Clock

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA Ny. “R” GIIIP1A1 USIA KEHAMILAN 33 MINGGU 4 HARI DENGAN KEK DI POLINDES BANGILAN KECAMATAN KAPAS KABUPATEN BOJONEGORO BAB 2


Judul : ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA Ny. “R” GIIIP1A1 USIA KEHAMILAN 33 MINGGU 4 HARI DENGAN KEK DI POLINDES BANGILAN KECAMATAN KAPAS KABUPATEN BOJONEGORO BAB 2
link : ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA Ny. “R” GIIIP1A1 USIA KEHAMILAN 33 MINGGU 4 HARI DENGAN KEK DI POLINDES BANGILAN KECAMATAN KAPAS KABUPATEN BOJONEGORO BAB 2


ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA Ny. “R” GIIIP1A1 USIA KEHAMILAN 33 MINGGU 4 HARI DENGAN KEK DI POLINDES BANGILAN KECAMATAN KAPAS KABUPATEN BOJONEGORO BAB 2



BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1    Konsep Dasar Kehamilan Trimester III
2.1.1    Pengertian
            Kehamilan merupakan suatu proses dari kehidupan seorang wanita, dimana dengan adanya proses ini akan menyebabkan perubahan pada ibu tersebut, yang meliputi perubahan fisik, mental, dan sosialnya (Dewi dan Sunarsih, 2014).
            Kehamilan merupakan proses alamiah untuk menjaga kelangsungan peradaban manusia. Kehamilan baru bisa terjadi jika seorang wanita sudah mengalami pubertas yang ditandai dengan terjadinya menstruasi (Sulistyawati, 2009).
            Lamanya kehamilan mulai dari ovulasi sampai partus adalah kira-kira 280 hari (40 minggu). Bila kehamilan lebih dari 43 minggu disebut kehamilan postmatur, kehamilan antara 28 dan 36 minggu disebut kehamilan prematur. Sedangkan kehamilan 37 sampai 42 minggu disebut kehamilan mature (cukup bulan) (Prawirohardjo, 2009). Ditinjau dari tuanya kehamilan, kehamilan dibagi menjadi 3 bagian, yaitu kehamilan triwulan pertama (0-12 minggu), triwulan kedua (12-28 minggu) dan kehamilan triwulan ketiga (28-40 minggu) (Prawirohardjo, 2009).


2.1.2    Tujuan Asuhan Antenatal
Menurut Hani et al (2014) tujuan utama asuhan antenatal adalah sebagai berikut.
1.    Untuk memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu maupun bayinya dengan cara membina hubungan saling percaya dengan ibu.
2.    Mendeteksi komplikasi yang dapat mengancam jiwa.
3.    Mempersiapkan kelahiran.
4.    Memberikan pendidikan.
Tujuan asuhan antenatal yang lain adalah sebagai berikut.
1.    Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.
2.    Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan juga bayi.
3.    Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan, dan pembedahan.
4.    Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
5.    Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif.
6.    Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.

2.1.3    Perubahan fisik ibu dan janin trimester III
            Pada usia kehamilan 28 minggu, fundus berada pada pertengahan antara pusat dan sifoideus. Pada usia kehamilan 32-36 minggu, fundus mencapai prosesus sifoideus. Payudara penuh dan nyeri tekan. Sering BAK kembali terjadi. Sekitar usia 38 minggu bayi masuk/turun kedalam panggul. Sakit punggung dan sering BAK meningkat. Ibu mungkin menjadi susah tidur. Kontraksi Braxton Hicks meningkat. Menurut Dewi & Sunarsih (2014) adapun perubahan dari bulan ke bulan adalah sebagai berikut:
1.      Minggu ke-28/bulan ke-7.
              Fundus berada dipertengahan antara pusat dan sifoideus. Hemoroid mungkin terjadi. Pernafasan dada menggantikan pernafasan perut. Garis bentuk janin dapat dipalpasi. Rasa panas dalam perut mungkin mulai terasa.
2.      Minggu ke-32/bulan ke-8.
              Fundus mencapai prosesus sifoideus, payudara penuh, dan nyeri tekan. Sering BAK mungkin kembali terjadi. Selain itu, mungkin juga mengalami dyspnea.
3.      Minggu ke-38/bulan ke-9.
              Penurunan bayi kedalam pelvis/ panggul ibu (lightening). Plasenta setebal hampir 4 kali waktu usia kehamilan 18 minggu dan beratnya 0,5-0,6 kg. sakit punggung dan sering BAK meningkat. Braxton Hicks meningkat karena serviks dan segmen bawah rahim disiapkan untuk persalinan.         
2.1.4    Perubahan Psikologis Pada Ibu Hamil
            Selama hamil kebanyakan wanita mengalami perubahan psikologis dan emosional. Sering kali kita mendengar seorang wanita mengatakan betapa bahagianya karena menjadi seorang ibu dan telah memilih sebuah nama untuk bayi yang akan dilahirkannya. Namun, tidak jarang ada wanita yang merasa khawatir kalau terjadi masalah dalam kehamilannya, khawatir kalau ada kemungkinan dia kehilangan kecantikannya, dan kemungkinan bayinya tidak normal. Sebagai seorang bidan, anda harus menyadari adanya perubahan-perubahan tersebut pada wanita hamil agar dapat memberikan dukungan dan memperhatikan keprihatinan, kehamilan, ketakutan, dan pertanyaannya (Dewi & Sunarsih, 2014).
Perubahan Psikologis Trimester III (Periode Penantian Dengan Penuh     Kewaspadaan)
1.      Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh, dan tidak menarik.
2.      Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat waktu.
3.      Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat melahirkan, khawatir akan keselamatannya.
4.      Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal, bermimpi yang mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya.
5.      Merasa sedih akan terpisah dari bayinya.
6.      Merasa kehilangan perhatian.
7.      Perasaan mudah terluka (sensitif).
8.      Libido menurun.
(Sulistyawati, 2009).

2.1.5    Perubahan Anatomi dan Adaptasi Fisiologi pada Ibu Hamil
1.    Uterus
a.    Ukuran
            Untuk akomodasi  pertumbuhan janin, rahim membesar akibat hipertrofi dan hiperplasi otot polos rahim, serabut-serabut kolagennya menjadi higroskopik, endometrium menjadi desidua. Ukuran pada kehamilan cukup bulan adalah 30×25×20 cm dengan kapasitas lebih dari 4000 cc (Dewi dan Sunarsih, 2014).
b.   Berat
            Berat uterus naik secara luar biasa dari 30 gram 1000 gram pada akhir kehamilan (40 minggu) (Dewi dan Sunarsih, 2014).
c.    Bentuk dan konsistensi
            Pada bulan-bulan pertama kehamilan, bentuk rahim seperti buah alpukat. Pada kehamilan empat bulan berbentuk bulat, sedangkan pada akhir kehamilan berbentuk bujur telur. Ukuran rahim kira-kira sebesar telur ayam, pada kehamilan dua bulan sebesar telur bebek, dan kehamilan tiga bulan sebesar telur angsa. Pada minggu pertama, isthmus rahim hipertrofi dan bertambah panjang sehingga bila diraba terasa lebih panjang dan terasa lebih lunak (soft), keadaan ini disebut tanda Hegar. Pada kehamilan lima bulan , rahim teraba seperti terisi cairan ketuban dan dinding rahim terasa tipis. Hal itu karena bagian-bagian janin dapat diraba melalui dinding perut dan dinding rahim (Dewi dan Sunarsih, 2014).
d.   Posisi rahim
1)      Pada permulaan kehamilan, dalam letak antefleksi atau retofleksi.
2)      Pada empat bulan kehamilan, rahim tetap berada dalam rongga pelvis.
3)      Setelah itu, mulai memasuki rongga perut yang dalam pembesarannya dapat mencapai batas hati.
4)      Rahim yang hamil biasanya mobilitasnya, lebih mengisi rongga abdomen kanan atau kiri.
(Dewi dan Sunarsih, 2014).
e.    Vaskularisasi
            Arteri uterin dan arteri ovarika bertambah dalam diameter panjang dan anak-anak cabangnya. Pembuluh darah balik (vena)  mengembang dan betambah (Dewi dan Sunarsih, 2014).
f.    Gambaran besarnya rahim dan tuanya kehamilan.
1)      Pada kehamilan 28 minggu, tinggi fundus uteri terletak 2-3 jari di atas pusat. Menurut Spiegelberg, pada umur kehamilan ini, fundus uteri dari simfisis adalah 26,7 cm diatas simfisis.
2)      Pada kehamilan 36 minggu, tinggi fundus uteri terletak 3 jari dibawah prosesus sifoideus.
3)      Pada kehamilan 40 minggu, tinggi fundus uteri terletak sama dengan 8 bulan, tetapi melebar ke samping yaitu terletak diantara pertengahan pusat  dan prosesus sifoideus.
(Dewi dan Sunarsih, 2014).
2.    Serviks Uteri
            Serviks bertambah vaskularisasinya dan menjadi lunak (soft) yang disebut dengan tanda Goodell. Kelenjar endoservikal membesar dan mengeluarkan banyak cairan mukus. Oleh karena pertambahan dan pelebaran pembuluh darah, warnanya menjadi livid yang disebut tanda Chadwic (Dewi dan Sunarsih, 2014).
3.    Ovarium (indung telur)
            Saat ovulasi terhenti masih terdapat korpus luteum graviditas sampai terbentuknya plasenta yang mengambil alih pengeluaran estrogen dan progestoren (kira-kira pada kehmilan 16 minggu dan korpus luteum graviditas berdiameter kurang lebih 3 cm). Kadar relaksin di sirkulasi maternal dapat di tentukan dan meningkat dalam trimester pertama. Relaksin mempunyai pengaruh menenangkan hingga pertumbuhan janin menjadi baik hingga aterm (Dewi dan Sunarsih, 2014).
            Tidak terjadi pembentukan folikel baru dan hanya terlihat perkembangan dari korpus luteum (Hani et al. 2014).
4.    Vagina dan Vulva
            Vagina dan vulva mengalami perubahan karena pengaruh estrogen. Akibat dari  hipervaskularisasi, vagina dan vulva terlihat lebih merah atau kebiruan. Warna livid pada vagina atau portio serviks disebut tanda Chadwick (Dewi dan Sunarsih, 2014).
5.    Payudara
Selama kehamilan payudara bertambah besar, tegang, dan berat. Dapat teraba nodul-nodul akibat hipertrofi alveoli, bayangan vena vena lebih membiru.  Hiperpigmentasi pada puting susu dan areola payudara. Apalagi di peras akan keluar ai susu (kolostrum) berwarna kuning (Dewi dan Sunarsih, 2014).
Perkembangan payudara ini terjadi karena pengaruh hormon saat kehamilan yaitu estrogen, progesteron, dan somatomamotropin.
1.      Fungsi hormon yang mempersiapkan payudara  untuk pemberi-an ASI antara lain sebagai berikut :
a.       Estrogen
1)      Menimbulkan hipertrofit sistem saluran payudara.
2)      Menimbulkan penimbunan lemak, air, serta garam sehingga payudara tampak besar.
3)      Tekanan saraf akibat penimbunan lemak, air dan garam menyebabkan rasa sakit pada payudara.
b.      Progesteron
1)      Mempersiapkan asinus sehingga dapat berfungsi.
2)      Menambah sel asinus.
c.       Somatomamotropin
1)      Memengaruhi sel asinus untuk membuat kasein,  laktalbumin, dan laktoglobulin.
2)      Penimbunan lemak sekitar alveolus payudara.
2.      Perubahan payudara pada ibu hamil sebagai berikut :
a.       Payudara menjadi lebih besar.
b.      Areola payudara makin hitam karena hiperpigmentasi.
c.       Glandula montgomery makin tampak menonjol di permuka-an areola mamae.
d.      Pada kehamilan 12 minggu ke atas puting susu akan keluar cairan putih jernih (kolostrum) yang berasal dari kelenjar asinus yang mulai bereaksi.
e.       Pengeluaram ASI belum terjadi karena prolaktin di tekan oleh  PIH (Prolacctine Inhibiting hormone).
f.       Setelah persalinan, dan melahirkan plasenta, maka pengaruh estrogen, progesteron, somatommotropin terhadap hipotalamus hilang sehingga prolaktin dapat di keluarkan dan laktasi terjadi.
(Dewi dan Sunarsih, 2014).
6.    Sistem Kekebalan/Imun
Sistem imun adalah suatu organisasi yang terdiri atas sel-sel dan molekul-molekul yang memiliki peranan khusus dalam menciptakan suatu sistem pertahanan tubuh terhadap infeksi atau benda asing. Terdapat dua jenis respons imun yang berbeda secara fundamental, yaitu (1) respons yang bersifat innate (alami / non spesifik), yang berarti bahwa respons imun tersebut akan selalu sama seberapa pun seringnya antigen tersebut masuk kedalam tubuh, dan (2) respons yang bersifat adaptif (didapat/spesifik), yang berarti bahwa akan terjadi perubahan respons imun menjadi lebih adekuat seiring dengan semakin seringnya antigen tersebut masuk ke dalam tubuh (Prawirohardjo,2009).
 Ibu hamil sangat peka terhadap terjadinya infeksi dari berbagai mikroorganisme. Secara fisiologik sistem imun pada ibu hamil menurun, kemungkinan sebagai akibat dari toleransi sistem imun ibu terhadap bayi yang merupakan jaringan semi-alogenik, meskipun tidak memberikan pengaruh secara klinik. Bayi intra uterin baru membentuk sistem imun pada usia kehamilan sekitar 12 minggu, kemudian meningkat dan pada kehamilan 26 minggu hampir sama dengan sistem imun pada ibu hamil itu sendiri. Pada perinatal bayi mendapat antibodi yang dimiliki oleh ibu, tetapi setelah 2 bulan antibodi akan menurun. Secara anatomik dan fisiologik ibu hamil juga mengalami perubahan, misalnya pada ginjal dan saluran kencing sehingga mempermudah terjadinya infeksi (Prawirohardjo, 2009).   
7.    Sistem Pencernaan
Perubahan sistem pencernaan yang dirasakan ibu hamil pada trimester II dan III adalah sebagai berikut:
Biasanya terjadi konstipasi karena pengaruh hormon progesteron yang meningkat. Salain itu, perut kembung juga terjadi karena adanya tekanan uterus yang membesar dalam rongga perut yang mendesak organ-organ dalam perut khususnya saluran pencernaan, usus besar, ke arah atas dan lateral. Wasir (hemoroid) cukup sering terjadi pada kehamilan. Sebagian besar hal ini terjadi akibat konstipasi dan naiknya tekanan vena-vena di bawah uterus termasuk vena hemoroidal. Panas perut terjadi karena terjadinya aliran balik asam gastrik ke dalam esofagus bagian bawah (Dewi dan Sunarsih, 2014).
8.    Sistem Muskuloskeletal
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan bertanggung jawab terhadap pergerakan.
Pengaruh dari peningkatan estrogen, progesteron, dan elastin dalam kehamilan menyebabkan keemahan jaringan ikat serta ketidak seimbangan persedian.
Akibat dari perubahan fisik selama kehamilan sebagai berikut :
a.       Peregangan otot-otot.
b.      Pelunakan ligamen-ligamen.
Area yang paling dipengaruhi perubahan-perubahan tersebut adalah sebagai berikut :
a.       Tulang belakang (curva lumbar yang berlebihan).
b.      Otot-otot abdominal (meregang keatas uterus hamil).
c.       Otot dasar panggul (menahan berat badan dan tekanan uterus).
(Dewi dan Sunarsih, 2014).
Bagi ibu hamil, bagian ini merupakan titik-titik kelemahan struktural dan bagian bermasalah yang potensional dikrenakan beban yang menekan kehamilan. Oleh karena itu, masalah portus merupakan hal biasa dalam kehamilan :
a.       Bertambahnya beban dan perubahan struktur dalam kehamilan mengubah dimensi tubuh dan pusat gravitasi.
b.      Ibu hamil mempunyai kecenderungan besar dalam membentur benda-benda (menghasilkan memar biru) dan kehilangan keseimbangan (lalu jatuh).
(Dewi dan Sunarsih, 2014).
Perubahan sistem muskuloskeletal yang dirasakan pada ibu hamil trimester II dan III adalah sebagai berikut : 
Hormon progesteron dan hormon relaksasi menyebabkan relaksasi jaringan ikat otot-otot. Hal ini terjadi maksimal pada satu minggu terakhir kehamilan. Proses relaksasi ini memberikan kesempatan pada panggul untuk meningkatkan kapasitasnya sebagai persiapan proses persalinan, tulang pubis melunak menyerupai tulang sendi, sambungan sendi sacrococcigus mengendur membuat tulang koksigis bergeser kearah belakang sendi punggul yang tidak stabil. Hal ini menyebablan sakit pinggang. Postur tubuh wanita secara bertahab mengalami perubahan karena janin membesar dalam adomen sehingga untuk mengopensasi penambahan berat ini, bahu lebih tetarik kebelakang dan tulang lebih melengkung, sendi tulang belakang lebih lentur, dan dapat menyebabkan nyeri punggung pada beberapawanita (Dewi dan Sunarsih, 2014).
Lordosis progresif merupakan gambaran yang khas pada kehamilan normal. Untuk mengompensasi posisi anterior uterus yang semakin membesar, lordosis menggeser pusat grafitasi kebelakang pada tungkai bawah. Mobiltas sakroliaka, sakrokoksigeal, dan sendi pubis bertambah besar, serta menyebabkan rasa  tidak nyaman dibawah punggung, khususnya pada ahir kehamilan. Selama trimester akhir, rasa pea, mati rasa, lemah dialami oleh anggota badan atas yang disebabkan lordosis yang disebabkan fleksi anterior leher dan merosotnya lingkar bahu sehingga menimbulkan traksi pada nervus ulnaris dan medianus. Ligamen rotundum mengalami hipertrofi dan mendapatan tekanan dari uterus yang mengakibatkan rasa nyeri pada ligamen tersebut (Dewi dan Sunarsih, 2014).

