menit.
5.
Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup.
6.
Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna.
7.
Kuku agak panjang dan lemas.
8.
Nilai APGAR
> 7, gerak aktif, bayi lahir langsung menangis kuat.
9.
Reflek rooting (mencari puting susu dengan rangsangan taktil pada pipi dan
daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik. Reflek sucking (isap dan menelan)
sudah terbentuk dengan baik. Reflek morro (gerakan memeluk bila dikagetkan)
sudah terbentuk dengan baik. Reflek grasping (menggenggam) sudah baik.
10.
Genitalia
11.
Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada skrotum
dan penis yang berlubang. Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan
uretra yang berlubang, serta adanya labia minora dan mayora.
12.
Eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya mekonium dalam 24 jam pertama
dan berwarna hitam kecokelatan.
Tabel 2.6 Tanda
APGAR.
Tanda
|
Nilai : 0
|
Nilai : 1
|
Nilai : 2
|
Appearance (Warna kulit)
|
Pucat/biru seluruh tubuh
|
Tubuh merah, ekstremitas biru
|
Seluruh tubuh kemerahan
|
Pulse (Denyut jantung)
|
Tidak ada
|
< 100
|
> 100
|
Grimace (Tonus otot)
|
Tidak ada
|
Ekstremitas sedikit fleksi
|
Gerakan aktif
|
Activity (Aktifitas)
|
Tidak ada
|
Sedikit gerak
|
Langsung menangis
|
Respiration (pernafasan)
|
Tidak ada
|
Lemah/tidak teratur
|
Menangis
|
Interpretasi :
1.
Nilai 1-3 asfiksia berat
2.
Nilai 4-6 asfiksia sedang
3.
Nilai 7-10 asfiksia ringan (normal)
(Dewi, 2014).
2.4.3
Tahapan Bayi Baru Lahir
1.
Tahap I terjadi segera setelah lahir, selama menit pertama kelahiran. Pada tahap ini digunakan
sistem scoring apgar untuk fisik dan scoring gray untuk interaksi bayi dan ibu.
2.
Tahap II disebut tahap transisional reaktivitas. Pada tahap II dilakukan
pengkajian selama 24 jam pertama terhadap adanya perubahan perilaku.
3.
Tahap III disebut tahap periodik, pengkajian dilakukan setelah 24 jam
pertama yang
meliputi pemeriksaan seluruh tubuh.
(Dewi, 2014).
2.4.4
Asuhan Kebidanan Pada BBL
Normal
1.
Cara memotong tali pusat
a.
Menjepit tali pusat dengan klem dengan jarak 3 cm dari pusat, lalu mengurut
tali pusat ke arah ibu dan memasang klem ke-2 dengan jarak 2 cm dari klem.
b.
Memegang tali pusat diantara 2 klem dengan menggunakan tangan kiri (jari
tengah melindungi tubuh bayi) lalu memotong tali pusat diantara 2 klem.
c.
Mengikat tali pusat dengan jarak ± 1 cm dari umbilikus dengan simpul mati
lalu mengikat balik tali pusat dengan simpul mati. Untuk kedua kalinya bungkus
dengan kasa steril, lepaskan klem pada tali pusat, lalu memasukkannya dalam
wadah yang berisi larutan klorin 0,5%.
d.
Membungkus bayi dengan kain bersih dan memberikannya kepada ibu.
(Dewi, 2014).
2.
Mempertahankan suhu tubuh BBL dan mencegah hipotermia
a.
Mengeringkan tubuh bayi segera setelah lahir
Kondisi bayi lahir dengan tubuh basah
karena air ketuban atau aliran udara melalui jendela/pintu yang terbuka akan
mempercepat terjadinya penguapan yang akan mengakibatkan bayi lebih cepat
kehilangan suhu. Hal ini akan mengakibatkan serangan dingin (cold stress) yang
merupakan gejala awal hipotermia. Bayi kedinginan biasanya tidak memperlihatkan
gejala menggigil oleh karena kontrol suhunya belum sempurna.
b.
Untuk mencegah terjadinya hipotermia
Bayi yang baru lahir harus segera
dikeringkan dan dibungkus dengan kain kering kemudian diletakkan telungkup
diatas dada ibu untuk mendapatkan kehangatan dari dekapan ibu.
c.
Menunda
memandikan BBL sampai tubuh bayi stabil.
Pada BBL cukup bulan dengan berat
badan lebih dari 2.500 gram dan menangis kuat bisa dimandikan ± 24 jam setelah
kelahiran dengan tetap menggunakan air hangat. Pada BBL berisiko yang berat
badannya kurang dari 2.500 gram atau keadaannya sangat lemah sebaiknya jangan
dimandikan sampai suhu tubuhnya stabil dan mampu mengisap ASI dengan baik.
d.
Menghindari
kehilangan panas pada bayi baru lahir.
Ada empat cara yang membuat bayi
kehilangan panas, yaitu melalui radiasi, evaporasi, konduksi dan konveksi.
(Dewi, 2014).
2.4.5
Bounding
Attachment
Istilah ini
merupakan gabungan dari kata bond
(tali, pertalian, ikatan) dan attachment
(kasih sayang, cinta). Bounding
attachment adalah suatu ikatan kasih sayang yang kuat yang menyebabkan ibu
memberi pengorbanan yang luar biasa yang dibutuhkan untuk merawat bayinya siang
maupun malam secara terus-menerus untuk melindungi, mengasihi, mencium,
mendorong, menatap, dan memberi rasa aman dan nyaman pada bayinya.
Tingkah laku bayi
yang memperlancar kasih sayang orang tua atau proses attachment.
1.
Pandangan tajam, ada kontak mata.
2.
Rupa wajah yang menarik.
3.
Tersenyum.
4.
Bersuara, menangis atau lapar.
5.
Reflek menggenggam,
6.
Mudah dihibur.
7.
Perhatian terfokus pada orang tua.
8.
Membedakan tangis, senyum, dan bersuara.
9.
Melekat, merangkul, menyapa orang tua.
(Deslidel et. Al, 2011).
2.4.6
Adaptasi
Bayi Baru Lahir
1.
Sistem Pernafasan
Nafas pertama
memerlukan tekanan yang sangat tinggi untuk memasukkan udara kedalam alveolus
yang penuh air. Napas ke 2-4 tekanannya lebih rendah. Surfaktan merendahkan
tegangan di dalam alveoli dan mencegah kolaps paru setelah ekspirasi. Surfaktan
diproduksi pada kehamilan 20 minggu dan terus meningkat sampai usia 30-34
minggu.
2.
Sistem Peredaran Darah
Setelah lahir:
a.
Tali pisat dipotong → duktus venosus menutup,
resistensi vascular sistemik meningkat.
b.
Tarikan nafas → tekanan oksigen ↑→resistensi vascular
paru ↓ → sirkulasi darah ke paru↑→ aliran darah balik dari perut ↑→ tekanan
atrium kiri↑→foramen ovale menutup.
c.
Duktus arteriosus sensitif terhadap kadar oksigen dalam
darah → pO2 darah meningkat → duktus arteriosus menutup. Darah
miskin oksigen → vena kava inferior/superior → atrium kanan →ventrikel kanan →
arteri pulmonalis →pertukaran oksigen dan karbondioksida di paru → darah kaya
oksigen → vena pulmonalis → atrium kiri → ventrikel kiri → aorta → sirkulasi
sistemik → vena kava inferior/superior→ dan seterusnya.
3.
Sistem metabolisme dan Pengaturan Suhu
Mekanisme
terjadinya hipotermi dimulai dari asupan makanan yang kurang, lemak cokelat
belum berkembang (26 minggu), permukaan tubuh lebih luas, lemak subkutan
sedikit, dan respons vasomotor kurang efektif. Mekanisme hilangnya panas terjadi
melalui:
a.
Konveksi :
kehilangan panas karena udara yang mengalir
(misalnya: kipas angina, aliran AC, jendela terbuka).
b.
Konduksi :
kehilangan panas karena menempel pada benda dingin (misalnya: stetoskop,
timbangan dll).
c.
Radiasi :
kehilangan panas bayi karena suhu diruangan lebih dingin dari suhu tubuh bayi.
Pencegaahannya dengan mengatur suhu ruangan agar cukup hangat, menpyelimuti
bayi terutama kepalanya (area terluas).
d.
Evaporasi :
kehilangan panas karena tubuh bayi yang basah (menguap bersama air yang
menempel di tubuh bayi). Pencegahannya dengan segera mengeringkan bayi.
4.
Sistem Gastrointestinal
Refleks gumoh dan
refleks batuk sudah terbentuk baik saat lahir. Kemampuan bayi untuk menelan dan
mencerna makanan selain susu masih terbatas. Hubungan antara esophagus dan
lambung masih belum sempurna dan kapasitas lambung masih terbatas (30 cc).
Dua sampai tiga
hari pertama kolon berisi meconium yang lunak berwarna hijau kecoklatan, yang
berasal dari saluran usus dan tersusun atas, mucus dan sel epidermis. Warna
yang khas berasal dari pigmen empedu. Beberapa jam sebelum lahir usus masih
steril, tetapi setellah bakteri menyerbu masuk. Pada hari ke-3 atau ke-4 mekonium menghilang.
5.
Sistem Ginjal
Janin membuang
toksin dan homeostasis cairan/elektrolit melalui plasenta. Setelah lahir ginjal
berperan dalam homestasis cairan/elektrolit. Lebih dari 90% bayi berkemih dalam
usia 24 jam, dan memproduksi urine 1-2 ml/kg/jam. Pematangan ginjal berkembang
sampai usia gestasi 36 minggu.