2.1.6    Tanda Bahaya Ibu dan Janin Masa Kehamilan Lanjut
        Menurut Hani et al (2014) tanda bahaya ibu dan janin pada usia kehamilan lanjut adalah:
1.    Perdarahan per Vaginam
          Perdarahan pada kehamilan setelah 22 minggu sampai sebelum bayi dilahirkan dinamakan perdarahan intrapartum sebelum kelahiran.
          Perdarahan pada akhir kehamilan, perdarahan yang tidak normal adalah merah, banyak dan kadang-kadang, tetapi tidak selalu disertai dengan rasa nyeri. Perdarahan seperti ini bisa berarti plasenta previa atau abrupsi plasenta
2.    Sakit Kepala Yang Hebat dan Menetap
          Sakit kepala selama kehamilan adalah umum, dan sering kali merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan. Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah yang serius adalah sakit kepala hebat yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat. Kadang-kadang dengan sakit kepala yang hebat tersebut ibu mungkin mengalami penglihatan yang kabur atau berbayang. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari pre-eklampsia.
3.    Perubahan Visual secara Tiba-tiba
          Karena pengaruh hormonal dalam kehamilan, ketajaman visual ibu dapat berubah. Perubahan yang kecil adalah normal. Masalah visual yang mengindikasikan keadaan yang mengancam jiwa adalah perubahan visual yang mendadak, misalnya pandangan kabur atau terbayang dan berbintik-bintik. Perubahan visual mungki disertai dengan sakit kepala yang hebat. Perubahan visual mendadak mungkin merupakan suatu tanda pre-eklampsia.
4.    Nyeri Abodomen yang Hebat
          Nyeri abdomen yang tidak berhubungan dengan persalinan normal adalah tidak normal. Nyeri abdomen yang mungkin menunjukkan masalah yang mengancam keselamatan jiwa adalah yang hebat, menetap, dan tidak hilang setelah beristirahat. Hal ini bisa berarti apendisitis, kehamilan ektopik, penyakit radang pelvis, persalinan preterm, gastritis, penyakit kantong empedu, iritasi uterus, abrupsi plasenta, ISK (Infeksi Saluran Kencing), dan lain-lain.
5.    Bengkak pada Muka atau Tangan
          Hampir separuh dari ibu-ibu akan mengalami bengkak yang normal pada kaki yang biasanya muncul pada sore hari dan biasanya hilang setelah beristirahat atau meletakkannya  lebih tinggi. Bengkak dapat menunjukkan adanya masalah serius jika muncul pada permukaan muka dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat, dan diikuti dengan keluhan fisik yang lain. Hal ini bisa merupakan pertanda anemia, gagal jantung, atau preeklampsia.
6.    Bayi Kurang Bergerak seperti Biasa
          Ibu mulai merasakan gerakan bayinya selama bulan ke-5 atau ke-6, beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. Jika bayi tidur, gerakannya akan melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kai dalam periode 3 jam. Gerakan bayi akan lebih mudah terasa jika berbaring atau beristirahat dan jika makan dan minum dengan baik.

2.1.7    Kebutuhan Dasar Ibu Hamil
Menurut Sulistyawati (2009) kebutuhan dasar ibu hamil adalah:
1.    Senam hamil
          Kegunaan senam hamil adalah melancarkan sirkulasi darah, nafsu makan bertambah, pencernaan menjadi lebih baik, dan tidur menjadi lebih nyenyak. Bidan hendaknya menyarankan agar ibu hamil melakukan masing-masing gerakan sebanyak dua kali pada awal latihan dan dilanjutkan dengan kecepatan dan frekuensi menurut kemampuan dan kehendak mereka sendiri minimal lima kali tiap gerakan.
          Beberapa gerakan senam hamil yang dianjurkan adalah sebagai berikut.
a.       Gerakan pengencangan abdomen.
b.      Gerakan pemiringan panggul.
c.       Goyang panggul.
d.      Gerakan senam kegel untuk dasar panggul.
e.       Gerakan menekuk.
f.       Bridging atau mempertemukan (untuk postur, abdomen, dan kenyamanan).
g.      Gerakan kaki menekuk dan meregang.
h.      Gerakan peregangan otot betis.
i.        Gerakan bahu memutar dan lengan merentang.
2.    Istirahat dan Rekreasi
          Dengan adanya perubahan fisik pada ibu hamil, salah satunya beban berat pada perut sehingga terjadi perubahan sikap tubuh, tidak jarang ibu akan mengalami kelelahan, oleh karena itu istirahat dan tidur sangat penting untuk ibu hamil. Pada trimester akhir kehamilan sering diringi dengan bertambahnya ukuran janin, sehingga terkadang ibu kesulitan untuk menentukan posisi yang paling baik dan nyaman untuk tidur. Posisi tidur yang dianjurkan pada ibu hamil adalah miring ke kiri, kaki kiri lurus, kaki kanan sedikit menekuk dan diganjal dengan bantal, dan untuk mengurangi rasa nyeri pada perut, ganjal dengan bantal pada perut bawah sebelah kiri. Meskipun dalam keadaan hamil, ibu masih membutuhkan rekreasi untuk menyegarkan pikiran dan perasaan, misalnya dengan mengunjungi /objek wisata atau pergi ke luar kota.
3.      Kebersihan Tubuh
          Kebersihan tubuh ibu hamil perlu diperhatikan karena dengan perubahan sistem metabolisme mengakibatkan peningkatan pengeluaran keringat. Keringat yang menempel dikulit meningkatkan kelembapan kulit dan memungkinkan menjadi tempat berkembangnya mikroorganisme sehingga ibu hamil akan sangat mudah untuk terkena penyakit kulit.
4.    Perawatan Payudara
          Payudara merupakan aset yang sangat penting sebagai persiapan menyambut kelahiran sang bayi dalam proses menyusui. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perawatan payudara adalah sebagai berikut.
a.       Hindari pemakaian bra dengan ukuran yang terlalu ketat dan yang menggunakan busa.
b.      Gunakan bra dengan bentuk yang menyangga payudara.
c.       Bersihkan puting susu dengan minyak kelapa lalu bilas dengan air hangat.

5.    Eliminasi
          Keluhan yang sering muncul pada ibu hamil berkaitan dengan eliminasi adalah konstipasi dan sering buang air kemih. Konstipasi terjadi karena adanya pengaruh hormon progesteron yang mempunyai efek rileks terhadap otot polos, salah satunya otot usus. Selain itu, desakan usus oleh pembesaran janin juga menyebabkan bertambahnya konstipasi. Tindakan pencegahan yang dilakukan adalah dengan mengonsumsi makanan tinggi serat dan banyak minum air putih hangat ketika perut dalam keadaan kosong dapat merangsang gerak peristaltik usus, sedangkan pada trimester III terjadi pembesaran janin yang menyebabkan desakan pada kantong kemih. Tindakan mengurangi asupan cairan untuk mengurangi keluhan ini sangat tidak dianjurkan, karena akan menyebabkan dehidrasi.
6.    Seksual
Hubungan seksual selama kehamilan tidak dilarang selama tidak ada riwayat penyakit seperti berikut ini:
a.       Sering abortus dan kelahiran prematur.
b.      Perdarahan pervaginam.
c.       Koitus harus dilakukan dengan hati-hati terutama pada minggu terakhir kehamilan.
d.      Bila ketuban sudah pecah, koitus dilarang karena dapat menyebabkan infeksi janin intrauteri.

2.1.8    Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil
Pelayanan kesehatan ibu hamil diberikan kepada ibu hamil yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan. Proses ini dilakukan selama rentang usia kehamilan ibu yang dikelompokkan sesuai usia kehamilan menjadi trimester pertama, rimester kedua, dan trimester ketiga. Pelayanan kesehatan ibu hamil yang diberikan harus memenuhi elemen pelayanan sebagai berikut :
a.    Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan.
b.    Pengukuran tekanan darah.
c.    Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA).
d.   Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri).
e.    Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus toksoid sesuai.
f.     Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan.
g.    Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).
h.    Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling, termasuk keluarga berencana).
i.      Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin darah (Hb), pemeriksaan protein urin dan pemeriksaan golongan darah (bila belum pernah dilakukan sebelumnya).
j.      Tatalaksana kasus.
(DinKes Bojonegoro, 2015).

2.1.9    Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada Ibu Hamil
1.      Pengertian KEK
KEK adalah Suatu keadaan kekurangan makanan dalam waktu yang lama sehingga menyebabkan ukuran indeks Masa Tubuhnya (IMT) di bawah normal (kurang dari 18,5 untuk orang dewasa) (Sandjaja, 2010).
2.      Pengukuran Status Gizi Ibu Hamil dengan LILA
Lingkar lengan atas diukur pada setengah panjang lengan nondominal, nilainya harus lebih dari 23,5 cm. Pengukuran LILA bertujuan untuk mendapatkan gambaran status gizi klien. Pada ibu hamil pengukuran LILA merupakan deteksi dini Kurang Energi Kronis (KEK). Ibu hamil yang KEK berpotensi melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). LILA <23,5 cm menunjukkan status nutrisi ibu hamil kurang dan harus mendapatkan penanganan agar tidak berkomplikasi pada janin (Kamariyah et al. 2014).
3.      Prinsip Gizi Ibu Hamil dan Janin
Menurut Sukarni K dan Margareth (2013). Ibu yang hamil harus memiliki gizi yang cukup karena gizi yang didapat akan digunakan untuk dirinya sendiri dan juga janinnya. Seorang ibu yang tidak memiliki ataupun kekurangan gizi selama masa kehamilan maka bayi yang di kandungnya akan menderita kekurangan gizi. apabila ini berlangsung terus-menerus dan tidak segera diatasi maka bayi akan lahir dengan berat badan rendah (dibawah 2500 g).
Adanya kehamilan maka akan terjadi penambahan berat badan yaitu sekitar 12,5 kg. berdasarkan Huliana peningkatan tersebut adalah sebanyak 15% dari sebelumnya. Proporsi pertambahan berat badan tersebut dapat dilihat dibawah ini:
a.       Janin 25-27%.
b.      Plasenta 5%.
c.       Cairan amnion 6%.
d.      Ekspansi volume darah 10%.
e.       Peningkatan lemak tubuh 25-27%.
f.       Peningkatan cairan ekstra seluler 13%.
g.      Pertumbuhan uterus dan payudara 11%.
Trimester II & III : terjadi penambahan berat badan yang ideal sela kehamilan trimester 2 & 3.

Tabel 2.1   : Peningkatan Berat Badan Selama Kehamilan
IMT (kg/m2)
Total kenaikan berat badan yang disarankan
Selama trimester 2 & 3
Kurus (IMT <18,5)
12,7-18,1 kg
0,5 kg/minggu
Normal (IMT 18,5-22,9)
11,3-15,9 kg
0,4 kg/minggu
Overweight (IMT 23-29,9)
6,8-11,3 kg
0,3 kg/minggu
Obesitas (IMT >30)

0,2 kg/minggu
Bayi kembar
15,9-20,4 kg
0,7 kg/minggu
Sumber : Sukarni K dan Margareth, 2013.




Tabel 2.2   : Kategori IMT (Kg/m2)
Kategori IMT (Kg/m2)
Gender
Kurus
Normal
Kegemukan
Tingkat
ringan
Tingkat berat
Pria
<18 kg/m2
18 – 25
kg/m2
>25 – 27
kg/m2
>27 kg/m2
Wanita
<17 kg/m2
17 – 23
kg/m2
>23 – 27
kg/m2
Sumber: Arisman. 2007.
Keterangan :
a.       IMT < 17,0           : keadaan orang tersebut disebut kurus                                                 dengan kekurangan berat badan tingkat                                         berat atau Kurang Energi Kronis (KEK)                                            berat.
b.      IMT 17,0 – 18,4   : keadaan orang tersebut disebut kurus                                                 dengan kekurangan berat badan tingkat                                         ringan atau KEK ringan.
c.       IMT 18,5 – 25,0   : keadaan orang tersebut termasuk kategori                                          normal.
d.      IMT 25,1 – 27,0   : keadaan orang tersebut disebut gemuk                                               dengan kelebihan berat badan tingkat                                            ringan.
e.       IMT > 27,0           : keadaan orang tersebut disebut gemuk                                               dengan kelebihan berat badan tingkat berat.



Menurut rumus metrik:
IMT =    Berat Badan (Kg)
        [Tinggi Badan (m)]2
(Arisman. 2007).
Perencanaan gizi untuk wanita hamil sebaiknya mengacu pada RDA (Recommended Daily Allowance atau Asupan Harian yang Dianjurkan). Berikut daftar beberapa zat gizi yang paling penting untuk perkembangan janin. Pastikan zat gizi ini selalu dikonsumsi selama kehamilan.
a.       Asam folat: zat ini ada didalam serelia, kacang-kacangan, sayuran hijau, jamur, kuning telur, jeruk, pisang, dan lain-lain.
b.      Kalsium, sangat penting untuk pembentukan tulang dan gigi. Zat ini dapat dijumpai didalam susu dan produk susu (keju, yoghurt), ikan yang bisa dimakan tulangnya (seperti ikan teri, sarden), biji-bijian (biji bunga matahari, wijen), produk kedelai (tempe, tahu), sayuran hijau, dan buah-buahan kering.
c.       Zat besi, sangat penting karena pada masa kehamilan volume darah meningkat 25%, dan juga penting untuk bayi dlam membangun persendian darahnya. Zat besi dapat dijumpai di hati, daging merah, sayuran hijau, wijen, buah-buahan kering, kuning telur, serelia, dan sarden. Penyerapan zat besi dapat terbantu dengan konsumsi vitamin C.
d.      Ekstrak ragi (Brewer’s yeast) mengandung ketiga zat penting tersebut. Penyerapan minuman dan mineral saling berhubungan satu sama lain, karenanya anda harus menjaga agar konsumsi makanan anda seimbang dan bervariasi. Ini penting bukan hanya selama hamil tetapi juga masa menyusui.

4.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gizi ibu Hamil dan Janin
            Menurut Sukarni K dan Margareth (2013). Ada banyak faktor yang mempengaruhi keperluan gizi pada ibu hamil diantaranya yaitu:
a.       Kebiasaan dan pandangan wanita terhadap makanan.
           Wanita yang sedang hamil dan telah berkeluarga biasanya lebih memperhatikan akan gizi dari anggota keluarga yang lain. Padahal sebenarnya dirinyalah yang memerlukan perhatian yang serius mengenai penambahan gizi.
b.      Status ekonomi
           Ekonomi seseorang mempengaruhi dalam pemilihan makanan yang akan dikonsumsi sehari-harinya. Seorang dengan ekonomi yang tinggi kemudian hamil maka kemungkinan besar sekali gizi yang dibutuhkan tercukupi ditambah lagi adanya pemeriksaan membuat gizi ibu semakin terpantau.
c.       Pengetahuan zat gizi dalam makanan
           Pengetahuan yang dimiliki oleh seorang ibu akan mempengaruhi dalam pengambilan keputusan dan juga akan berpengaruh pada perilakunya. Ibu dengan pengetahuan gizi yang baik, kemungkinan akan memberikan gizi yang cukup bagi bayinya.
d.      Status Kesehatan
           Status kesehatan seorang kemungkinan sangat berpengaruh terhadap nafsu makanya. Seorang ibu dalam keadaan sakit otomatis akan memiliki nafsu makan yang berbedaa dengan ibu yang dalam keadaan sehat. Namun berbeda dengan ibu yang dalam keadaan sehat. Namun ibu harus tetap ingat, bahwa gizi yang ia dapat akan dipakai untuk dua kehidupan yaitu bayi dan untuk dirinya sendiri.
e.       Aktifitas
           Aktifitas dan gerakan seseorang berbeda-beda. Seorang dengan gerak yang aaktif otomatis memerlukan energy yang lebih besar dari pada mereka yang hanya duduk diam saja. Setiap aktifitas memerlukan energi, maka apabila semakin banyak aktifitas yang dilakukan, energi yang dibutuhkan juga semakin banyak.
f.       Suhu lingkungan
           Pada dasarnya suhu tubuh dipertahankan pada suhu 36,5-37 derajat Celsius untuk metabolisme yang optimum. Adanya perbedaan suhu antara tubuh dengan lingkungan, maka mau tidak mau tubuh harus menyesuaikan diri demi kelangsungan hidupnya yaitu tubuh harus melepaskan sebagian panasnya diganti dengan hasil metabolisme tubuh, makin besar perbedaan antara tubuh dengan lingkungan maka akan semakin besar pula panas yang dilepaskan.
g.      Berat badan
           Berat badan seorang ibu yang sedang hamil akan menentukan zat maakanan yang diberikan agar kehamilannya dapat berjalan dengan lancar.
h.      Pengaruh status gizi pada kehamilan
           Seorang ibu yang sedang hamil mengalami kenaikan berat badan sebanyak 10-12 kg. pada trimester I kenaikan berat badan seorang ibu tidak mencapai 1 kg, namun setelah mencapai trimester II pertambahan berat badan semakin banyak yaitu 3 kg dan pada trimester III sebanyak 6 kg. kenaikan tersebut disebabkan karena adanya pertumbuhan janin, plasenta dan air ketuban. Jika berat badan ibu tidak normal maka akan memungkinkan terjadinya keguguran, lahir premature, BBLR, gangguan kekuatan Rahim saat kelahiran (kontraksi), dan pendarahan setelah persalinan.

5.      Bahan Makanan Yang Cocok Untuk Ibu Hamil
Menurut Sukarni K dan Margareth (2013) bahan makanan yang cocok untuk ibu hamil adalah:
a.       Daging dan alternatifnya (macam-macam daging, berbagai ikan, telur dan kacang-kacangan). Ini merupakan sumber kalori yang berasal dari lema yang dibutuhkan pada akhir trimester.
b.      Buah dan sayuran dan lebih disarankan yang masih mentah. Buah dan sayuran kaya akan vitamin dan mineral yang baik sekali untuk mencegah terjadinya cacat bawaan pada anak.
c.       Roti dan sereal yang tidak banyak diolah seperti makana kering, beras merah. Ini dilakukan untuk menghindari kejenuhan terhadap suatu bahan makanan. Hal itu juga dilakukan sebagai bahan makanan sampingan setelah mengkonsumsi nasi atau lainnya.
d.      Susu dan hasil olahannya seperti keju dan yoghurt.

6.      Cara mengolah makanan untuk ibu hamil
Makanan yang aman untuk ibu hamil yaitu makanan kering seperti sereal, roti, tepung, dan kacang. Sebaiknya makanan jangan terlalu lama disimpan. Untuk jenis sayuran segera dihabiskan setelah diolah, susu sebaiknya jangan terlalu lama terkena cahaya karena akan menyebabkan hilangnya vitamin B, jangan digarami daging atau ikan sebelum dimasak dan apabila makanan yang mengandung   protein lebih baik dimasak jangan terlalu panas. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk menentukan gizi yang seimbang bagi ibu hamil yaitu: kebutuhan aktual selama hamil berbeda-beda untuk setiap individu dan dipengaruhi oleh status nutrisi sebelumnya dan riwayat kesehatan, kebutuhan terhadap satu nutrient dapat diganggu oleh asupan yang lain, dan kebutuhan akan nutrisi tidak konsisten selama kehamilan (Sukarni K dan Margareth, 2013).

7.      Pencegahan Kek
Menurut chinue (2009), cara pencegahan KEKadalah:
a.    Meningkatkan konsumsi makanan bergizi yaitu:
1)        Makan makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan makanan hewani (daging, ikan, ayam,hati,telur) dan bahan makanan nabati ( sayuran bewarna hijau tua , kacang-kacangan, tempe).
2)        Makan sayur sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C (daun katuk, singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk dan nanas) sangat bermanfaat untuk meningkatkan penyerapanzat besi dalam usus.
b.   Menambah pemasukan zat besi kedalam tubh dengan minum tablet penambah darah.

8.      Penatalaksanaan Kek
                        Istirahat lebih banyak Terapi kekurangan energi kronis ditujukan pada pengobatan individu disertai tindakan-tindakan preventif di masyarakat dengan perbaikan-perbaikan pada faktor-faktor penyebab. Penatalaksaan ibu hamil dengan kekurangan energi kronis adalah:
a.         Memberikan penyuluhan dan melaksanakan nasehat atau anjuran.
1)           Tambahan Makanan
Makanan pada ibu hamil sangat penting, karena makanan merupakan sumber gizi  yang dibutuhkan ibu hamil untuk perkembangan janin dan tubuhnya sendiri. Keadaan gizi pada waktu konsepsi harus dalam keadaan baik, dan selama hamil harus mendapat tambahan protein ,mineral,dan energi (chinue,2009).
Tabel 2.3   : Contoh Menu Ibu Hamil
BAHAN MAKANAN
PORSI HIDANGAN SEHARI-HARI
JENIS HIDANGAN

Nasi
6 porsi
Makan pagi:
Nasi,1,5 porsi (150 gr)
Ikan /daging 1 potong sedang (40 gr)
Sayur 1 mangkok, Buah 1 potong
Selingan: Susu 1 gelas dan buah 1 potong sedang

Sayuran
3 mangkuk

Buah
4 potong

Tempe
3 potong

Daging
3 potong

Susu
2 gelas

Minyak
5 sendok teh
Makan siang:
Nasi 3 porsi (300 gr)
Lauk,sayur dan buah sama dengan pagi.
Selingan:
Susu 1 gelas dan buah 1 potong sedang.

Gula
2 sendok the

Makan malam:
Nasi 2,5 porsi (250 gr)
Lauk, buah dan sayur sama dengan pagi/siang
Selingan:
Susu 1 gelas.