6.
Sistem Hati
Fungsi hati adalah
metabolism karbohidrat, protein, lemak, dan asam empedu. Hati juga memiliki
fungsi ekskresi (aliran empedu) dan detoksifikasi obattoksin. Bidan harus
hati-hati dalam memberikan obat kepada neonates dengan memperhatikan dosis
obat.
Bila
menemukan bayi kuning lebih dari 2 minggu dan feses berbentuk dempul ada
kemungkinan terjadi atresia bilier yang memerlukan operasi segera sebelum usia
8 minggu. Bilirubin saat lahir antara 1,8-2,8 mg/dl yang dapat meningkat sampai
5 pada hari ke-3 atau ke-4 karena imaturitas sel hati.
7.
Sistem Neurologi
Bayi telah dapat
melihat dan mendengar sejak baru lahir sehingga membutuhkan stimulasi suara dan
penglihatan. Setelah lahir jumlah dan ukuran sel saraf tidak bertambah.
Pembentukan sinaps terjadi secara progesif sejak lahir sampai usia 2 tahun.
Mielinisasi (perkembangan serabut myelin) terjadi sejak janin 6 bulan sampai
dewasa. Golden period mulai trimester
III sampai usia 2 tahun pertambahan lingkar kepala (saat lahir rata-rata 36 cm,
usia 6 bulan 44 cm, usia 1 tahun 47 cm, usia 2 tahun 49 cm, usia 5 tahun 51 cm,
dewasa 56 cm). saat lahir bobot otak 25% dari berat dewasa, usia 6 bulan hamper
50%, usia 2 tahun 75%, usia 5 tahun 90%, usia 10 tahun 100%.
8.
Sistem Imunologi
Sel fagosit,
granulosit, monosit mulai berkembang sejak usia gestasi 4 bulan. Setelah
imunitas neonates cukup bulan lebih rendah dari orang dewasa. Usia 3-12 bulan
adalah keadaan imunodefisiensi sementara sehingga bayi mudah terkena infeksi.
Neonates kurang bulan memiliki kulit yang masih rapuh, membrane mukosa yang
mudah cedera, pertahanan tubuh lebih rendah sehingga berisiko mengalami infeksi
yang lebih besar.
Perubahan beberapa
kekebalan alami meliputi perlindungan oleh kulit membrane mukosa, fungsi
jaringan saluran napas, pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus, dan
perlindungan kimia oleh asam lambung.
(Deslidel
et. Al, 2011).
2.4.7
Pelayanan
Essensial Pada Bayi Baru Lahir Sehat
Oleh Dokter/Bidan/Perawat
1.
Jaga bayi tetap hangat.
2.
Bersihkan jalan napas (bila perlu).
3.
Keringkan dan jaga bayi tetap hangat.
4.
Potong dan ikat tali pusar tanpa membubuhi
apapun, kira-kira 2 menit setelah lahir.
5.
Segera lakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
6.
Beri salep mata antibiotika tetrasiklin 1%
pada kedua mata.
7.
Beri suntikan vitamin K1 1 mg
intramuskular, di paha kiri anterolateral setelah IMD.
8.
Beri imunisasi Hepatitis B0 0,5 ml,
intramuskular, di paha kanan anteroleteral, diberikan kira-kira 1-2 jam setelah
pemberian vitamin K1.
9.
Pemberian Identitas.
10. Anamnesis
dan Pemeriksaan Fisik .
11. Pemulangan
Bayi Lahir Normal (BBL), konseling dan kunjungan ulang.
(Buku
KIA, 2016).
2.4.8
Perawatan
Bayi Baru Lahir
1.
Pemberian ASI
a.
Segera lakukan inisiasi menyusu dini (IMD).
b.
ASI yang keluar pertama berwarna kekuningan
(kolostrum) mengandung zat kekebalan tubuh, langsung berikan pada bayi, jangan
dibuang.
c.
Berikan hanya ASI saja sampai berusia 6
bulan (ASI Eksklusif).
2.
Cara Menjaga Bayi Tetap Hangat
a.
Mandikan bayi setelah 6 jam, dimandikan
dengan air hangat.
b.
Bayi harus tetap berpakaian dan diselimuti
setiap saat, memakai pakaian kering dan lembut.
c.
Ganti popok dan baju jika basah
d.
Jangan tidurkan bayi di tempat dingin atau
banyak angin.
e.
Jaga bayi tetap hangat dengan menggunakan
topi, kaos kaki, kaos tangan dan pakaian yang hangat pada saat tidak dalam
dekapan.
f.
Jika berat lahir kurang dari 2500 gram,
lakukan Perawatan Metode Kanguru (dekap bayi di dada ibu/bapak/anggota keluarga
lain kulit bayi menempel kulit ibu/bapak/ anggota keluarga lain)
g.
Bidan/Perawat/Dokter menjelaskan cara
Perawatan Metode Kanguru
3.
Perawatan Tali
Pusar
a.
Selalu cuci tangan dengan sabun dan air
bersih mengalir sebelum dan sesudah memegang bayi.
b.
Jangan memberikan apapun pada tali pusar.
c.
Rawat tali pusar terbuka dan kering.
d.
Bila tali pusar kotor atau basah, cuci
dengan air bersih dan sabun mandi dan keringkan dengan kain bersih.
(Buku
KIA, 2016).
2.4.9
Pelayanan
Kesehatan Pada Bayi Baru Lahir (Kunjungan
Neonatal)
Pelayanan kesehatan bayi baru lahir oleh
bidan/perawat/dokter dilaksanakan minimal 3 kali, yaitu:
1.
pertama
pada 6 jam - 48 jam setelah lahir.
2.
kedua
pada hari ke 3 - 7 setelah lahir.
3.
ketiga
pada hari ke 8 - 28 setelah lahir.
(Buku KIA, 2016).
2.5 Konsep Dasar Keluarga Berencana
2.5.1
Pengertian
Keluarga
berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang diinginkan.
Agar dapat mencapai hal tersebut, maka dibuatlah beberapa cara atau alternatif
untuk mencegah ataupun menunda kehamilan. Cara-cara tersebut termasuk
kontrasepsi atau pencegah kehamilan dan perencanaan keluarga (Sulistyawati,
2014).
2.5.2
Tujuan Program KB
Tujuan umumnya
adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan ekonomi suatu keluarga,
dengan cara pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan
sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (Sulistyawati, 2014).
Tujuan lain
meliputi pengaturan kelahiran, pendewasaan usia perkawinan, peningkatan
ketahanan dan kesejahteraan keluarga. Hal ini sesuai dengan teori pembangunan
menurut Alex Inkeles dan David Smith yang mengatakan bahwa pembangunan bukan
sekedar perkara pemasok modal dan teknologi saja tapi juga membutuhkan sesuatu
yang mampu mengembangkan sarana yang berorientasi pada masa sekarang dan masa
depan, memiliki kesanggupan untuk merencanakan, dan percaya bahwa manusia dapat
mengubah alam, bukan sebaliknya (Sulistyawati, 2014).
2.5.3
Ruang
lingkup program KB
Ruang lingkup program KB mencakup sebagai berikut.
1.
Ibu.
Dengan jalan mengatur jumlah dan
jarak. Adapun manfaat yang diperoleh oleh ibu adalah sebagai berikut.
a.
Tercegahnya kehamilan yang berulang kali dalam jangka
waktu yang terlalu pendek, sehingga kesehatan ibu dapat terpelihara terutama
kesehatan organ reproduksinya.
b.
Meningkatkan kesehatan mental dan sosial yang dimungkinkan
oleh adanya waktu yang cukup untuk mengasuh anak-anak dan beristirahat yang
cukup karena kehadiran akan anak tersebut memang diinginkan.
2.
Suami.
Dengan memberikan kesempatan suami
agar dapat melakukan hal berikut.
a.
Memperbaiki kesehatan fisik.
b.
Mengurangi beban ekonomi keluarga yang ditanggungnya.
3.
Seluruh keluarga.
Dilaksanakannya program
KB dapat meningkatkan kesehatan fisik, mental dan sosial setiap anggota
keluarga; dan bagi anak dapat memperoleh kesempatan yang lebih besar dalam hal
pendidikan serta kasih sayang orang tuanya.
Ruang lingkup KB secara umum adalah sebagai berikut.
1.
Keluarga berencana.
2.
Kesehatan reproduksi remaja.
3.
Kesehatan dan pemberdayaan keluarga.
4.
Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas.
5.
Keserasian kebijakan kependudukan.
6.
Pengelolaan SDM aparatur.
(Sulistyawati, 2014).
2.5.4
Kontrasepsi
Pasca Persalinan
Keluarga
berencana postpartum adalah melakukan tindakan KB ketika wanita baru melahirkan
dan gugur kandung di rumah sakit, atau memberi pengarahan agar memilih
kontrasepsi yang tepat seperti Metode Aminore Laktasi (MAL) serta kondom dan KB
efektif (menggunakan AKDR, menerima KB hormonal dalam bentuk suntik, susuk atau
pil). Mereka akan segera terlindung dari kehamilan karena telah menggunakan KB
yang tepat dan efektif untuk ibu postpartum.
1. Jenis kontrasepsi KB pasca persalinan :
a.
Non Hormonal
Beberapa kontrasepsi non hormonal
yaitu : Metode Amenore Laktasi (MAL), Kondom dan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR).