2)           Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
PMT yaitu pemberian tambahan makanan disamping makanan yang di makan sehari-hari untuk mencegah kekurangan energi kronis. Pemberian PMT  untuk memenuhi kalori dan protein, serta variasi menu dalam bentuk makanan. Pemenuhan kalori yang harus diberikan dalam program PMT untuk ibu hamil dengan Kekurangan Energi Kronis sebesar 600-700 kalori dan protein 15-20 mg (Chinue, 2009).
a)        Contoh makanan tambahan antara lain : susu untuk ibu hamil. Makanan yang berprotein (hewani dan nabati), susu, roti, dan biji-bijian, buah dan sayuran yang kaya vit C, sayuran berwarna hijau tua, buah dan sayuran lain (Chinue, 2009).
b)        Cara mengolah makanan menurut Proverawati & Asfuah tahun 2009. Sebaiknya makanan jangan terlalu lama disimpan. Untuk jenis sayuran segera dihabiskan setelah diolah, susu sebaiknya jangan terlalu lama terkena cahaya karena akan menyebabkan hilangnya vitamin B, jangan digarami daging atau ikan sebelum dimasak dan apabila makanan yang mengandung protein lebih baik dimasak jangan terlalu panas. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk menentukan gizi yang seimbang bagi ibu hamil, yaitu: kebutuhan aktual selama hamil berbeda-beda untuk setiap individu dan dipengaruhi oleh status nutrisi sebelumnya dan riwayat kesehatan, kebutuhan terhadap satu nutrisi dapat diganggu oleh asupan yang lain, dan kebutuhan akan nutrisi tidak konsisten selama kehamilan.

9.      Gizi Kurang Pada Ibu Hamil
Sukarni K dan Margareth (2013). Bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil akan menimbulkan masalah, baik pada ibu maupun janin, seperti diuraikan berikut ini.
a.       Terhadap ibu
Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi pada ibu antara lain: anemia, perdarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal, dan terkena penyakit infeksi.
b.      Terhadap Persalinan
Pengaaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya (premature), perdarahan setelah persalinan, serta persalinan dengan operasi cenderung meningkat.
c.       Terhadap Janin
Kekurangan gizi pada ibu hamil dapa mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi baru lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra partum (mati dalam kandungan), lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengetahui status gizi ibu hamil antara lain memantau pertambahan berat badan selama hamil, mengukur Lingar Lengan Atas (LILA), dan mengukur kadar Hb.

2.2    Konsep Dasar Persalinan Normal
2.2.1        Pengertian Persalinan Normal
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Proses ini di mulai dengan adanya kontraksi perslinan sejati yang ditandai dengan perubahan serviks secara progresif dan diakhiri dengan kelahiran plasenta (Sulistyawati & Esti, 2014).
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan 37-42 minggu, lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung selama 18 jam, tidak ada komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2009).
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi dari rahim ibu melalui jalan lahir atau dengan jalan lain, yang kemudian janin dapat hidup ke dunia luar (Rohani et al. 2014).
Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi, sehingga menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap (Asuhan Persalinan Normal, 2007).

2.2.2        Bentuk Persalinan Berdasarkan Definisi
1.      Persalinan spontan: bila seluruh persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.
2.      Persalinan buatan: bila persalinan berlangsung dengan bantuan tenaga dari luar.
3.      Persalinan anjuran: bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan pemberian rangsangan.
(Rohani et al. 2014).
2.2.3        Sebab Mulainya Persalinan
Menurut Sulisyawati dan Nugraheny (2014) perlu diketahui bahwa selama kehamilan, dalam tubuh wanita terdapat dua hormon yang dominan.
1.      Estrogen
Berfungsi untuk meningkatkan sensitifitas otot rahim serta memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, prostaglandin, dan mekanis.




2.      Progesteron
Berfungsi untuk menurunkan sensitivitas otot Rahim, menghambat rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, prostaglandin dan mekanis, serta menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi.

Estrogen dan progesteron harus berada dalam komposisi keseimbangan, sehingga kehamilan dapat dipertahankan. Perubahan keseimbangan antara estrogen dan progeteron memicu oksitosin dikeluarkan oleh hipofisis posterior, hal tersebut menyebabkan kontraksi yang disebut Braxton Hicks. Kontraksi Braxton Hicks akan menjadi kekuatan dominan saat mulainya proses persalinan sesungguhnya, oleh karena itu semakin tua kehamilan, frekuensi kontraksi semakin sering.
Oksitosin diduga bekerja bersama atau bekerja melalui prostaglandin, yang nilainya akan meningkat mulai dari umur kehamilan minggu ke-15.
Sampai saat ini hal yang menyebabkan mulainya proses persalinan belum diketahui benar, yang ada hanya berupa teori-teori yang kompleks antara lain karena faktor-faktor hormon, struktur rahim, sirkulasirRahim, pengaruh tekanan pada syaraf, dan nutrisi.
1.      Teori Penurunan Hormon
Saat 1-2 minggu sebelum proses melahirkan dimulai, terjadi penurunan kadar estrogen dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim, jika kadar progesteron turun akan menyebabkan tegangnya pembuluh darah dan menimbulkan his.
2.      Teori Plasenta Menjadi Tua
Seiring matangnya usia kehamilan, villi chorialis dalam plasenta mengalami beberapa perubahan, hal ini menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron yang mengakibatkan tegangnya pembuluh darah sehingga akan menimbulkan kontraksi uterus.
3.      Teori Distensi Rahim
a.       Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu.
b.      Setelah melewati batas tersebut, akhirnya terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai.
c.       Contohnya pada kehamilan gemeli, sering terjadi kontraksi karena uterus teregang oleh ukuran janin ganda, sehingga kadang kehamilan gemeli mengalami persalinan yang lebih dini.
4.      Teori Iritasi Mekanis
Di belakang serviks terletak ganglion servikalis (Fleksus Frankenhauser), bila ganglion ini digeser dan ditekan (misalnya oleh kepala janin), maka akan timbul kontraksi uterus.
5.      Teori Oksitosin
a.       Oksitosin dikeluaran oleh kelenjar hipofisis posterior.
b.      Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi Braxton Hicks.
c.       Menurunnya konsentrasi progesteron karena matangnya usia kehamilan menyebabkan oksitosin meningkatkan aktivitasnya dalam merangsang otot rahim untuk berkontrasi, dan akhirnya persalinan dimulai.
6.      Teori Hipotalamus-Pituitari dan Glandula Suprarenalis
a.       Glndula suprarenalis merupakan pemicu terjadinya persalinan.
b.      Teori ini menunjukkan, pada kehamilaan dengan bayi anensefalus sering terjadi kelambatan persalinan karena tidak terbentuknya hipotalamus.
7.      Teori prostagladin
Prostagladin yang dihasilkan oleh desidua disangka sebagai salah satu sebab permulaan persalinan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa prostagladin F2 atau E3 yang diberikan secara intervena menimbulkan kontraksi myometrium pada setiap usia kehamilan. Hal ini juga disokong dengan adanya kadar prostagladin yang tinggi baik dalam air ketuban maupun darah perifer pada ibu hamil sebelum melahirkan atau selama proses persalinan.
8.      Induksi Persalinan
Persalinan dapat juga ditimbulkan dengan jalan sebagai berikut :
a.    Gagang laminaria : dengan cara laminaria dimasukkan ke dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang fleksus frankenhauser.
b.    Aminotomi : pemecahan ketuban.
c.    Oksitosin drip : pemberian oksitosin menurut tetesan per infus.

2.2.4        Tanda Masuk Dalam Persalinan
Menurut Sulisyawati dan Nugraheny (2014) tanda masuk dalam persalinan:
1.      Terjadinya His Persalinan, karakter dari his persalinan:
a.       Pinggang terasa sakit dan menjalar ke depan.
b.      Sifatnya teratur, interval makin pendek, dan kekuatan makin besar.
c.       Terjadi perubahan pada serviks.
d.      Jika pasien menambah aktivitasnya, misalnya dengan berjalan, maka kekuatannya bertambah.
2.      Pengeluaran Lendir dan Darah  (Penanda Persalinan)
Dengan adanya his persalinan, terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan :
a.       Pendataran dan pembukaan.
b.      Pembukaan menyebabkan lendir di kanalis servikalis terlepas.
c.       Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah.
3.      Pengeluaran Cairan
Sebagian pasien mengeluarkan air ketuban akibat pecahnya selaput ketuban. Jika ketuban sudah pecah, maka ditargetkan persalinan dapat berlangsung dalam 24 jam. Namun jika tidak tercapai, maka persalinan akhirnya diakhiri dengan tindakan tertentu, misalnya ekstraksi vakum atau sectio caesarea.

2.2.5        Tahapan Persalinan
Menurut Sulisyawati dan Nugraheny (2014) tahapan persalinan adalah:
1.      Kala I (Pembukaan)
Pasien dikatakan dalam tahap persalinan kala I, jika sudah terjadi pembukaan serviks dan kontraksi terjadi teratur minimal 2 kali dalam 10 menit selama 40 detik. Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan 0-10 cm (pembukaan lengkap). Proses ini terbagi menjadi dua fase, yaitu fase laten (8 jam) dimana serviks membuka sampai 3 cm dan fase aktif (7 jam) dimana serviks membuka dari 3-10 cm. Kontraksi lebih kuat dan sering terjadi selama masa aktif. Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga parturient (ibu yang sedang bersalin) masih dapat berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan pada multigravida sekitar 8 jam. Berdasarkan Kurva Friedman, diperhitungkan pembukaan primigravida 1 cm per jam dan pembukaan multigravida 2 cm per jam. Dengan perhitungan tersebut maka waktu pembukaan lengkap dapat diperkirakan.
2.      Kala II (Pengeluaran Bayi)
Kala II adalah kala pengeluaran bayi, dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi lahir. Uterus dengan kekuatan hisnya ditambah kekuatan meneran akan mendorong bayi hingga lahir. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada multigravida. Diagnosis persalinan kala II ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan sudah lengkap dan kepala janin sudah tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm. Gejala utama kala II adalah sebagai berikut :
a.         His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit dengan durasi sampai 50 sampai 100 detik.
b.         Menjelang akhir kala I ketuban pecah yang ditandai dengan pengeluaran cairan secara mendadak.
c.         Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan Meneran, kaarena tertekannya fleksus frankenhouser.
d.        Dua kekuatan, his dan meneran lebih mendorong kepala bayi sehingga kepala membuka pintu;sub occiput bertindak sebagai hipomochlion berturut-turut lahir ubun-ubun besar, dahi, hidung dan muka dan kepala seluruhnya.
e.         Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar, yaitu penyesuaian kepala pada punggung.
f.          Setelah putar paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi ditolong dengan jalan berikut :
1)        Pegang kepala pada tulang oksiput dan bagian bawah dagu, kemudian ditarik curam ke bawah untuk melahirkan bahu depan dan curam ke atas untuk melahirkan bahu belakang.
2)        Setelah kedua bahu bayi lahir, ketiak dikaitkan untuk melahirkan sisa badan bayi.
3)        Bayi lahir diikuti oleh sisa air ketuban.
3.      Kala III (pelepasan plasenta)
Kala III adalah waktu pelepasan dan pengeluaran plasenta. Setelah kala III yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit, kontraksi uterus berhenti sekitar 5 sampai 10 menit. Dengan lahirnya bayi dan proses retraksi uterus, maka plasenta lepas dari lapisan Nitabusch. Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda sebagai berikut :
a.         Uterus menjadi berbentuk bundar.
b.         Uterus terdorong ke atas, karena plasenta dilepas ke segmen bawah rahim.
c.         Tali pusat bertambah panjang.
d.        Terjadi pendarahan.
Melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan ringan secara crede pada fundus uterus.
4.      Kala IV (observasi)
Kala IV mulai dari lahirnya plasenta selama 1-2 jam. Pada kala IV dilakukan observasi terhadap perdarahan pascapersalinan, paling sering terjadi pada 2 jam pertama.
Observasi yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a.         Tingkat kesadaran penderita.
b.         Pemeriksaan tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi dan pernafasan.
c.         Kontraksi uterus.
d.        Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi 400-500 cc.

2.2.6        Mekanisme Persalinan Normal
Menurut Sulisyawati dan Nugraheny (2014) mekanisme persalinan normal terbagi dalam beberapa tahap gerakan kepala janin di dasar panggul yang diikuti dengan lahirnya seluruh anggota badan bayi.
1.      Penurunan kepala
Terjadi selama proses persalinan karena daya dorong dari kontraksi uterus yang efektif, posisi, serta kekuatan meneran dari pasien.

2.      Penguncian (engagement)
Tahap penurunan pada waktu diameter biparietal dari kepala janin telah melalui lubang masuk panggul pasien.
3.      Fleksi
Dalam proses masuknya kepala janin ke dalam panggul, fleksi menjadi hal yang sangat penting karena dengan fleksi diameter kepala janin terkecil dapat bergerak melalui panggul dan terus menuju dasar panggul. Pada saat kepala bertemu dengan dasar panggul, tahanannya akan meningkatkan fleksi menjadi bertambah besar yang sangat diperlukan agar saat sampai di dasar panggul kepala janin sudah dalam keadaan fleksi maksimal.
4.       Putaran paksi dalam
Putaran internal dari kepa janin akan membuat diameter anteroposterior (yang lebih panjang) dari kepala menyesuaikan diri dengan diameter anteroposterior dari panggul pasien. Kepala akan berputar dari arah diameter kanan, miring kea rah diameter PAP dari panggul tetapi bahu tetap miring ke kiri, dengan demikian hubungan normal antara as panjang kepala janin dengan as panjang dari bahu akan berubah dan leher akan berputar 45 derajat. Hubungan antara kepala dan panggul ini akan terus berlanjut selama kepala janin masih berada di dalam panggul.
Pada umumnya rotasi penuh dari kepala ini akan terjadi ketika kepala telah sampai di dasar panggul atau segera setelah itu. Perputaran kepala yang dini kadang-kadang terjadi pada multipara atau pasien yang mempunyai kontraksi efisien.
5.      Lahirnya kepala dengan cara ekstensi
Cara kelahiran ini untuk kepala dengan posisi oksiput posterior. Proses ini terjadi karena gaya tahanan dari dasar panggul, dimana gaya tersebut membentuk lengkungan carus, yang mengarahkan kepala ke atas menuju lorong vulva. Bagian leher belakang di bawah oksiput akan bergeser ke bawah simfisis pubis  dan bekerja sebagai titik poros (hipomoklion). Uterus yang berkontraksi kemudian memberikan tekanan tambahan di kepala yang menyebabkannya ekstensi lebih lanjut saat lubang vulva-vagina membuka lebar.
6.      Restitusi
Restitusi ialah putaran kepala sebesar 45 derajat baik ke kanan atau ke kiri, bergantung kepada arah dimana ia mengikuti perputaran menuju posisi oksiput anterior.
7.      Putaran paksi luar
Putaran ini terjadi secara bersamaan dengan putaran internal dari bahu. Pada saat kepala janin mencapai dasar panggul, bahu akan mengalami perputaran dalam arah yang sama dengan kepala janin agar terletak dalam diameter yang besar dari rongga panggul. Bahu anterior akan terlihat pada lubang vulva-vagginal, dimana ia akan bergeser di bawah simfisis pubis.
8.      Lahirnya bahu dan seluruh anggota badan bayi
Bahu posterior akan menggembungkan perineum dan kemudian dilahirkan dengan cara fleksi lateral. Setelah bahu dilahirkan, seluruh tubuh janin lainnya akan dilahirkan mengikuti sumbu carus.

2.2.7        Faktor yang Memengaruhi Proses Persalinan
1.      Power
Tenaga meneran pasien akan semakin menambah kekuatan kontraksi uterus. Pada saat pasien meneran, diafragma dan otot-otot dinding abdomen akan berkontraksi. Kombinasi antara his dan tenaga meneran pasien akan meningkatkan tekanan intrauterus sehingga janin akan semakin terdorong keluar. Dorongan meneran akan semakin meningkat ketika pasien dalam posisi nyaman, misalnya setengah duduk, jongkok, berdiri atau miring ke kiri (Sulisyawati dan Nugraheny, 2014).
2.      Passage (Jalan Lahir)
Merupakan komponen yang sangat penting dalam proses persalinan yang terdiri dari jalan lahir tulang dan jalan lahir lunak.
Jalan lahir merupakan komponen yang tetap, artinya dalam konsep obstetri modern tidak diolah untuk dapat melancarkan proses persalinan kecuali jalan lunak pada keadaan tertentu tanpa membahayakan janin. Jalan lahir tulang mempunya kriteria sebagai berikut:
a.       Pintu atas panggul dengan distansia (jarak) transversalis kanan kiri lebih panjang dari muka belakang.
b.      Mempunyai bidang tersempit pada spina iskiadika.
c.       Pintu bawah panggul terdiri dari dua segi tiga dengan dasar pada tuber ischia, kedepan dengan ujung simfisis pubis, ke belakang ujung sacrum.
d.      Pintu atas panggul menjadi pintu bawah panggul, seolah-olah berputar Sembilan puluh derajatt.
e.       Panjang jalan lahir depan panjang 4,5 cm sedangkan panjang jalan lahir belakang 12,5 cm.
f.       Secara keseluruhan jalan lahir merupakan corong yang melengkung ke depan, mempunyai bidang sempit pada spina iskiadika, terjadi perubahan pintu atas panggul lebar kanan kiri menjadi pintu bawah panggul dengan lebar ke depan dan belakang yang terdiri dari dua segitiga.
Dengan demikian, jalan lahir tulang sangat  menentukan proses persalinan apakah dapat berlangsung melalui jalan biasa atau melalui tindakan operasi dengan kekuatasn dari luar. Yang perlu mendapatkan perhatian bidan di daerah pedesaan adalah kemungkinan ketidakseimbangan antara kepala dan jalan lahir dalam bentuk disporposi sefalopelvik (Manuaba et al. 2010).
3.      Passenger (Janin dan plasenta)
Kepala janin (bayi) merupakan bagian penting dalam proses persalinan dan memiliki ciri sebagi berikut.
a.       Bentuk kepala oval, sehingga setelah bagian besarnya lahir, maka bagian lainnya lebih mudah lahir.
b.      Persendian kepala berbentuk kogel, sehingga dapat digerakkan ke segala arah, dan memberikan kemungkinan untuk melakukana putar paksi dalam.
c.       Letak persendian kepala sedikit ke belakang, sehingga kepala melakukan fleksi untuk putar paksi dalam.
(Manuaba et al. 2010).
4.      Psikis.
Banyak wanita normal bisa merasakan kegairahan dan kegembiraan saat merasa kesakitan di awal menjelang kelahiran bayinya. Persaan positif ini berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah benar-benar terjadi realitas “kewanitaan sejati”, yaitu munculnya rasa bangga bisa melahirkan atau memproduksi anak. Khususnya, rasa lega itu berlangsung bila kehamilannya mengalami perpanjangan waktu, mereka seolah-olah mendapatkan kepastian bahwa kehamilan yang semula dianggap sebagai suatu “keadaan yang belum pasti”, sekarang menjadi hal yang nyata. Factor psikologis meliputi hal-hal sebagai berikut.
a.       Melibatkan psikologis ibu, emosi, dan persiapan intelektual.
b.      Pengalaman melahirkan bayi sebelumnya.
c.       Kebiasaan adat.
d.      Dukungan dari orang tua terdekat pada kehidupan ibu.
 (Rohani et al. 2014).
5.      Penolong
Peran dari penolong persalinan adalah mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu atau janin, dalam hal ini tergantung dari kemampuan dan kesiapan penolong dalam menghadapi proses persalinan (Rohani et al. 2014).

2.2.8        Kebutuhan Dasar Selama Persalinan
1.      Makan dan minum per oral
Jika pasien berada dalam situasi yang memungkinkan untuk makan, biasanya pasien akan makan sesuai dengan keinginannya, namun ketika masuk dalam persalinan fase aktif biasanya ia hanya menginginkan cairan. Penatalaksanaan paling tepat dan bijaksana yang dapat dilakukaan oleh bidan adalah melihaat situasi pasien, artinya intake cairan dan nutrisi tetap dipertimbangkan untuk diberikan dengan konsistensi dan julah yang logis dan sesuai dengan kondisi pasien.
2.      Akses  Intravena
Akses intravena adalah tindakan pemasangan infus pada pasien. Kebijakan ini diambil dengan pertimbangan sebagai jalur obat, cairan atau darah untuk mempertahankan keselamatan jika sewaktu-waktu terjadi keadaan darurat dan untuk mempertahankan suplai cairan bagi pasien.


3.      Posisi dan Ambulasi
Posisi yang nyaman selama persalinan sangat diperlukan bagi pasien. Selain mengurangi ketegangan dan rasa nyeri, posisi tertentu justru akan membantu proses penurunan kepala janin sehingga persalinan dapat berjalan lebih cepat (selama tidak ada kontra indikasi dari keadaan pasien). Beberapa posisi yang dapat diambil antara lain rekumben lateral (miring), lutut-dada, taangan-lutut, duduk, berdiri, berjalan, dan jongkok.
4.      Eliminasi Selama Persalinan (BAB atau BAK)
a.       Buang Air Kecil (BAK)
Selama proses persalinan, pasien akan mengalami poliuri sehingga penting untuk difasilitasi agar kebutuhan eliminasi dapat terpenuhi. Jika pasien masih berada dalam awal kala I, ambulasi dengan berjalan seperti aktivitas e toilet akan membantu penurunan kepala janin. Hal ini merupakan keuntungan tersendiri untuk kemajuan persalinannya.
b.      Buang Air Besar (BAB)
Pasien akan merasa sangat tidak nyaman ketika merasakan dorongan untuk BAB. Dalam kondisi ini penting bagi keluarga serta bidan untuk menunjukkan respons yang positif dalam hal kesiapan untuk memberikan bantuan dan meyakinkan pasien bahwa ia tidak perlu merasa risih atau sungkan untuk melakukannya.

5.      Kebersihan Tubuh
Sebagian pasien yang akan menjalani proses persalinan tidak begitu menganggap kebersihan tubuh sebagai suatu kebutuhan, karena ia lebih terfokus terhadap rasa sakit akibat his terutama pada primipara. Namun bagi sebagian yang lain akan merasa tidak nyaman atau risih jika kondisi tubuhnya kotor dan bau akibat keringat berlebih selama persalinan. Tanpa mempertimbangkan apakah kebersihan tubuh ia anggap kebutuhan atau tidak, bidan atau pendamping sebaiknya tetap memperhatikan kebersihan tubuh pasien.
6.      Istirahat
Istirahat sangat ppenting untuk pasien karena akan membuat rileks. Di awal persalinan sebaiknya anjurkan pasien untuk istirahat yang cukup sebagai persiapan untuk menghadapi proses persalinan yang panjang, terutama pada primipara. Jikaa pasien benar-benar  tidak dapat tidur terlelap karena sudah mulai merasakan his, minimal upayakan untuk berbaring di tempat tidur dalam posisi miring ke kiri untuk beberapa waktu.
(Sulisyawati dan Nugraheny, 2014).
2.3    Konsep Dasar Nifas
2.3.1        Pengertian Masa Nifas
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Dewi dan Sunarsih, 2014).
Masa nifas (puerperium) adalah masa seteah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembbali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saleha, 2009).
Masa nifas (puerperium) dimaknai sebagai periode pemulihan segera setelah lahirnya bayi dan plasenta serta mencerminkan keadaan fisiologi ibu, terutama sistem reproduksi kembali mendekati keadaan sebelum hamil. Periode ini berlangsung enam minggu dan berakhir saat kembalinya kesuburan (Marliandiani dan Ningrum, 2015).

2.3.2        Tujuan Masa Nifas
Tujuan dari pemberian asuhan kebidanan pada masa nifas adalah sebagai berikut.
1.      Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.
2.      Mendeteksi masalah, mengobati, dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
3.      Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, imunisasi, serta perawatan bayi sehari-hari.
4.      Memberikan pelayanan KB.
(Saleha, 2009).

2.3.3        Tahap Pemulihan Masa Nifas
Pengawasan masa nifas penting dilakukan secara cermat terhadap perubahan fisiologis masa nifas dan mengenali tanda-tanda keadaan patologis pada tiap tahapannya. Kembalinya sistem reproduksi pada masa nifas dibagi menjadi tiga tahap, yaitu sebagai berikut.
1.      Puerperium dini
Beberapa jam setelah persalina, ibu dianjurkan segera bergerak dan turun dari tempat tidur. Hal ini bermanfaat mengurangi komplikasi kandung kemih dan konstipasi, menurunkan frekuensi trombosis dan emboli paru pada masa nifas.
2.      Puerperium Intermedial
Suatu masa yakni kepulihan menyeluruh dari organ-organ reproduksi internal maupun eksternal selama kurang lebih 6-8 minggu.
3.      Remote Puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan sempurna terutama bila ibu selama hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi. Rentang waktu remote puerperium setiap ibu akan berbeda, bergantung pada berat ringannya koomplikasi yang dialami selama hamil dan persalinan. Waktu sehat sempurna dapat berlangsung selama berminggu-minggu, bulanan, bahkan tahunan.
(Marliandiani dan Ningrum, 2015).
2.3.4        Progam dan Kebijakan Teknik Masa Nifas
Kunjungan masa nifas dilakukan paling sedikit 4 kali. Kunjungan ini bertujuan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir juga untuk mencegah, mendeteksi, serta menangani masalah – masalah yang terjadi.
Tabel 2.4      : Kunjungan Masa Nifas.
Kunjungan
Waktu
Tujuan
1
6-8 jam setelah persalinan
Ø  Mencegah terjadinya perdarahan pada masa nifas
Ø  Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan memberikan rujukan bila perdarahan berlanjut
Ø  Memberikan konseling kepada ibu atau salah satu anggota keluarga mengenai bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
Ø  Pemberian ASI pada masa awal menjadi ibu
Ø  Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
Ø  Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mecegah hipotermi
2
6 hari setelah persalinan
Ø  Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilicus tidak ada perdarahan abnormal, dan tidak ada bau
Ø  Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau kelainan pasca melahirkan
Ø  Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat
Ø  Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-tanda penyulit
Ø  Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, cara merawat tali pusat, dan bagaimana menjaga bayi agar tetap hangat
3
2 minggu setelah persalinan
Sama seperti di atas (enam hari setelah persalinan)
4
6 minggu setelah persalinan
Ø  Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang dialami atau bayinya
Ø  Memberikan konseling untuk KB secara dini
Sumber : Saleha, 2009.