1)
Metode Amenore Laktasi
(MAL)
Kontrasepsi non hormonal metode
aminore laktasi (MAL) menurut Hidayati (2012)
a)
Pengertian
Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang
mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif.
b)
Syarat untuk dapat
menggunakan : Menyusui secara penuh (full breast feeding), belum menstruasi, usia bayi
kurang dari 6 bulan.
c)
Cara kerja :
Penundaan/ penekanan ovulasi.
d)
Indikasi
(1)
Ibu yang menyusui secara eksklusif dan bayinya
berusia kurang dari 6 bulan.
(2)
Belum mendapat menstruasi setelah melahirkan.
e)
Kontraindikasi
(1)
Sudah mendapat menstruasi stelah persalinan.
(2)
Tidak menyusui secara eksklusif.
(3)
Bayinya sudah berumur lebih dari 6 bulan.
f)
Keuntungan metode
amenore laktasi (MAL)
(1) Efektivitas tinggi (keberhasilan 98% pada enam bulan
pascapersalinan).
(2)
Segera efektif.
(3)
Tidak mengganggu
senggama.
(4)
Tidak ada efek samping
secara sistemik.
(5)
Tidak perlu pengawasan
medis.
(6)
Tidak perlu obat atau
alat.
(7)
Tidak biaya.
g)
Keterbatasan Metode
Amenore Laktasi (MAL)
(1)
Perlu persiapan sejak
perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam 30 menit pasca persalinan.
(2)
Mungkin sulit dilaksanakan
karena kondisi sosial.
(3)
Efektifitas tinggi
hanya sampai kembalinya haid atau sampai dengan 6 bulan.
(4)
Tidak melindungi
terhadap IMS termasuk virus hepatitis B dan HIV/AIDS.
2)
Kondom
Kontrasepsi non hormonal
kondom menurut varney (2007)
a)
Pengertian
Kondom merupakan bahan karet (lateks), polyuretan (plastik) atau bahan
sejenis yang kuat, tipis dan elastis.
b)
Cara kerja
(1)
Menutupi penis yang sedang ereksi untuk menangkap semen selama ejakulasi
dan mencegah sperma masuk ke dalam vagina.
(2)
Mencegah penularan HIV/AIDS dan IMS.
Keuntungan, efek samping
dan kontraindikasi penggunaan alat kontrasepsi non hormonal kondom menurut
Sulistyawati (2014).
c)
Keuntungan kondom
(1)
Murah dan dapat dibeli
secara umum.
(2)
Mudah di dapat (tidak perlu resep dokter).
(3)
Tidak memerlukan pengawasan.
(4)
Mengurangi kemungkinan penularan penyakit kelamin.
d)
Efek Samping
Pada sejumlah kecil kasus terdapat
reaksi alergi terhadap kondom karet.
e)
Kontraindikasi
Alergi terhadap kondom
karet.
3)
Alat Kontrasepsi Dalam
Rahim (AKDR)
a)
Cara kerja
AKDR merupakan benda asing dalam rahim
sehingga menimbulkan reaksi benda asing dengan timbunan leukosit, makrofag dan
limfosit. AKDR menimbulkan perubahan pengeluaran cairan, prostaglandin yang
menghalangi kapasitasi spermatozoa. Pemadatan endometrium oleh leukosit, makrofag
dan limfosit menyebabkan blastokis mungkin di rusak oleh makrofag dan blastokis
tidak mampu melaksanakan nidasi. Ion Cu yang dikeluarkan AKDR dengan Cupper
menyebabkan gangguan gerak spermatozoa sehingga mengurangi kemampuan untuk
melaksanakan konsepsi (Manuaba, 2010).
Indikasi dan kontraindikasi
kontrasepsi non hormonal AKDR menurut Sulistyawati (2014).
b)
Indikasi
(1)
Perempuan usia reproduksi.
(2)
Menginginkan kontrasepsi jangka panjang.
(3)
Ibu yang tidak diperbolehkan menggunakan kontrasepsi
hormonal.
(4)
Ibu menyusui yang menginginkan kontrasepsi yang
sesuai.
(5)
Ibu dengan hipertensi.
c)
Kontraindikasi
(1)
Hamil atau diduga hamil.
(2)
Mempunyai penyakit radang panggul.
(3)
Panjang uterus kurang dari 6,5 cm.
(4)
Kelainan uterus.
(5)
Kelainan menstruasi.
(6)
Desminorea.
Keuntungan dan
keterbatasan kontrasepsi non hormonal
AKDR menurut Varney (2007).
d)
Keuntungan
(1)
Efektivitas tinggi.
(2)
Dapat efektif segera
setelah pemasangan.
(3)
Metode jangka panjang.
(4)
Sangat efektif karena
tidak perlu lagi mengingat-ingat.
(5)
AKDR plastik tanpa obat kemungkinan memberi perlindungan terhadap kanker
endometrium.
(6)
Tidak mempengaruhi
kualitas dan volume ASI.
(7)
Dapat dipasang segera
setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi).
e)
Keterbatasan
(1)
Nyeri dan terdapat bercak darah setelah pemasangan.
(2)
Desminorea terutama terjadi selama 1-3 bulan pertama setekah pemasangan.
(3)
Tidak baik digunakan
pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering berganti pasangan
(4)
Diperlukan prosedur
medis termasuk pemeriksaan pelvis.
(5)
Klien tidak dapat
melepas AKDR sendiri.
(6)
Klien harus memeriksa
posisi benang AKDR dari waktu ke waktu. Untuk melakukan ini perempuan harus
memasukkan jarinya ke dalam vagina, sebagian perempuan tidak mau melakukan ini.
b.
Hormonal
Progestin : pil, injeksi dan implan.
1)
Kontrasepsi pil progestin
a) Cara kerja
(1)
Pembentukan lendir serviks yang mengganggu sperma, yaitu lendir yang kental
dan sulit di penetrasi oleh sperma sehingga mengurangi penetrasim pengangkutan
dan kemungkinan sperma untuk bertahan hidup kecil.
(2)
Menghambat proses kapasitas pada sperma yang disebabkan perubahan cairan
serviks yang pada keadaan normal mengaktifkan proses tersebut, sehingga membuat
sperma tidak dapat mempenetrasi ovum.
(3)
Membuat endometrium menjadi atrofi sehingga tidak dapat mendukung
implantasi sel ovum.
(Varney, 2007).
Indikasi, kontra
indikasi, keuntungan dan keterbatasan kontrasepsi hormonal pil progrestin.
b) Indikasi
(1) Perempuan pada
usia reproduksi.
(2) Telah memiliki
anak.
(3) Menyusui dan
membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.
(4) Setelah abortus
atau keguguran.
c) Kontraindikasi
(1) Kehamilan.
(2) Kerusakan hati,
kerusakan fungsi hati, atau hepatitis akut.
(3) Tumor maligna
atau benigna.
(4) Perdarahan
genetalia abnormal.
(5) Karsinoma
payudara.
(6) Karsinoma
endometrium.
d) Keuntungan
(1)
Sangat efektif.
(2)
Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.
(3)
Tidak mempengaruhi pengeluaran ASI sehingga dapat
digunakan pada masa laktasi.
(4)
Dapat dipakai semua perempuan dalam usia reproduksi.
e) Keterbatasan
(1)
Gangguan menstruasi.
(2)
Harus minum pil secara teratur.
(3)
Kenaikan berat badan.
(4)
Tidak mencegah IMS.
(5)
Kembalinya kesuburan lebh lambat daripada
kontrasepsi kombinasi.
Sulistyawati (2014).
2)
Kontrasepsi suntik progestin
Kontrasepsi suntik
progestin adalah cara untuk mencegah
terjadinya kehamilan dengan melaui suntikan hormonal yang mengandung progestin,
yaitu depo medroksi progesteron Asetat (Depoprovera) yang mengandung 150 mg
DMPA yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramuskular (di
daerah bokong) (Sulistyawati,
2014). Kontraindikasi yaitu hamil atau diduga hamil, menyusui di bawah 6 minggu
pasca persalinan, riwayat penyakit jantung, stroke, atau dengan hipertensi, keganasan payudara dan DM
a)
Cara kerja
(1)
Mencegah ovulasi.
(2)
Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan
kemampuan penetrasi sperma.
(3)
Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi.
(4)
Menghambat transportasi gamet oleh tuba.
b)
Indikasi
(1)
Perempuan pada usia reproduksi.
(2)
Telah memiliki anak.
(3)
Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.
(4)
Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.
(5)
Setelah abortus atau keguguran.
c)
Keuntungan
(1) Sangat efektif.
(2) Pencegahan
kehamilan jangka panjang.
(3) Tidak
berpengaruh pada hubungan seksual.
(4) Tidak mengandung
esterogen, sehingga dapat digunakan pada ibu menyusui.
(5) Efek samping
sedikit.
(6) Dapat digunakan
oleh perempuan usia lebih dari 35 tahun sampai perimenopause.
d)
Keterbatasan
(1)
Sering terjadi gangguan menstruasi.
(2)
Klien sangat bergantung pada sarana pelayanan
kesehatan (harus kembali untuk di suntik).
(3)
Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum
suntikan berikutnya.
(4)
Kenaikan berat badan.
(5)
Tidak mencegah IMS.
(6)
Kembalinya kesuburan lambat setelah penghentian penggunaan.
3)
Kontrasepsi implan
Kontrasepsi implan
menurut Sulistyawati (2014).
a)
Cara kerja
(1)
Lendir serviks menjadi kental.
(2)
Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga
sulit terjadi implantasi.
(3)
Mengurangi transportasi sperma.
(4)
Menekan ovulasi.
b)
Indikasi
(1)
Perempuan pada usia reproduksi.
(2)
Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi.
(3)
Perempuan yang sering lupa menggunakan pil.
c)
Kontraindikasi
(1)
Hamil atau dicurigai hamil.
(2)
Memiliki riwayat perdarahan peervaginam yang belum
jelas penyebabnya.
(3)
Menderita kanker payudara atau riwayat kanker
payudara.
d)
Keuntungan
(1)
Efektivitas tinggi.
(2)
Pengunaan jangka panjang.
(3)
Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah
pencabutan.
(4)
Tidak memerlukan pemeriksaan dalam.
(5)
Tidak mengandung esterogen sehingga aman digunakan
bagi ibu menyusui.
(6)
Tidak mengganggu aktivitas seksual.
(7)
Klien hanya kembali ke klinik bila ada keluhan.
(8)
Dapat di lepas setiap saat sesuai dengan kebutuhan.
e)
Keterbatasan
(1)
Perubahan pola menstruasi berupa bercak (spotting), hipermenorea atau
meningkatnya jumlah darah menstruasi.
(2)
Peningkatan/penurunan berat badan.
(3)
Membutuhkan tindakan pembedahan minor untuk
pelepasan implan.
(4)
Tidak mencegah IMS.
2.6 Manajemen Kebidanan
2.6.1
Konsep Dasar
Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Trimester III (SOAP)
1.
Pengertian
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan dalam rangkaian
tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien (Varney, 2007).
2.
Tujuan
a.
Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan
ibu dan tumbuh kembang bayi.
b.
Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental
dan sosial ibu dan bayi.
c.
Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau
komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara
umum.
d.
Mempersiapkan pesalinan cukup bulan, melahirkan dengan
selamat ibu maupun bayinya.
e.
Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan
pemberian ASI.
f.
Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima
kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.
(Varney, 2007).
3.
Konsep Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Trimester III
a. Pengkajian
Pada
langkah ini dikumpulkan informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber
yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan
cara anamnesa, pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan khusus dan pemeriksaan penunjang (Sulistyawati, 2009). Proses pengumpulan data
mencakup data subyektif dan obyektif sebagai berikut:
1)
Data Subjektif
a)
Biodata
(1) Nama
ibu dan suami
Ditanyakan nama dengan tujuan agar
dapat mengenal/ memanggil penderita atau ibu dan tidak keliru dengan
penderita-penderita yang lain.
(2) Usia
ibu dan Suami
Hal ini terutama untuk mengetahui keadaan
ibu, terutama pada kehamilan pertama kali atau primipara. Apakah ibu itu
termasuk primipara biasa atau primipara tua, atau untuk mengetahui apakah ibu
mempunyai resiko tinggi atau tidak (umur < 16 tahun atau 35 tahun).
(3) Agama
Hal ini ditanyakan berhubungan dengan
perawatan penderita atau kepercayaan klien dalam beragama. Dalam keadaan yang
gawat ketika memberikan pertolongan dan perawatan dapat diketahui dengan siapa
harus berhubungan, misalnya pada Islam memanggil kyai, agama kristen memanggil
pendeta/pastur.
(4) Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan
ibu dan suami sebagai dasar dalam memberikan KIE.
(5) Pekerjaan
Yang ditanyakan pekerjaan suami dan
ibu sendiri. Menanyakan pekerjaan ini untuk mengetahui bagaimana taraf hidup
dan sosial ekonomi penderita itu agar nasehat kita nanti sesuai.
(6) Suku
bangsa
Untuk mengetahui statistik tentang
kehamilan. Mungkin juga untuk menentukan prognosa kehamilan dengan melihat
keadaan panggul. Misal wanita Asia dan Afrika biasanya mempunyai panggul bundar
dan normal bagi persalinan dan biasanya wanita dan berat panggulnya ukuran
melintang lebih panjang tetapi ukuran muka belakang lebih kecil.
(7) Alamat
Untuk mengetahui ibu itu tinggal
dimana, menjaga kemungkinan bila ada ibu yang namanya bersamaan. Ditanyakan
alamatnya agar dapat dipastikan ibu yang mana yang hendak ditolong.
b)
Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan oleh klien
saat ini atau yang menyebabkan klien datang ke RS.
c)
Status perkawinan
Ditanyakan kepada ibu itu berapa lama
dan berapa kali kawin. Ini untuk membantu menentukan bagaimana keadaan alat
kelamin dalam ibu tersebut.
d)
Riwayat Menstruasi
Ditanyakan tentang keadaan menstruasi
yang lalu kapankah menarche terjadi pada ibu, waktu umur berapa. Untuk
mengetahui keadaan kelamin dalam, normal atau tidak. Ditanyakan apakah saat
datang menstruasi terasa amat sakit, berapa lama menstruasi, bagaimana
keluarnya, kapan menstruasi yang akhir. Keterangan ini digunakan untuk membantu
diagnosa lamanya kehamilan dan untuk menduga kapankah kira-kira anak akan
dilahirkan.
e)
Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
(1) Kehamilan
Untuk
mengetahui apakah ibu sebelumnya pernah hamil berapa, saat hamil ada resiko
atau penyakit kehamilan atau tidak.
(2) Persalinan
Meliputi
jenis persalinan ditolong siapa dimana dan bagaimana keadan bayi persalinan
(BB/PB) waktu persalinan ada penyakit atau tidak.
(3) Nifas
Meliputi
ada tidaknya penyakit/ gangguan selama masa nifas dan laktasi.
Bagaimana penyakit waktu kehamilan,
persalian dan nifas yang kita dapat diantisipasi dengan segera oleh petugas
kesehatan sehingga komplikasi tidak terjadi.
f)
Riwayat kehamilan sekarang
Untuk mengetahui apakah ibu pernah
memeriksakan kehamilannya, dimana, sudah berapa kali, keluhan saat hamil muda
dan tua, mendapatkan suntik TT berapa kali, penyuluhan apa saja yang pernah
didapat.
g)
Riwayat kesehatan yang lalu
Untuk mengetahui apakah ibu pernah
menderita penyakit salah satu faktor predisposisi misal : myoma uteri.
h)
Riwayat kesehatan keluarga
Untuk mengetahui apakah dikeluarga
mempunyai penyakit menurun dan menahun maupun menular.
i)
Pola kebiasaan sehari-hari
Untuk mengetahui kebiasaan ibu yang
dilakukan ibu selama hamil dan saat hamil
(1) Pola
nutrisi
Hal-hal yang ditanyakan bagaimana
nafsu makannya, berapa kali makannya dalam sehari, jumlah minumnya, ditanyakan
pola-pola makan selama hamil karena makanan dan minuman merupakan salah satu
faktor penting didalam pertumbuhan dan perkembangan janin serta mempertahankan
kondisi klien.
(2) Pola
eliminasi
Apakah ibu selama hamil dan sebelum
hamil BAB/BAK ada keluhan atau tidak lancar atau tidak, berapa kali frekuensi
dalam 1 hari.
(3) Pola
aktifitas
Data yang perlu ditanyakan adalah
bagaimana kegiatan sebelum hamil dan saat hamil.
(4) Pola
personal hygiene
Yang ditanyakan adalah bagaimana
menjaga kebersihan tubuhnya seperti : berapakali mandi dalam sehari, ganti baju
dalam sehari, gosok gigi dalam sehari, keramas dalam seminggu.
(5) Pola
istirahat
Ditanyakan berapa jam tidur siang dan
malam sebelum hamil dan saat hamil.
j)
Riwayat psikososial
Yang ditanyakan adalah bagaimana
keadaan psikis saat ini, bagaimana hubungan klien dengan keluarga dan tetangga,
bagaimana tentang kehamilannya saat ini.
2)
Data Objektif
Data yang
diperoleh melalui hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi
dan perkusi yang dilakukan secara berurutan (Sulistyawati, 2009).
a)
Pemeriksaan umum menurut Sulistyawati
(2009).
(1) Kesadaran
Untuk mengetahui gambaran kesadaran pasien dilakukan dengan
pengkajian tingkat kesadaran mulai dari keadaan Composmentis (keadaan maximal)
sampai dengan koma (pasien tidak dalam keadaan sadar).
(2) Tekanan darah
Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi atau hipotensi. Batas normal 110/60-140/90 mmHg.
(3)
Suhu
Untuk mengetahui suhu badan apakah ada peningkatan atau
tidak. Batas normal 35,5 - 37,5oC.
(4)
Nadi
Untuk mengetahui nadi pasien yang di hitung dalam menit.
Batas normal 60-100 kali permenit.
(5)
Respirasi
Untuk mengetahui frekuensi pernapasan pasien yang dihitung
dalam menit.
(6) Tinggi badan
Untuk mengetahui tinggi badan ibu dan mengetahui resiko
tinggi pada ibu dan normal tinggi badan ibu hamil adalah > 145 centimeter.
(7) Berat badan
Untuk mengetahui berat badan ibu, kenaikan berat badan
normal selama hamil sekitar 6,5 sampai 15 kilogram.
(8) LILA
Untuk mengetahui lingkar lengan atas pasien, jika kurang
dari 23,5 centimeter maka ibu hamil kekurangan energi
kalori.
b)
Pemeriksaan fisik menurut Sulistyawati (2009).
(1) Kepala : untuk mengetahui rambut, bersih atau kotor dan berketombe
atau tidak, ada
benjolan abnormal atau tidak, ada nyeri atau tidak.
(2) Muka : untuk mengetahui terdapat oedema atau tidak, terdapat chloasma
gravidarum atau tidak, muka pucat atau tidak.
(3) Mata : untuk mengetahui warna konjungtiva pucat atau tidak,
sklera putih atau tidak.