2.3.5        Perubahan Fisiologis pada Masa Nifas
1.      Perubahan Sistem Reproduksi
a.       Uterus
Pada uterus terjadi proses involusi. Proses involusi adalah proses kembalinya uterus ke dalam keadaan sebelum hamil setelah melahirkan. Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Pada tahap ketiga persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm di bawah umbilicus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis (Dewi dan Sunarsih, 2014).
 







Gambar 2.1       Involusi Uteri
(Dewi dan Sunarsih, 2014).
Tabel 2.5  : Involusi Uterus
Involusi
TFU
Berat uterus
Bayi lahir
Setinggi pusat
1.000 gr
1 minggu
Pertengahan pusat simfisis
750 gr
2 minggu
Tidak teraba di atas simpisis
500 gr
6 minggu
Normal
50 gr
8 minggu
Normal seperti sebelum hamil
30 gr
             (Sumber : Saleha, 2009).
b.      Lokia
Pengeluaran lokia dimaknai sebagai peluruhan jaringan desidua yang menyebabkan keluarnya secret vagina dalam jumlah bervariasi. Lokia mempunyai bau yang amis (anyir) meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Secara mikroskopis lokia terdiri atas eritrosit, serpihan desidua, sel-sel epitel, dan bakteri. Lokia mengalami perubahan karena proses involusi. Pengeluaran lokia dapat dibagi menjadi lokia rubra, sanguinolenta, serosa, dan alba. Perbedaan masing-masing lokia dapat dilihat sebagai berikut (Marliandiani dan Ningrum, 2015).
1)      Lokia rubra
Timbul pada hari ke 1-2 postpartum, berisi darah segar bercampur sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, sisa mekonium, sisa selaput ketuban, dan sisa darah.
2)      Lokia sanguinolenta
Timbul pada hari ke 3-7 postpartum, berupa sisa darah bercampur lender.
3)      Lokia serosa
Lokia serosa merupakan cairan berwarna agak kuning berisi leukosit dan robekan laserasi plasenta, timbul setelah satu minggu postpartum.
4)      Lokia alba
Timbul setelah dua minggu postpartum dan hanya merupakan cairan putih.
(Marliandiani dan Ningrum, 2015).
c.       Genetalia Eksterna, Vagina, dan Perineum
Selama proses persalinan, vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan. Rugae dalam vagina secara berangsur-angsur mulai tampak pada minggu ketiga. Hymen muncul kembali sebagai jaringan sikatriks (scar) atau penonjolan kulit dan setelah mengalami sikartrisasi berubah menjadi karunkula mirtiformis yang khas bagi wanita multipara. Ukuran vagina akan selalu lebih besar dibandingkan keadaan saat sebelum persalinan pertama (Marliandiani dan Ningrum, 2015).
Perubahan pada perineum pascamelahirkan terjadi pada saat perineum mengalami robekan. Robekan jalan lahir dapat terjadi secara spontan ataupun dilakukan episiotomy atas indikasi tertentu. Robekan perineum umumnya terjadi pada garis tengah dan bisa menjadi apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil dari dari biasa, kepala janin melewati pintu panggul bawah dengan ukuran yang lebih besar dari pada sikumferensial suboksipito bregmatika. Apabila ada laserasi jalan lahir atau luka bekas episiotomy lakukan penjahitan dan perawatan dengan baik (Marliandiani dan Ningrum, 2015).
d.      Payudara (mamae)
Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi secara alami. Proses menyusui mempunyai dua mekanisme fisiologis, yaitu sebagai berikut.
1)      Produksi susu.
2)      Sekresi susu atau let down.
Selama sembilan bulan kehamilan, jaringan payudara tumbuh dan menyiapkan fungsinya untuk menyediakan makanan bagi bayi baru lahir. Setelah melahirkan, ketika hormone yang dihasilkan olasenta tidak ada lagi untuk menghambatnya kelenjar pituitary akan mengeluarkan prolactin (hormone laktogenik). Sampai hari ketiga setelah melahirkan, efek prolaktin pada payudara mulai bisa dirasakan. Pembuluh darah payudara menjadi bengkak terisi darah, sehingga timbul rasa hangat, bengkak, dan rasa sakit. Sel-sel acini yang menghasilkan ASI juga mulai berfungsi. Ketika bayi menghisap putting reflex saraf merangsang lobus posterior pituitari untuk menyekresi hormone oksitosin. Oksitosin merangsang reflex let down (mengalirkan), sehingga menyebabkan ejeksi ASI melalui sinus aktiferus payudara ke duktus yang terdapat pada puting. Ketika ASI dialirkan karena isapan bayi atau dengan dipompa sel-sel acini terangsang untuk menghasilkan ASI lebih banyak. Reflex ini dapat berlanjut sampai waktu yang cukup lama (Saleha, 2009).
2.       Sistem Pencernaan
Kalsium amat penting untuk gigi pada kehamilan dan masa nifas, dimana pada masa ini terjadi penurunan konsentrasi ion kalsium karena meningkatnya untuk proses pertumbuhan janin juga pada ibu dalam masa laktasi.
 Pada ibu nifas terutama yang partus lama dan terlantar mudah terjadi ileus paralitikus, yaitu adanya obstruksi usus akibat tidak adanya peristaltic usus. Penyebabnya adalah penekanan buah dada dalam kehamilan dab partus lama, sehingga membatasi gerak peristaltic usus, serta bia juga terjadi karena pengaruh psikis takut BAB karena pengaruh psikis takut BAB karena ada luka jahitan perineum (Saleha, 2009).
3.      Perubahan Sistem Perkemihan
Saluran kemih kembali normal dalam waktu dua sampai delapan minggu. Hal tersebut dipengaruhi oleh keadaan /status sebelum persalinan, lamanya partus kala II dilalui, besarnya tekanan kepala yang menekan pada saat persalinan. Kandung kemih pada masa nifas sangat kurang sensitif dan kapasitasnya bertambah, sehingga kandung kemih penuh atau sesudah buanng air kecil masih tertinggal urinr residual (normal ± 15 cc). (Marliandiani dan Ningrum, 2015).
4.      Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Ligamen-ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang sewaktu kehamilan dan persalinan berangsur-angsur kembali seperti sedia kala. Tidak jarang ligament rotundum mengendur, sehingga uterus jatuh ke belakang. Fasia jaringan penunjang alat genitalia yang mengendur dapat diatasi dengan latihan-latihan tertentu. Mobilitas sendi berkurang dan posisi lordosis kembali secara perlahan-lahan (Saleha, 2009).
5.      Perubahan Sistem Hematologi
Pada awal postpartum, jumlah hemoglobin, hematocrit dan eritrosit sangat bervariasi. Hal ini disebabkan volume darah, volume plasenta, dan tingkat volume darah berubah-ubah. Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan hematocrit dan hemoglobin pada hari ke 3-7 postpartum dan akan normal dalam 4-5 minggu postpartum. Jumlah kehilangan darah selama masa persalinan kurang lebih 200-500 ml, minggu pertama postpartum berkisar 500-800 ml dan selama sisa masa nifas berkisar 500 ml (Marliandiani dan Ningrum, 2015).
6.      Perubahan Tanda-Tanda Vital
           Pemeriksaan tanda-tanda vital adalah suatu proses pengukuran tanda-tanda fungsi vital tubuh yang dilakukan oleh tenaga medis untuk mendeteksi adanya perubahan sistem tubuh. Pada masa nifas perubahan yang sering terjadi adalah sebagai berikut.
a.       Suhu tubuh
Setelah persalinan, dalam 24 jam pertama ibu akan mengalami sedikit peningkatan suhu tubuh (38oC) sebagai respons tubuh terhadap proses persalinan. Peningkatan suhu ini umumnya terjadi hanya sesaat. Jika peningkatan suhu tubuh menetap mungkin menandakan infeksi.
b.      Nadi
Denyut nadi yang melebihi 100x/menit, harus waspada kemungkinan infeksi atau perdarahan postpartum.
c.       Tekanan Darah
Bila tekanan darah mengalami peningkatan lebih dari 30 mmHg pada systole atau lebih dari 15 mmHg pada diastole perlu dicurigai timbulnya hipertensi atau preeclampsia postpartum.
d.      Pernafasan
Pada ibu postpartum pada umumnya pernafasan menjadi lambat atau kembali normal seperti saat sebelum hamil pada bulan keenam setelah persalinan. Hal ini karena ibu dalam kondisi pemulihan atau dalam kondisi istirahat. Bila nadi, suhu tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran pernafasan.
 Bila pada masa nifas pernafasan menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok.
(Marliandiani dan Ningrum, 2015).
7.      Perubahan Sistem Kardiovaskular
           Selama kehamilan, volume darah normal digunakan untuk menampung aliran darah yang meningkat, yang diperlukan oleh plasenta dan pembuluh darah uterus. Penarikan kembali estrogen menyebabkan diuresis yang terjadi secara cepat sehingga mengurangi volume plasma darah. Setelah persalinan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah ibu relative akan bertambah. Keadaan ini akan menyebabkan beban pada jantung dan akan menimbulkan decompensatio cordis pada pasien dengan vitum cardio. Keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan tumbuhnya hemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sedia kala. Umumnya, ini akan terjadi pada 3-5 hari postpartum (Marliandiani dan Ningrum, 2015).

2.3.6        Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas
1.        Nutrisi dan Cairan
          Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian yang serius, karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat memengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan harus bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein, dan banyak mengandung banyak cairan.
          Jika yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai berikut.
a.       Mengonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.
b.      Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang cukup.
c.       Minum setidaknya 3 liter air setiap hari.
d.      Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi, setidaknya selama 40 hari pascapersalinan.
e.       Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI.
(Saleha, 2009).
2.        Ambulasi
Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijakan agar secepat mungkin bidan membimbing ibu postpartum bangun dari tempat tidurnya dan membimbing ibu secepat mungkin untuk berjalan.
Sekarang tidak perlu lagi menahan ibu postpartum telentang ditempat tidurnya selama 7-14 hari setelah melahirkan. Ibu postpartum sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24-48 jam postpartum.
Keuntungan early ambulation adalah sebagai berikut.
a.       Ibu merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation.
b.      Faal usus dan kandung kemih lebih baik.
c.       early ambulation memungkinkan kita mengajarkan ibu cara merawat anaknya selama ibu masih di rumah sakit. Misalnya memandikan, mengganti pakaian, dan memberi makan.
d.      Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia (sosial ekonomis). Menurut penelitian-penelitian seksama, early ambulation tidak mempunyai pengaruh yang buruk, tidak menyebabkan perdarahan yang abnormal, tidak memengaruhi penyembuhan luka episiotomi atau luka di perut, serta tidak memperbesar kemungkinan prolapsus atau retrotexto uteri.
Early ambulation tentu tidak dibenarkan pada ibu postpartum dengan penyulit, misalnya anemia, penyakit jantung, penyakit paru-paru, demam, dan sebagainya.
Penambahan kegiatan dengan early ambulation harus berangsur-angsur, jadi bukan maksudnya ibu segera setelah bangun dibenarkan mencuci, memasak, dan sebagainya (Saleha, 2009).
3.        Eliminasi
a.       Buang Air Kecil
Ibu diminta untuk buang air kecil (miksi) 6 jam postpartum. Jika dalam 8 jam postpartum belum dapat berkemih atau sekali berkemih belum melebihi 100cc, maka dilakukan kateresasi. Akan tetepi, kalau ternyata kandung kemih penuh, tidak perlu menunggu 8 jam untuk karerisasi.
Berikut ini sebab-sebab terjadinya kesulitan berkemih (retensio urine) pada ibu postpartum.
1)      Berkurangnya tekanan intra abdominal.
2)      Otot-otot perut masih lemah.
3)      Edema dan uretra.
4)      Dinding kantong kemih kurang sensitif.
b.      Buang Air Besar
Ibu postpartum diharapkan dapat buang air besar (defekasi) setelah hari kedua postpartum. Jika hari ketiga belum juga BAB, maka perlu diberi obat pencahar per oral atau per rektal. Jika setelah pemberian obat pencahar masih belum bisa BAB, maka dilakukan klisma (huknah).



c.       Personal Higiene
Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan lingkungan sangat penting untuk tetap dijaga.
      Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan diri ibu postpartum adalah sebagai berikut.
1)      Anjurkan kebersihan seluruh tubuh, terutama parenium.
2)      Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ibu mengerti untuk membersihkan daerah sekitar vulva terlebih dahulu dari depan ke belakang, baru kemudian dibersihkan daerah di sekitar anus. Nasehatkan pada ibu untuk membersihkan vulva setiap kali selesai buang air kecil/besar.
3)      Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya 2 kali sehari, kain dapat digunakan ulang jika telaah dicuci dengan baik dan dikeringkan di bawah matahari atau disetrika.
4)      Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air, sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
5)      Jika ibu mempunyai luka episiotomy atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari untuk menyentuh luka.
(Saleha, 2009).
4.        Istirahat
          Umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan, akan terasa lebih lelah bila partus berlangsung agak lama. Seorang ibu baru akan cemas apakah ia mampu merawat anaknya atau tidak setelah melahirkan. Hal ini mengakibatkan susah tidur, alas an lainnya adalah terjadi gangguan pola tidur karena beban kerja bertambah, ibu harus bangun malam untuk meneteki, atau mengganti popok yang sebelumnya tidak pernah dilakukan. Berikut adalah hal-hal yang dapat dianjurkan pada ibu.
a.       Beristirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
b.      Sarankan ia untuk kembali ke kegiatan-kegiatan yang tidak berat.
Kurang istirahat akan memengaruhi ibu dalam beberapa hal, diantaranya adalah sebagai berikut.
a.       Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi.
b.      Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak pendarahan.
c.       Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawaat bayi dan dirinya sendiri.
(Dewi dan Sunarsih, 2014).
  