(4) Mulut, gigi dan gusi : untuk
mengetahui ada stomatitis atau tidak, ada karies atau tidak dan gusi berdarah
atau tidak.
(5) Leher : untuk mengetahui pembengkakan saluran limfe atau pembengkakan saluran kelenjar thyroid ada atau
tidak.
(6) Dada : untuk mengetahui adanya pembesaran
abnormal atau tidak, simetris atau tidak, areola hiperpigmentasi atau tidak,
puting susu menonjol atau tidak, ada benjolan atau tidak, kolostrum sudah
keluar atau belum.
(7) Abdomen
(a) Inspeksi adalah proses pengamatan
dilakukan untuk menilai pembesaran perut sesuai atau tidak dengan tuanya
kehamilan, bentuk perut memanjang atau melintang, adakah linea alba atau nigra,
adakah strie albican atau
livide, adakah kelainan pada perut, serta untuk menilai pergerakan anak, ada bekas operasi atau tidak.
livide, adakah kelainan pada perut, serta untuk menilai pergerakan anak, ada bekas operasi atau tidak.
(b) Palpasi, yaitu : pemeriksaan dengan indra peraba (tangan) dilakukan untuk menentukan besarnya
rahim dengan menentukan usia kehamilan serta menentukan letak anak dalam rahim. Pemeriksaan
palpasi dengan metode leopold, meliputi :
i. Leopold I : Untuk
mengetahui TFU dan bagian yang terdapat di fundus.
ii. Leopold II : Untuk mengetahui bagian punggung janin (kanan/kiri).
iii. Leopold III : Untuk
mengetahui bagian terbawah janin (bokong/ kepala).
iv. Leopold IV : Untuk
mengetahui bagian terbawah sudah masuk PAP/ belum.
TFU (Mc. Donald) : Untuk mengetahui TFU dengan cara
menggunakan metlin mengukur dari fundus uteri sampai atas simfisis.
TBJ : Untuk mengetahui kisaran berat janin.
i. TFU – 12 x 155 (belum masuk panggul/ convergen).
ii. TFU – 11 x 155 (sudah masuk panggul/ divergen).
(c) Auskultasi : pemeriksaan dengan
mendengar bunyi menggunakan dopler untuk mendengarkan bunyi detak
jantung janin, punctum maximum, frekuensi, normal atau tidak.
(8) Genetalia
Untuk mengetahui keadaan genetalia meliputi luka atau tidak, varises atau tidak,
pengeluaran pervaginam meliputi perdarahan dan keputihan, ada pembesaran kelenjar bartoloni
atau tidak.
(9) Anus
Untuk mengetahui adanya
hemoroid atau tidak.
(10) Ekstremitas
Untuk mengetahui adanya varises odema atau tidak,
mengetahui reflek patela kanan kiri.
c)
Pemeriksaan panggul luar
Untuk mengetahui kesan panggul normal atau tidak, berapa
ukuran distansia spinarum, distansia kristarum, konjugata eksterna (boudeloque)
dan lingkar panggul.
d)
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratoritun pada ibu hamil trimester
III perlu dilakukan untuk mengetahui gejala-gejala penyakit secara
dini, misalnya:
(1) Pemeriksaan
urine lengkap
(a) Urine
albumin
Mengetahui kemungkinan adanya kelainan pada
air kemih (adanya albumin dalam urine), misalnya : gejala pre-eklampsia,
penyakit ginjal, radang kandung kencing.
Untuk mengetahui adanya
protein dalam urine.
Negatif : Tetap jernih.
+ : Tampak keruh.
+ + : Kekeruhan nyata
dengan butir-butir halus.
+ + + :
Tampak gumpalan-gumpalan nyata
+ +
+ + : Gumpalan-gumpalan besar atau membeku.
(b)
Urine reduksi
Untuk mengetahui
kadar glukosa dalam urine, sehingga dapat mendeteksi adanya penyakit DM pada
ibu hamil yang merupakan faktor resiko dalam kehamilan maupun persalinan.
Untuk mengetahui adanya glukosa dalam urine.
Negatif : Tetap biru atau hijau jernih.
+ :
Hijau kekuning-kuningan dan agak
keruh.
+ + : Kuning
keruh.
+
+ + : Jinggah keruh.
+
+ + + : Merah keruh / merah bata.
(2) Pemeriksaan Hb
Pemeriksaan Hb yang dilakukan pada ibu hamil untuk
mendeteksi faktor resiko kehamilan. Bila kadar Hb ibu < 11 gr% pada trimester 1 dan
3 berarti ibu dalam keadaan anemia atau kadar <10,5 gr% pada trimester 2. Nilai batas tersebut dan
perbedaannya dengan kondisi wanita tidak hamil terjadi karena hemodilusi,
terutama pada trimester 2 (Prawirohardjo, 2009).
b. Analisa
Data
Pada langkah ini dilakukan
identifikasi yang benar terhadap diagnosa dari data subyektif dan data obyektif
kemudian masalah dan kebutuhan saat itu.
1)
Diagnosa : Ny
G... P… A… UK
minggu, aterm, tunggal, hidup, letak
kepala, intra uteri, jalan lahir normal.
2)
Masalah : muncul dari psiko, sosio, spiritual,
culture dan lain-lain
3)
Kebutuhan
a)
Istirahat yang cukup
b)
Tanda-tanda bahaya kehamilan TM III
c)
Gizi Ibu hamil
c.
Penatalaksanaan
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah
ini merupakan kelanjutan manajeman terhadap masalah atau diagnosa yang telah
diidentifikasi atau diantisipasi. Langkah ini juga melaksanakan Rencana asuhan menyeluruh yang telah
diuraikan secara efisien dan aman. Bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau
sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan lainnya.
Kemudian evaluasi merupakan tahap akhir dari proses manajemen kebidanan untuk menilai kriteria hasil yang dicapai
apakah sesuai dengan tujuan atau
tidak. Sejauh mana tujuan dicapai sesuai dengan kriteria keberhasilan. Dalam
evalusi dihasilkan catatan perkembangan sesuai dengan kriteria waktu yang sudah
ditentukan (Sulistyawati, 2009).
2.6.2
Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Persalinan
1.
Pengertian
Manajemen
kebidanan adalah merupakan suatu metode atau bentuk pendekatan yang digunakan
oleh bidan dalam memberi asuhan kebidanan. Langkah-langkah dalam menejemen kebidanan mengambarkan alur pola berfikir
dan bertindak bidan dalam pengambilan keputusan (Sulistyawati, 2009).
2.
Tujuan
a. Memberikan asuhan kebidanan yang adekuat,
komprehensif, dan terstandar pada ibu bersalin dengan
memperhatikan kebutuhan ibu dan respon ibu.
b. Mengantisipasi resiko-resiko yang terjadi
selama persalinan.
3. Konsep Asuhan Kebidanan pada Persalinan
a. Pengkajian
Pada langkah ini dikumpulkan informasi yang akurat dan
lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh
data dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan
dan pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan khusus dan
pemeriksaan penunjang (Sulistyawati, 2009).
1) Data Subyektif
Data subyektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai pendapat dari suatu data kejadian, informasi tersebut dapat ditentukan
dengan informasi atau komunikasi. Menurut Sulistyawati
& Esti (2014) data subyektif meliputi :
a) Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan alasan bagi pasien untuk datang ke
tempat bidan/klinik, yang diungkapkan dengan kata-katanya sendiri.
b) Pola Fungsional Kesehatan
(1) Nutrisi
Dikaji untuk mengetahui pola makan ibu selama inpartu, jenis makanan, porsi,
buah, serta frekuensi minum ibu dan
jenis minuman yang diminum selama inpartu.
(2) Eliminasi
Dikaji untuk berapa kali ibu BAB dan BAK selama inpartu.
(3) Istirahat
Dikaji untuk mengetahui
istirahat ibu selama inpartu.
(4) Aktivitas
Dikaji aktivitas yang
dilakukan ibu selama inpartu.
2) Data Obyektif
Data ini dikumpulkan guna melengkapi data untuk menegakkan diagnosa (Sulistyawati & Esti, 2014).
a) Pemeriksaan umum
(1) Kesadaran
Untuk mengetahui gambaran kesadaran pasien dilakukan dengan
pengkajian tingkat kesadaran mulai dari keadaan Composmentis (keadaan maximal) sampai
dengan koma (pasien tidak dalam keadaan sadar) (Sulistyawati & Esti, 2014).
(2) Tekanan darah
Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi atau hipotensi. Batas normal 110/60-140/90 mmHg.
(3) Suhu
Untuk mengetahui suhu badan apakah ada peningkatan atau
tidak. Batas normal 35,5 - 37,5oC.
(4) Nadi
Untuk mengetahui nadi pasien yang di hitung dalam menit.
Batas normal 60-100 kali permenit.
(5) Respirasi
Untuk mengetahui frekuensi pernapasan pasien yang dihitung
dalam menit.
(6) Berat badan
Untuk mengetahui berat badan ibu, kenaikan berat badan
normal selama hamil sekitar 6,5 sampai 15 kilogram.
b) Pemeriksaan fisik menurut
Sulistyawati (2009)
(1)
Dada : adakah pembesaran abnormal atau tidak, simetris atau tidak, areola
hiperpigmentasi atau tidak, puting susu menonjol atau tidak, ada benjolan atau
tidak, kolostrum sudah keluar atau belum.
(2) Abdomen
(a) Inspeksi adalah proses pengamatan
dilakukan untuk menilai pembesaran perut sesuai atau tidak dengan tuanya
kehamilan, bentuk perut memanjang atau melintang, ada bekas operasi atau tidak.
(b) Palpasi, yaitu : pemeriksaan dengan indra peraba (tangan) dilakukan untuk menentukan besarnya
rahim dengan menentukan usia kehamilan serta menentukan letak anak dalam rahim.
Pemeriksaan palpasi dengan metode leopold, meliputi :
Leopold I :Untuk mengetahui TFU dan bagian yang terdapat di fundus.
Leopold II :Untuk mengetahui bagian punggung janin (kanan/kiri).
Leopold III :Untuk
mengetahui bagian terbawah janin (bokong/kepala).
Leopold IV :Untuk
mengetahui bagian terbawah sudah masuk PAP/belum.
TFU (Mc. Donald) : Untuk mengetahui TFU dengan cara
menggunakan metlin mengukur dari fundus uteri sampai atas simfisis.
TBJ : Untuk mengetahui kisaran berat janin.
i. TFU – 12 x 155 (belum masuk panggul/ convergen).
ii. TFU – 11 x 155 (sudah masuk panggul/ divergen).
(c) Auskultasi : pemeriksaan dengan
mendengar bunyi menggunakan dopler untuk mendengarkan bunyi detak
jantung janin, punctum maximum, frekuensi, normal atau tidak.
HIS : meliputi durasi, frukuensi
dan intensitas untuk mengetahui kemajuan persalinan.
(3) Genetalia
Dikaji pemeriksaan dalam meluputi : serviks, pembukaan, effacemet, ketuban,
presentasi, penurunan, posisi, moulage, pengeluaran pervaginam di
vagina dan sarung tangan.
(4) Anus
Adanya hemoroid atau tidak, adanya varises atau tidak.
(5) Ekstermitas
Untuk mengetahui adanya varises odema atau tidak,
mengetahui reflek patela kanan kiri.
b. Analisis Data
Analisis data (data dari hasil pengkajian) mencakup diagnosa kebidanan,
masalah dan kebutuhan. Data dasar yang sudah di kumpulkan di interprestasikan
sehingga dapat dirumuskan diagnosa masalah yang spesifik.
1) Diagnosa kebidanan.
Diagnosa yang ditegakkan dalam ruang lingkup praktek
kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan.
Diagnosa yang ditegakkan adalah Ny... G... P... A... usia kehamilan...minggu, tunggal/kembar, hidup/mati, kala.... fase......
2) Masalah : Hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien
yang ditemukan dari hasil pengkajian yang menyertai diagnosa.
3)
Kebutuhan : Hal-hal yang
dibutuhkan oleh pasien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah
yang didapatkan dengan melakukan analisis data.
(Sulistyawati, 2009).
c. Penatalaksanaan
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah
ini merupakan kelanjutan manajeman terhadap masalah atau diagnosa yang telah
diidentifikasi atau diantisipasi.
Langkah ini juga melaksanakan Rencana asuhan menyeluruh yang telah diuraikan
secara efisien dan aman. Bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian
lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan lainnya.
Kemudian evaluasi merupakan tahap akhir dari proses manajemen kebidanan untuk menilai kriteria hasil yang dicapai
apakah sesuai dengan tujuan atau
tidak. Sejauh mana tujuan dicapai sesuai dengan kriteria keberhasilan. Dalam
evalusi dihasilkan catatan perkembangan sesuai dengan kriteria waktu yang sudah
ditentukan. (Sulistyawati,
2009).
2.6.3
Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Nifas
1.
Pengertian
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan dalam rangkaian
tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien. (Varney, 2007).
2.
Tujuan
a.
Memberikan
asuhan kebidanan yang adekuat, komprehensif, dan terstandar pada ibu nifas dengan memperhatikan kebutuhan ibu dan respon
ibu.
b. Mengantisipasi resiko-resiko yang terjadi
selama nifas.
3. Konsep Asuahn Kebidanan pada Nifas
a. Pengkajian
Pada langkah ini dikumpulkan informasi yang akurat dan
lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh
data dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan
dan pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan khusus dan
pemeriksaan penunjang (Sulistyawati, 2009).
Proses pengumpulan data mencakup data subyektif dan
obyektif menurut Sulistyawati (2009) sebagai berikut:
1) Data Subyektif
Data subyektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu
pendapat terhadap suatu situasi data kejadian, informasi tersebut dapat
ditentukan dengan informasi atau komunikasi.
a) Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan alasan bagi pasien untuk datang ke
tempat bidan/klinik, yang diungkapkan dengan kata-katanya sendiri.
b)
Riwayat Persalinan Sekarang
Dikaji kapan ibu melahirkan, cara melahirkan,
penolong, tempat, jenis kelamin bayi yang dilahirkan, BB/PB bayi, LIKA, LILA,
anus, keadaan menyusu bayi, tanda-tanda infeksi, penyulit pada ibu dan bayi,
terapi yang didapat ibu.
c) Pola Fungsional Kesehatan menurut
Sulistyawati (2009) :
(1) Nutrisi
Dikaji untuk mengetahui asupan nutrisis ibu pada masa nifas
meliputi : pola makan ibu. Frekuensi,
lauk dan buah. Frekuensi minum dan jenis minuman.
(2) Eliminasi
Dikaji untuk berapa kali ibu BAB dan BAK adakah kaitannya
dengan obstipasi atau tidak.
(3) Istirahat
Yang perlu dikaji untuk mengetahui pola istirahat dan tidur
adalah berapa jam klien tidur dalam sehari dan apakah ada gangguan. Waktu tidur dalam satu hari ideal 8 jam.
(4) Aktivitas
Perlu dikaji untuk mengetahui apakah ibu melakukan aktifitas fisik secara berlebihan.
(5) Personal hygiene
Dikaji untuk mengetahui ibu mandi
atau disibin, ganti baju, jarik dan celana dalam.
2) Data Obyektif
Data yang diperoleh melalui hasil observasi yang jujur dari
pemeriksaan inspeksi,
palpasi, auskultasi dan perkusi yang dilakukan secara berurutan (Sulistyawati, 2009).
a) Pemeriksaan umum menurut Sulistyawati (2009) :
(1) Kesadaran
Untuk mengetahui gambaran kesadaran pasien dilakukan dengan
pengkajian tingkat kesadaran mulai dari keadaan Composmentis (keadaan maximal)
sampai dengan koma (pasien tidak dalam keadaan sadar).
(2) Tekanan darah
Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi atau hipotensi.
Batas normal 110/60-140/90 mmHg.
(3) Suhu
Untuk mengetahui suhu badan apakah ada peningkatan atau
tidak. Batas normal 35,5 - 37,50C.
(4) Nadi
Untuk mengetahui nadi pasien yang di hitung dalam menit.
Batas normal 60-100 kali permenit.
(5) Respirasi
Untuk mengetahui frekuensi pernapasan pasien yang dihitung
dalam menit.
(6) Berat badan
Untuk mengetahui berat badan ibu setelah persalinan.
b) Pemeriksaan fisik menurut
Sulistyawati (2009)
(1) Muka : terdapat
oedema atau tidak, muka pucat atau tidak.
(2) Mata : untuk mengetahui warna konjungtiva pucat atau tidak, sklera putih atau
tidak.
(3) Dada : adakah pembesaran atau
tidak, simetris, areola hiperpigmentasi atau tidak, puting susu menonjol atau
tidak, ada benjolan atau tidak, kolostrum sudah keluar atau belum.
(4) Abdomen: dikaji ada bekas luka
operasi atau tidak, TFU, kontraksi, kandung kemih.
(5) Genetalia
Dikaji terdapat pengeluaran pervaginam atau tidak, lochea, keadaan laserasi
jalan lahir, tanda-tanda infeksi.
(6) Ekstermitas
Untuk mengetahui adanya varises odema atau tidak,
mengetahui reflek patela kanan kiri.
b. Analisis Data
Analisis data (data dari hasil pengkajian) mencakup diagnosa kebidanan,
masalah dan kebutuhan. Data dasar yang sudah di kumpulkan di interprestasikan
sehingga dapat dirumuskan diagnosa masalah yang spesifik.
1) Diagnosa kebidanan.
Diagnosa yang ditegakkan dalam ruang lingkup praktek
kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan.
Diagnosa yang ditegakkan adalah Ny...
P... A... ....
jam Masa Nifas,
2) Masalah : Hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien
yang ditemukan dari hasil pengkajian yang menyertai diagnosa.
3)
Kebutuhan : Hal-hal yang
dibutuhkan oleh pasien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah
yang didapatkan dengan melakukan analisis data.
(Sulistyawati, 2009).
c. Penatalaksanaan
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah
ini merupakan kelanjutan manajeman terhadap masalah atau diagnosa yang telah
diidentifikasi atau diantisipasi.
Langkah ini juga melaksanakan Rencana asuhan menyeluruh yang telah diuraikan
secara efisien dan aman. Bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian
lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan lainnya.
Kemudian evaluasi merupakan tahap akhir dari proses manajemen kebidanan untuk menilai kriteria hasil yang dicapai
apakah sesuai dengan tujuan atau
tidak. Sejauh mana tujuan dicapai sesuai dengan kriteria keberhasilan. Dalam
evalusi dihasilkan catatan perkembangan sesuai dengan kriteria waktu yang sudah
ditentukan (Sulistyawati, 2009).
2.6.4
Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Bayi
Baru Lahir
1.