5.        Seksual
          Hubungan seksual dapat dilakukan dengan aman ketika luka episiotomy telah sembuh dan lokia telah berhenti. Sebaiknya hubungan seksual dapat ditunda sedapat mungkin sampai 40 hari setelah persalinan karena pada saat itu diharapkan organ-organ tubuh telah pulih kembali. Ibu mengalami ovulasi dan mungkin mengalami kehamilan sebelum haid yang pertama timbul setelah persalinan. Oleh karena itu, bila senggama tidak mungkin menunggu sampai hari ke 40, suami/istri perlu melakukan usaha untuk mencegah kehamilan. Pada saat inilah waktu yang tepat untuk memberikan konseling tentang pelayanan KB (Dewi dan Sunarsih, 2014).
6.        Keluarga Berencana
          Tujuan dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut. Kontrasepsi yang cocok untuk ibu pada masa nifas, atara lain metode amenorehea, laktasi (MAL), pil progestin (mini pil), suntikan progestin, kontrasepsi implant, dan alat kontrasepsi dalam rahim (Dewi dan Sunarsih, 2014).
7.        Latihan atau Senam Nifas
          Senam nifas adalah senam yang dilakukan ibu-ibu setelah melahirkan setelah keadaan tubuhnya pulih kembali. Senam nifas bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan, mencegah terjadinya komplikasi, serta memulihkan dan menguatkan otot-otot punggung, otot dasar panggul dan otot perut. Latihan senam nifas dilakukan untuk membantu mengencangkan otot-otot tersebut.
          Hal ini untuk mencegah terjadinya nyeri punggung dikemudian hari dan terjadinya kelemahan pada otot panggul sehingga dapat mengakibatkan ibu tidak bisa menahan BAK. Gerakan senam nifas ini dilakukan dari gerakan yang paling sederhana hingga yang tersulit. Sebaiknya dilakukan secara bertahap dan terus menerus (kontinu). Lakukan pengulangan setiap 5 gerakan dan tingatkan setiap hari sampai 10 kali (Dewi dan Sunarsih, 2014).

2.3.7        Adaptasi Psikologis Masa Nifas
Pengalaman menjadi orang tua khususnya menjadi seorang ibu tidaklah selalu merupakan suatu hal yang menyenangkan bagi setiap wanita atau pasangan suami istri. Banyak hal menambah beban hingga membuat seorang wanita merasa down. Banyak wanita merasa tertekan pada saat setelah melahirkan, sebenarnya hal tersebut adalah wajar. Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus dijalani. Tanggung jawab menjadi seorang ibu semakin besar dengan lahirnya bayi yang baru lahir. Dorongan dan perhatiian dari seluruh anggota keluarga lainnya merupakan dukungan yang positif bagi ibu. Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sebagai berikut.
1.    Fase Taking in
Fase taking in yaitu periode ketergantungan yang berlangsung pada hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Gangguan psikologis yang mungkin dirasakan ibu pada fase ini adalah sebagai berikut :
a.    Kekecewaan karena tidak mendapatkan apa yang di inginkan tentang bayinya misalkan : jenis kelain tertentu, warna kulit dan sebagainya.
b.   Ketidaknyamanan sebagai akibat dari perubahan fisik yang dialami ibu misalnya rasa mules akibat dari kontraksi rahim, payudara bengkak, akibat luka jahitan, dan sebagainya.
c.    Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya.
d.   Suami atau keluarga yang mengkritik ibu tentang cara merawat bayinya dan cenderung melihat saja tanpa membantu. Ibu akan merasa tidak nyaman karena sebenarnya hal tersebut bukan hanya tanggung jawab ibu saja, tetapi tanggung jawab bersama.
2.    Taking hold
Fase taking hold adalah fase/periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Ibu memiliki perasaan yang sangat sensitif sehingga mudah tersinggung dan gampang marah sehingga kita perlu berhati-hati dalam berkomunikasi dengan ibu.

3.    Fase letting go
Fase letting go merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat mnyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya, serta kepercayaan dirinya sudah meningkat. Pendidikan kesehatan yang kita berikan pada fase sebelumnya akan sangat berguna bagi ibu. Ibu lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan diri dan bayinya.
(Dewi dan Sunarsih, 2014).

2.4    Konsep Dasar Bayi Baru Lahir
2.4.1        Pengertian
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram (Rochmah et.al, 2011).
Bayi baru lahir normal adalah bayi baru lahir normal dengan berat lahir antara 2.500-4.000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan konginetal (cacat bawaan) yang berat (Kumalasari, 2015).

2.4.2        Ciri-Ciri Bayi Baru Lahir Normal
1.        Lahir aterm antara 37-42 minggu, berat badan 2.500-4.000 gram, panjang badan 48-52 cm.
2.        Lingkar dada 30-38 cm, lingkar kepala 33-35 cm, lingkar lengan 11-12 cm.
3.        Frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit.
4.        Pernafasan ± 40-60 x/menit.
5.        Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup.
6.        Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna.
7.        Kuku agak panjang dan lemas.
8.        Nilai APGAR > 7, gerak aktif, bayi lahir langsung menangis kuat.
9.        Reflek rooting (mencari puting susu dengan rangsangan taktil pada pipi dan daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik. Reflek sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik. Reflek morro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah terbentuk dengan baik. Reflek grasping (menggenggam) sudah baik.
10.    Genitalia
11.    Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada skrotum dan penis yang berlubang. Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra yang berlubang, serta adanya labia minora dan mayora.
12.    Eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya mekonium dalam 24 jam pertama dan berwarna hitam kecokelatan.

Tabel 2.6 Tanda APGAR.
Tanda
Nilai : 0
Nilai : 1
Nilai : 2
Appearance (Warna kulit)
Pucat/biru seluruh tubuh
Tubuh merah, ekstremitas biru
Seluruh tubuh kemerahan
Pulse (Denyut jantung)
Tidak ada
< 100
> 100
Grimace (Tonus otot)
Tidak ada
Ekstremitas sedikit fleksi
Gerakan aktif
Activity (Aktifitas)
Tidak ada
Sedikit gerak
Langsung menangis
Respiration (pernafasan)
Tidak ada
Lemah/tidak teratur
Menangis

Interpretasi :
1.         Nilai 1-3 asfiksia berat
2.         Nilai 4-6 asfiksia sedang
3.         Nilai 7-10 asfiksia ringan (normal)
(Dewi, 2014).

2.4.3        Tahapan Bayi Baru Lahir
1.        Tahap I terjadi segera setelah lahir, selama menit pertama kelahiran. Pada tahap ini digunakan sistem scoring apgar untuk fisik dan scoring gray untuk interaksi bayi dan ibu.
2.        Tahap II disebut tahap transisional reaktivitas. Pada tahap II dilakukan pengkajian selama 24 jam pertama terhadap adanya perubahan perilaku.
3.        Tahap III disebut tahap periodik, pengkajian dilakukan setelah 24 jam pertama yang meliputi pemeriksaan seluruh tubuh.
(Dewi, 2014).
 
2.4.4        Asuhan Kebidanan Pada BBL Normal
1.      Cara memotong tali pusat
a.       Menjepit tali pusat dengan klem dengan jarak 3 cm dari pusat, lalu mengurut tali pusat ke arah ibu dan memasang klem ke-2 dengan jarak 2 cm dari klem.
b.       Memegang tali pusat diantara 2 klem dengan menggunakan tangan kiri (jari tengah melindungi tubuh bayi) lalu memotong tali pusat diantara 2 klem.
c.       Mengikat tali pusat dengan jarak ± 1 cm dari umbilikus dengan simpul mati lalu mengikat balik tali pusat dengan simpul mati. Untuk kedua kalinya bungkus dengan kasa steril, lepaskan klem pada tali pusat, lalu memasukkannya dalam wadah yang berisi larutan klorin 0,5%.
d.      Membungkus bayi dengan kain bersih dan memberikannya kepada ibu.
(Dewi, 2014).
2.      Mempertahankan suhu tubuh BBL dan mencegah hipotermia
a.       Mengeringkan tubuh bayi segera setelah lahir
Kondisi bayi lahir dengan tubuh basah karena air ketuban atau aliran udara melalui jendela/pintu yang terbuka akan mempercepat terjadinya penguapan yang akan mengakibatkan bayi lebih cepat kehilangan suhu. Hal ini akan mengakibatkan serangan dingin (cold stress) yang merupakan gejala awal hipotermia. Bayi kedinginan biasanya tidak memperlihatkan gejala menggigil oleh karena kontrol suhunya belum sempurna.
b.       Untuk mencegah terjadinya hipotermia
Bayi yang baru lahir harus segera dikeringkan dan dibungkus dengan kain kering kemudian diletakkan telungkup diatas dada ibu untuk mendapatkan kehangatan dari dekapan ibu.
c.       Menunda memandikan BBL sampai tubuh bayi stabil.
Pada BBL cukup bulan dengan berat badan lebih dari 2.500 gram dan menangis kuat bisa dimandikan ± 24 jam setelah kelahiran dengan tetap menggunakan air hangat. Pada BBL berisiko yang berat badannya kurang dari 2.500 gram atau keadaannya sangat lemah sebaiknya jangan dimandikan sampai suhu tubuhnya stabil dan mampu mengisap ASI dengan baik.
d.      Menghindari kehilangan panas pada bayi baru lahir.
Ada empat cara yang membuat bayi kehilangan panas, yaitu melalui radiasi, evaporasi, konduksi dan konveksi.
(Dewi, 2014).
 
2.4.5        Bounding Attachment
Istilah ini merupakan gabungan dari kata bond (tali, pertalian, ikatan) dan attachment (kasih sayang, cinta). Bounding attachment adalah suatu ikatan kasih sayang yang kuat yang menyebabkan ibu memberi pengorbanan yang luar biasa yang dibutuhkan untuk merawat bayinya siang maupun malam secara terus-menerus untuk melindungi, mengasihi, mencium, mendorong, menatap, dan memberi rasa aman dan nyaman pada bayinya.
Tingkah laku bayi yang memperlancar kasih sayang orang tua atau proses attachment.
1.      Pandangan tajam, ada kontak mata.
2.      Rupa wajah yang menarik.
3.      Tersenyum.
4.      Bersuara, menangis atau lapar.
5.      Reflek menggenggam,
6.      Mudah dihibur.
7.      Perhatian terfokus pada orang tua.
8.      Membedakan tangis, senyum, dan bersuara.
9.      Melekat, merangkul, menyapa orang tua.
(Deslidel et. Al, 2011).