Pengertian
Asuhan
kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk
mengorganisir pikiran serta tindakan berdasarkan teori ilmiah,
penemuan-penemuan, ketrampilan dalam rangkaian tahapan untuk mengambil
keputusan yang berfokus pada klien. Asuhan pada bayi baru lahir normal adalah
asuhan yang diberikan pada bayi jam pertama setelah kelahiran dilanjutkan
sampai 24 jam (Sulistyawati, 2009).
2.
Tujuan
Memberikan
asuhan segera atau rutin pada bayi baru lahir termasuk melakukan pengkajian,
membuat diagnosa, mengidentifikasi masalah dan kebutuhan bayi, mengidentifikasi
diagnosa dan masalah potensial, tindakan segera serta merencanakan
asuhan.Melakukan pengkajian dan mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk
mengevaluasi hasil tindakan.
a.
Pengkajian
Pada langkah pertama ini dilakukan
pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi
keadaan klien secara lengkap.
1) Data
Suyektif
a)
Biodata
(a)
Nama bayi
Untuk menghindari
kekeliruan.
(b) Tanggal
lahir
Untuk mengetahui
usia bayi.
(c) Jenis
kelamin
Untuk mengetahui
jenis kelamin bayi.
(d) Umur
Untuk mengetahui
usia bayi.
(e) Alamat
Untuk memudahkan
kunjungan rumah.
(f) Nama
ibu
Untuk memudahkan
memanggil dan untuk menghindari kekeliruan.
(g) Umur
Untuk mengetahui
apakah ibu termasuk beresiko tinggi atau tidak.
(h) Pekerjaan
Untuk mengetahui
tingkat sosial ekonomi.
(i) Pendidikan
Untuk memudahkan
pemberian KIE.
(j) Agama
Untuk mengetahui
kepercayaan yang dianut ibu.
(k) Alamat
Untuk memudahkan
komunikasi dan kunjungan rumah.
(l) Nama
ayah
Untuk menhindari
terjadinya kekeliruan.
(m) Umur
Untuk mengetahui
usia ayah.
(n) Pekerjaan
Untuk mengetahui
tingkat sosial ekonomi.
(o) Pendidikan
Untuk memudahkan
pemberian KIE.
(p) Alamat
Untuk memudahkan
komunikasi dan kunjungan rumah.
b)
Keluhan utama
Untuk mengetahui apakah yang di
keluhkan ibu terhadap bayinya.
c)
Riwayat kehamilan dan persalinan
(1) Antenatal
Untuk
mengetahui anak keberapa, riwayat kehamilan yang mempengaruhi BBL adalah
kehamilan yangg tidak disertai komplikasi seperti diabetes melitus (DM),
hepatitis, jantung, asma, hipertensi (HT), TBC, frekuensi antenatal
care (ANC), dimana keluhan-keluhan selama hamil.
(2) Natal
Untuk
mengetahui berapa usia kehamilan, jam berapa waktu persalinan, jenis
persalinan, lama kala I, lama kala II, BB bayi, PB bayi, denyut nadi,
respirasi, suhu, bagaimana ketuban, ditolong oleh siapa, komplikasi persalinan
dan berapa nilai APGAR untuk BBL.
(3) Post Natal
(a)
Observasi TTV.
(b)
Keadaan talipusat.
(c)
Untuk mengetahui apakah telah diberi injeksi vitamin K.
(d)
Minum ASI/PASI, berapa cc setiap per jam.
(4) Kebutuhan dasar
(a)
Pola nutrisi
Untuk
mengetahui apakah setelah bayi lahir, di susukan pada ibunya, apakah ASI
keluar, kebutuhan minum hari pertama 60 cc/kgBB, selanjutnya ditambah 30
cc/kgBB untuk hari berikutnya.
(b)
Pola eleminasi
Untuk
mengetahui proses pengeluaran defekasi dan urin terjadi 24 jam pertama setelah
lahir, bagaimana konsistensinya. Selain
itu diperiksa juga urin yang normalnya berwarna kuning
(c)
Pola istirahat
Untuk
mengetahui Pola tidur bayi,normal bayi baru lahir adalah 14-18 jam/hari.
(d)
Pola aktivitas
Untuk
mengetahui pada bayi seperti menangis, BAK, BAB, serta memutar kepala untuk
mencari putting susu.
(e)
Riwayat psikososial
Untuk
mengetahui kesiapan keluarga menerima anggota baru dan kesanggupan ibu menerima
dan merawat anggota baru.
2) Data
Objektif
a)
Pemeriksaan umum
(1) Keadaan
umum : bagaimana tingkat kesadaran, jenis kelamin, Apgar skor, sianosis /
adakah ikterus, hipertermi atau tidak.
(2) Kesadaran
: Untuk mengetahui tingkat kesadaran.
(3) TTV :
Untuk mengetahui fungsi kerja organ vital.
(a) Suhu
: Untuk mengetahui temperatur bayi (36,5-37oC).
(b) Nadi
: Untuk mengetahui frekuensi detak jantung per menit (Normal : 120 x/m – 150
x/m).
(c) RR
: Untuk mengetahui frekuensi pernafasan / menit (Normal : 30-60 x/menit)
(4) Denyut
jantung
Untuk mengetahui denyut jantung bayi,
normalnya (130-160 kali/menit).
(5) Berat
badan
Untuk mengetahui bayi apakah BBLR
atau tidak, normalnya (2500-4000 gram).
(6) Panjang
badan
Untuk megetahui panjang badan bayi
normalnya antara 48-52 cm.
b)
Pemerikssaan fisik
(a)
Kepala
untuk mengetahui molage, caput suksedanium, cephal
hematoma.
(b)
Wajah
Untuk mengetahui terdapat odema/tidak, kuning/tidak.
(c)
Kulit
Mengetahui warna kulit, turgor kulit baik/tidak, terdapat
lanugo/tidak.
(d)
Mata
Mengetahui mata simetris atau tidak, konjungtiva merah
muda/tidak, sklera putih/tidak.
(e)
Hidung
Mengetahui ada/tidak pernafasan cuping hidung.
(f)
Telinga
Mengetahui simetris atau tidak, keadaan daun telinga.
(g)
Dada
Mengetahui simetris atau tidak, payudara mengeluarkan
cairan atau tidak, tarikan dinding dada atau tidak, ronchi dan wheezing atau
tidak.
(h)
Abdomen
Mengetahui pembesaran hepar atau tidak, meteorismus atau
tidak, bising usus atau tidak dan keadaan tali pusat.
(i)
Punggunng
Untuk mengetahui apakah terdapat atau tidak, terdapat
kelainan konginetal atau tidak.
(j)
Genetalia
Mengetahui genetalia bersih/kotor, ruam/tidak. Bayi
perempuan : labia mayora sudah/belum menutupi labia minora, ada/tidak lubang
uretra. Bayi laki-laki : testis sudah turun/belum, ada/tidak lubang uretra.
(k)
Anus
Mengetahui apakah bersih/kotor, ada/tidak lubang anus.
(l)
Ekstermitas
Mengetahui keadaan akral, ada/tidak fraktur.
c)
Pemeriksaan tumbuh kembang
(1) Pemeriksaan
tumbuh
(a) BBL
: normal / tidak (normal : 2500-4000 gr).
(b) PB
: normal/tidak (normal : 48-54 cm).
(c) LD
: normal/tidak (normal : 32-36 cm).
(d) LK
: normal/tidak (normal : 32-35 cm).
(e)
MO :N :35 cm (Lingkar besar kepala)
FO :N :34 cm (Lingkar sedang kepala)
SOB :N :32 cm (Lingkar kecil kepala)
FO :N :34 cm (Lingkar sedang kepala)
SOB :N :32 cm (Lingkar kecil kepala)
(2) Pemeriksaan
kembang
(a)
Reflek morro (terkejut)
Apabila bayi diberi sentuhan mendadak
terutama dengan jari dan tangan, maka akan menimbulkan gerak terkejut.
(b)
Reflek menggenggam
Apabila telapak tangan bayi
disentuh dengan jari pemeriksa, maka bayi akan berusaha menggenggam jari
pemeriksa.
(c)
Rooting Reflek (mencari putting)
Apabila pipi bayi disentuh oleh
jari pemeriksa, maka bayi akan menoleh dan mencari sentuhan itu.
(d)
Sucking reflek (reflek menghisap)
Apabila bayi diberi dot/putting,
maka bayi berusaha untuk menghisap.
(e)
Glabella reflek
Apabila bayi disentuh pada daerah
os glabella dengan jari tangan pemeriksa, maka bayi akan mengerutkan keningnya dan mengedipkan matanya.
(f)
Gland reflek
Apabila bayi disentuh pada lipatan
paha kanan dan kiri, maka bayi akan berusaha mengangkat kedua pahanya.
(g)
Thonick neck
reflek
Apabila bayi diangkat dari tempat
tidur (digendong), maka bayi
akan berusaha mengangkat kepalanya.
b.
Analisis Data
Analisis data (data dari hasil pengkajian) mencakup
diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan. Data dasar yang sudah di kumpulkan
di interprestasikan sehingga dapat dirumuskan diagnosa masalah yang spesifik
(Varney, 2007).
1)
Diagnosa kebidanan.
Diagnosa yang ditegakkan dalam ruang lingkup praktek
kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan.
2)
Masalah
Hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang
ditemukan dari hasil pengkajian yang menyertai diagnosa (Varney, 2007).
3)
Kebutuhan
Hal-hal yang dibutuhkan oleh pasien dan belum
teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan melakukan
analisis data (Varney, 2007).
c.
Penatalaksanaan
Pada langkah ini direncanakan
asuhan yang menyeluruh
ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan
manajeman terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau
diantisipasi.
Langkah ini juga
melaksanakan rencana asuhan
menyeluruh yang telah diuraikan secara efisien dan aman. Bisa dilakukan
seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan
lainnya.
Kemudian evaluasi merupakan tahap akhir dari proses
manajemen kebidanan untuk menilai
kriteria hasil yang dicapai apakah sesuai dengan tujuan atau tidak. Sejauh mana tujuan dicapai sesuai
dengan kriteria keberhasilan. Dalam evalusi dihasilkan catatan perkembangan
sesuai dengan kriteria waktu yang sudah ditentukan (Sulistyawati, 2009).
2.6.5
Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada
Kontrasepsi
1. Pengertian
Manajemen asuhan
kebidanan adalah proses pemecahan
masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasik-an pikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam
rangkaian tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien
(Varney, 2007).
2.
Tujuan
Mampu menerapkan
asuhan kebidanan yang komperehensif pada ibu calon akseptor sesuai dengan
standart asuhan kebidanan, dengan pendekatan menejemen kebidanan.
3.
Konsep Asuhan Kebidanaan pada Kontrasepsi
a.
Pengkajian
Pengkajian merupakan
langkah awal proses
asuhan kebidanan.
1) Data
subyektif
Data
menurut perspektif klien, Data ini diperoleh melalui anamnesa.
a)
Keluhan utama
Ditanyakan untuk
mengetahui perihal yang mendorong klien datang kepada Bidan.
b)
Riwayat Kesehatan
(a)
Riwayat Kesehatan yang lalu
Data ini di perlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya riwayat atau penyaklit akut, kronis.Seperti : jantung, asma,
DM, hipertensi yang dapat mempengaruhi pada penggunaan alat kontrasepsi.
(b)
Riwayat
kesehatan sekarang
Data-data ini di perlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya penyakit yang di derita pada saat ini yang ada hubunganya dengan
kontrasepsi.
(c)
Riwayat
kesehatan keluarga
Data ini di perlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan
pasien, yaitu apabila ada penyakit keluarga yang menyertainya.
c)
Riwayat perkawinan
Yang perlu di kaji adalah berapa kali
menikah, satatus menikah syah atau tidak, karena bila melahirkan tanpa status
yang jelas akan berkaitan dengan psikologisnya.
d)
Riwayat obstetrik
(1) Riwayat
kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu.
Berapa kali ibu hamil,
apakah pernah abortus, jumlah anak, cara persalinan yang lalu, penolong
persalinan, keadaan nifas yang lalu.
(2) Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah
pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan
selama menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas ini dan
beralih ke kontrasepsi apa.
(3) Kehidupan
sosial Budaya
Budaya atau adat
kebiasaan di lingkungan ibu atau keluarga yang dapat mempengaruhi kesehatan
keluarga, seperti pantangan makan, atau tingkah laku yang dianggap tabu.
e)
Keadaan psikososial
Untuk mengetahui
bagaimana tanggapan Ibu atau keluarga terhadap kontraepsi, dan bagaimana
hubungan Ibu dengan anggota keluarga atau tetangga.
f)
Data pengetahuan
Untuk mengetahui
seberapa jauh pengetahuan ibu tentang kontrasepsi.
g)
Pola kebiasaan sehari-hari
(1)
Nutrisi
Perlu ditanyakan bagaimana pola makan,
komposisi makanan, dari informasi tersebut dapat diketahui kebutuhan nutrisi
terpenuhi atau tidak.
(2)
Istirahat
Ditanyakan tidur siang dan malam berapa
jam apakah selama sakit ada gangguan atau tidak.
(3)
Eliminasi
Untuk mengetahui apakah BAB atau BAK ada
gangguan atau tidak dan tanyakan berapa kali sehari, bagaimana konsistensinya,
warnanya.
(4)
Aktivitas
Ditanyakan bagaimana aktivitas Ibu
sebelum dan selama ini, adakah gangguan atau tidak
(5)
Personal hygiene
Tanyakan berapa kali mandi, gosok gigi,
cuci rambut seminggu berapa kali, bagaimana Ibu menjaga kebersihan kewanitaan, bila memakai pembalut ganti
berapa kali. Hal ini perlu dikaji untuk mencegah infeksi.
2) Data
Obyektif
a)
Pemeriksaan fisik umum
(1) Kadaan
umum
Untuk mengetahui bagaimana keadaan ibu Baik, cukup, atau
lemah.
(2) Kesadaran
Untuk mengetahui bagaimana kesadaran ibu Compos mentis,
somnolent, apatis, koma.
(3)
Tanda-tanda Vital
(a)
Tekanan darah
Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi atau
hipotensi, Batas normal 110/60-140/90
mmHg.
(b)
Suhu
Untuk mengetahui suhu badan apakah ada peningkatan atau
tidak. Batas normal 35,5 - 37,5oC.
(c)
Nadi
Untuk mengetahui nadi pasien yang di hitung dalam menit. Batas
normal 60-100 kali permenit.
(d)
Respirasi
Untuk mengetahui frekuensi pernapasan pasien yang dihitung
dalam menit.
(Sulistyawati, 2009).
b)
Pemeriksaan fisik khusus
(1)
Inspeksi
(a)
Kepala
Untuk
mengetahui apakah ada benjolan
atau kelainan, kebersihan rambut dan kulit kepala, rambut rontok
atau tidak.
(b)
Muka
Untuk
mengetahui apakah ibu
terlihat lelah, pucat, ceria, segar.
(c)
Mata
Untuk
mengeetahui warna konjungtiva bagaimana,
sklera ikterus
atau tidak, kedua mata
simetris atau tidak.
(d)
Hidung
Untuk
mengetahui simetris atau tidak, adakah polip, adakah pernafasan cuping hidung
atau tidak.
(e)
Leher
Untuk
mengetahui adakah pembesaran kelenjar limfe, adakah pembesaran kelenjar thyroid, apakah ada
bendungan venajugularis, adakah bekas luka.
(f)
Dada
Untuk
mengetahui apakah kedua payudara simetris,
ada pembengkakan atau tidak, puting menonjol/tidak, lecet/tidak.
(g)
Perut
Untuk
mengetahui adakah bekas operasi.
(h)
Genetalia
Untuk
mengetahui oedema/tidak.
(i)
Anus
Untuk
mengetahui adakah haemoroid, adakah varises.
(j)
Ekstremitas
Untuk
mengetahui adakah oedem, adakah varises.
(2)
Palpasi
(a)
Dada
Untuk mengetahui apakah ada pembengkakan atau tidak, puting
menonjol/tidak, lecet/tidak, konsistensinya bagaimana.
(b)
Ekstremitas
Untuk mengetahu adakah oedem,
adakah varises.
(3)
Auskultasi
(a) Dada
Untuk
mengetahui apakah ada wheezing, apakah ada ronchi.
b.
Analisis Data
Analisis data (data dari hasil pengkajian) mencakup
diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan. Data dasar yang sudah di kumpulkan
di interprestasikan sehingga dapat dirumuskan diagnosa masalah yang spesifik
(Varney, 2007).
1)
Diagnosa kebidanan.
Diagnosa yang ditegakkan dalam ruang lingkup praktek
kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan.
2)
Masalah
Hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang
ditemukan dari hasil pengkajian yang menyertai diagnosa (Varney, 2007).
3)
Kebutuhan
Hal-hal yang dibutuhkan oleh pasien dan belum
teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan melakukan
analisis data (Varney, 2007).
c.
Penatalaksanaan
Pada langkah ini direncanakan
asuhan yang menyeluruh
ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan
manajeman terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau
diantisipasi.
Langkah ini juga melaksanakan Rencana asuhan menyeluruh yang telah
diuraikan secara efisien dan aman. Bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau
sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan lainnya.
Kemudian evaluasi merupakan tahap akhir dari proses
manajemen kebidanan untuk menilai
kriteria hasil yang dicapai apakah sesuai dengan tujuan atau tidak. Sejauh mana tujuan dicapai sesuai
dengan kriteria keberhasilan. Dalam evalusi dihasilkan catatan perkembangan
sesuai dengan kriteria waktu yang sudah ditentukan. (Sulistyawati, 2009).
2.7
Kerangka Konseptual
Fisiologis
|
Patologis
|
Penerapan Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan
Trimester III
|
Rujuk
|
Bersalin
|
Fisiologis
|
Patologis
|
Pemantauan Kemajuan Persalinan Kala I-IV
dengan Partograf
|
Bayi Baru Lahir
|
Nifas
|
Fisiologis
|
Patologis
|
Rujuk
|
Penerapan
Asuhan Kebidanan pada BBL-neonatus
1. Kunjungan I (umur 6 jam-3 hari)
2. Kunjungan II (umur 4-7 hari)
3. Kunjungan III (umur 8-14 hari)
4. Kunjungan IV (>15 hari)
|
Penerapan
Asuhan Kebidanan pada ibu nifas
1. Kunjungan I (umur 6 jam-3 hari PP)
2. Kunjungan II (umur 4-7 hari PP)
3. Kunjungan III (umur 8-14 hari PP)
4. Kunjungan IV (>15 hari PP)
|
Keluarga
Berencana :
1. Kunjungan I (4-7 hari PP) = Konseling
Pelayanan KB
2. Kunjungan II (8-14 hari PP) = Evaluasi
Konseling Pelayanan KB
|
Fisiologis
|
Patologis
|
Rujuk
|
Ibu Hamil Trimester III
|
Gambar 2.2 : Kerangka Konseptual
Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny.“R” G1IIP1A1 Dengan KEK di Polindes Bangilan Kecamatan Kapas Kabupaten Bojonegoro.