2.4.6        Adaptasi Bayi Baru Lahir
1.      Sistem Pernafasan
Nafas pertama memerlukan tekanan yang sangat tinggi untuk memasukkan udara kedalam alveolus yang penuh air. Napas ke 2-4 tekanannya lebih rendah. Surfaktan merendahkan tegangan di dalam alveoli dan mencegah kolaps paru setelah ekspirasi. Surfaktan diproduksi pada kehamilan 20 minggu dan terus meningkat sampai usia 30-34 minggu.
2.      Sistem Peredaran Darah
Setelah lahir:
a.       Tali pisat dipotong → duktus venosus menutup, resistensi vascular sistemik meningkat.
b.      Tarikan nafas → tekanan oksigen ↑→resistensi vascular paru ↓ → sirkulasi darah ke paru↑→ aliran darah balik dari perut ↑→ tekanan atrium kiri↑→foramen ovale menutup.
c.       Duktus arteriosus sensitif terhadap kadar oksigen dalam darah → pO2 darah meningkat → duktus arteriosus menutup. Darah miskin oksigen → vena kava inferior/superior → atrium kanan →ventrikel kanan → arteri pulmonalis →pertukaran oksigen dan karbondioksida di paru → darah kaya oksigen → vena pulmonalis → atrium kiri → ventrikel kiri → aorta → sirkulasi sistemik → vena kava inferior/superior→ dan seterusnya.
3.      Sistem metabolisme dan Pengaturan Suhu
Mekanisme terjadinya hipotermi dimulai dari asupan makanan yang kurang, lemak cokelat belum berkembang (26 minggu), permukaan tubuh lebih luas, lemak subkutan sedikit, dan respons vasomotor kurang efektif. Mekanisme hilangnya panas terjadi melalui:
a.    Konveksi      : kehilangan panas karena udara yang mengalir      (misalnya: kipas angina, aliran AC, jendela         terbuka).
b.    Konduksi      : kehilangan panas karena menempel pada benda dingin (misalnya: stetoskop, timbangan dll).
c.    Radiasi         : kehilangan panas bayi karena suhu diruangan lebih dingin dari suhu tubuh bayi. Pencegaahannya dengan mengatur suhu ruangan agar cukup hangat, menpyelimuti bayi terutama kepalanya (area terluas).
d.   Evaporasi      : kehilangan panas karena tubuh bayi yang basah (menguap bersama air yang menempel di tubuh bayi). Pencegahannya dengan segera mengeringkan bayi.
4.      Sistem Gastrointestinal
Refleks gumoh dan refleks batuk sudah terbentuk baik saat lahir. Kemampuan bayi untuk menelan dan mencerna makanan selain susu masih terbatas. Hubungan antara esophagus dan lambung masih belum sempurna dan kapasitas lambung masih terbatas (30 cc).
Dua sampai tiga hari pertama kolon berisi meconium yang lunak berwarna hijau kecoklatan, yang berasal dari saluran usus dan tersusun atas, mucus dan sel epidermis. Warna yang khas berasal dari pigmen empedu. Beberapa jam sebelum lahir usus masih steril, tetapi setellah bakteri menyerbu masuk. Pada hari   ke-3 atau ke-4 mekonium menghilang.
5.      Sistem Ginjal
Janin membuang toksin dan homeostasis cairan/elektrolit melalui plasenta. Setelah lahir ginjal berperan dalam homestasis cairan/elektrolit. Lebih dari 90% bayi berkemih dalam usia 24 jam, dan memproduksi urine 1-2 ml/kg/jam. Pematangan ginjal berkembang sampai usia gestasi 36 minggu.
6.      Sistem Hati
Fungsi hati adalah metabolism karbohidrat, protein, lemak, dan asam empedu. Hati juga memiliki fungsi ekskresi (aliran empedu) dan detoksifikasi obattoksin. Bidan harus hati-hati dalam memberikan obat kepada neonates dengan memperhatikan dosis obat.
           Bila menemukan bayi kuning lebih dari 2 minggu dan feses berbentuk dempul ada kemungkinan terjadi atresia bilier yang memerlukan operasi segera sebelum usia 8 minggu. Bilirubin saat lahir antara 1,8-2,8 mg/dl yang dapat meningkat sampai 5 pada hari ke-3 atau ke-4 karena imaturitas sel hati.
7.      Sistem Neurologi
Bayi telah dapat melihat dan mendengar sejak baru lahir sehingga membutuhkan stimulasi suara dan penglihatan. Setelah lahir jumlah dan ukuran sel saraf tidak bertambah. Pembentukan sinaps terjadi secara progesif sejak lahir sampai usia 2 tahun. Mielinisasi (perkembangan serabut myelin) terjadi sejak janin 6 bulan sampai dewasa. Golden period mulai trimester III sampai usia 2 tahun pertambahan lingkar kepala (saat lahir rata-rata 36 cm, usia 6 bulan 44 cm, usia 1 tahun 47 cm, usia 2 tahun 49 cm, usia 5 tahun 51 cm, dewasa 56 cm). saat lahir bobot otak 25% dari berat dewasa, usia 6 bulan hamper 50%, usia 2 tahun 75%, usia 5 tahun 90%, usia 10 tahun 100%.
8.      Sistem Imunologi
Sel fagosit, granulosit, monosit mulai berkembang sejak usia gestasi 4 bulan. Setelah imunitas neonates cukup bulan lebih rendah dari orang dewasa. Usia 3-12 bulan adalah keadaan imunodefisiensi sementara sehingga bayi mudah terkena infeksi. Neonates kurang bulan memiliki kulit yang masih rapuh, membrane mukosa yang mudah cedera, pertahanan tubuh lebih rendah sehingga berisiko mengalami infeksi yang lebih besar.
Perubahan beberapa kekebalan alami meliputi perlindungan oleh kulit membrane mukosa, fungsi jaringan saluran napas, pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus, dan perlindungan kimia oleh asam lambung.
(Deslidel et. Al, 2011).
  
2.4.7        Pelayanan Essensial Pada Bayi Baru Lahir Sehat Oleh Dokter/Bidan/Perawat
1.      Jaga bayi tetap hangat.
2.      Bersihkan jalan napas (bila perlu).
3.      Keringkan dan jaga bayi tetap hangat.
4.      Potong dan ikat tali pusar tanpa membubuhi apapun, kira-kira 2 menit setelah lahir.
5.      Segera lakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
6.      Beri salep mata antibiotika tetrasiklin 1% pada kedua mata.
7.      Beri suntikan vitamin K1 1 mg intramuskular, di paha kiri anterolateral setelah IMD.
8.      Beri imunisasi Hepatitis B0 0,5 ml, intramuskular, di paha kanan anteroleteral, diberikan kira-kira 1-2 jam setelah pemberian vitamin K1.
9.      Pemberian Identitas.
10.  Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik .
11.  Pemulangan Bayi Lahir Normal (BBL), konseling dan kunjungan ulang.
(Buku KIA, 2016). 
2.4.8        Perawatan Bayi Baru Lahir
1.      Pemberian ASI
a.         Segera lakukan inisiasi menyusu dini (IMD).
b.        ASI yang keluar pertama berwarna kekuningan (kolostrum) mengandung zat kekebalan tubuh, langsung berikan pada bayi, jangan dibuang.
c.         Berikan hanya ASI saja sampai berusia 6 bulan (ASI Eksklusif).
2.      Cara Menjaga Bayi Tetap Hangat
a.         Mandikan bayi setelah 6 jam, dimandikan dengan air hangat.
b.        Bayi harus tetap berpakaian dan diselimuti setiap saat, memakai pakaian kering dan lembut.
c.         Ganti popok dan baju jika basah
d.        Jangan tidurkan bayi di tempat dingin atau banyak angin.
e.         Jaga bayi tetap hangat dengan menggunakan topi, kaos kaki, kaos tangan dan pakaian yang hangat pada saat tidak dalam dekapan.
f.         Jika berat lahir kurang dari 2500 gram, lakukan Perawatan Metode Kanguru (dekap bayi di dada ibu/bapak/anggota keluarga lain kulit bayi menempel kulit ibu/bapak/ anggota keluarga lain)
g.        Bidan/Perawat/Dokter menjelaskan cara Perawatan Metode Kanguru
3.      Perawatan Tali Pusar
a.         Selalu cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir sebelum dan sesudah memegang bayi.
b.        Jangan memberikan apapun pada tali pusar.
c.         Rawat tali pusar terbuka dan kering.
d.        Bila tali pusar kotor atau basah, cuci dengan air bersih dan sabun mandi dan keringkan dengan kain bersih.
(Buku KIA, 2016).

2.4.9        Pelayanan Kesehatan Pada Bayi Baru Lahir (Kunjungan Neonatal)
Pelayanan kesehatan bayi baru lahir oleh bidan/perawat/dokter dilaksanakan minimal 3 kali, yaitu:
1.        pertama pada 6 jam - 48 jam setelah lahir.
2.        kedua pada hari ke 3 - 7 setelah lahir.
3.        ketiga pada hari ke 8 - 28 setelah lahir.
(Buku KIA, 2016).

2.5    Konsep Dasar Keluarga Berencana
2.5.1        Pengertian
Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang diinginkan. Agar dapat mencapai hal tersebut, maka dibuatlah beberapa cara atau alternatif untuk mencegah ataupun menunda kehamilan. Cara-cara tersebut termasuk kontrasepsi atau pencegah kehamilan dan perencanaan keluarga (Sulistyawati, 2014). 
2.5.2        Tujuan Program KB
Tujuan umumnya adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan ekonomi suatu keluarga, dengan cara pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (Sulistyawati, 2014). 
Tujuan lain meliputi pengaturan kelahiran, pendewasaan usia perkawinan, peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga. Hal ini sesuai dengan teori pembangunan menurut Alex Inkeles dan David Smith yang mengatakan bahwa pembangunan bukan sekedar perkara pemasok modal dan teknologi saja tapi juga membutuhkan sesuatu yang mampu mengembangkan sarana yang berorientasi pada masa sekarang dan masa depan, memiliki kesanggupan untuk merencanakan, dan percaya bahwa manusia dapat mengubah alam, bukan sebaliknya (Sulistyawati, 2014). 
2.5.3        Ruang lingkup program KB
Ruang lingkup program KB mencakup sebagai berikut.
1.      Ibu.
Dengan jalan mengatur jumlah dan jarak. Adapun manfaat yang diperoleh oleh ibu adalah sebagai berikut.
a.       Tercegahnya kehamilan yang berulang kali dalam jangka waktu yang terlalu pendek, sehingga kesehatan ibu dapat terpelihara terutama kesehatan organ reproduksinya.
b.      Meningkatkan kesehatan mental dan sosial yang dimungkinkan oleh adanya waktu yang cukup untuk mengasuh anak-anak dan beristirahat yang cukup karena kehadiran akan anak tersebut memang diinginkan.
2.      Suami.
Dengan memberikan kesempatan suami agar dapat melakukan hal berikut.
a.       Memperbaiki kesehatan fisik.
b.      Mengurangi beban ekonomi keluarga yang ditanggungnya.
3.      Seluruh keluarga.
Dilaksanakannya program KB dapat meningkatkan kesehatan fisik, mental dan sosial setiap anggota keluarga; dan bagi anak dapat memperoleh kesempatan yang lebih besar dalam hal pendidikan serta kasih sayang orang tuanya.
Ruang lingkup KB secara umum adalah sebagai berikut.
1.      Keluarga berencana.
2.      Kesehatan reproduksi remaja.
3.      Kesehatan dan pemberdayaan keluarga.
4.      Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas.
5.      Keserasian kebijakan kependudukan.
6.      Pengelolaan SDM aparatur.
(Sulistyawati, 2014). 
2.5.4        Kontrasepsi Pasca Persalinan
Keluarga berencana postpartum adalah melakukan tindakan KB ketika wanita baru melahirkan dan gugur kandung di rumah sakit, atau memberi pengarahan agar memilih kontrasepsi yang tepat seperti Metode Aminore Laktasi (MAL) serta kondom dan KB efektif (menggunakan AKDR, menerima KB hormonal dalam bentuk suntik, susuk atau pil). Mereka akan segera terlindung dari kehamilan karena telah menggunakan KB yang tepat dan efektif untuk ibu postpartum.
1.    Jenis kontrasepsi KB pasca persalinan :
a.    Non Hormonal
Beberapa kontrasepsi non hormonal yaitu : Metode Amenore Laktasi (MAL), Kondom dan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR).
1)   Metode Amenore Laktasi (MAL)
Kontrasepsi non hormonal metode aminore laktasi (MAL) menurut Hidayati (2012)
a)    Pengertian
Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif.
b)   Syarat untuk dapat menggunakan : Menyusui secara penuh (full breast feeding), belum menstruasi, usia bayi kurang dari 6 bulan.
c)    Cara kerja : Penundaan/ penekanan ovulasi.
d)   Indikasi
(1)      Ibu yang menyusui secara eksklusif dan bayinya berusia kurang dari 6 bulan.
(2)      Belum mendapat menstruasi setelah melahirkan.
e)    Kontraindikasi
(1)      Sudah mendapat menstruasi stelah persalinan.
(2)      Tidak menyusui secara eksklusif.
(3)      Bayinya sudah berumur lebih dari 6 bulan.
f)    Keuntungan metode amenore laktasi (MAL)
(1)      Efektivitas tinggi (keberhasilan 98% pada enam bulan pascapersalinan).
(2)      Segera efektif.
(3)      Tidak mengganggu senggama.
(4)      Tidak ada efek samping secara sistemik.
(5)      Tidak perlu pengawasan medis.
(6)      Tidak perlu obat atau alat.
(7)      Tidak biaya.
g)   Keterbatasan Metode Amenore Laktasi (MAL)
(1)      Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam 30 menit pasca persalinan.
(2)      Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial.
(3)      Efektifitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai dengan 6 bulan.
(4)      Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B dan HIV/AIDS.
2)   Kondom
Kontrasepsi non hormonal kondom menurut varney (2007)
a)    Pengertian
Kondom merupakan bahan karet (lateks), polyuretan (plastik) atau bahan sejenis yang kuat, tipis dan elastis. 
b)   Cara kerja
(1)      Menutupi penis yang sedang ereksi untuk menangkap semen selama ejakulasi dan mencegah sperma masuk ke dalam vagina.
(2)      Mencegah penularan HIV/AIDS dan IMS.
Keuntungan, efek samping dan kontraindikasi penggunaan alat kontrasepsi non hormonal kondom menurut Sulistyawati (2014).
c)    Keuntungan kondom
(1)      Murah dan dapat dibeli secara umum.
(2)      Mudah di dapat (tidak perlu resep dokter).
(3)      Tidak memerlukan pengawasan.
(4)      Mengurangi kemungkinan penularan penyakit kelamin.
d)   Efek Samping
Pada sejumlah kecil kasus terdapat reaksi alergi terhadap kondom karet.
e)    Kontraindikasi
Alergi terhadap kondom karet.
3)   Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
a)    Cara kerja
AKDR merupakan benda asing dalam rahim sehingga menimbulkan reaksi benda asing dengan timbunan leukosit, makrofag dan limfosit. AKDR menimbulkan perubahan pengeluaran cairan, prostaglandin yang menghalangi kapasitasi spermatozoa. Pemadatan endometrium oleh leukosit, makrofag dan limfosit menyebabkan blastokis mungkin di rusak oleh makrofag dan blastokis tidak mampu melaksanakan nidasi. Ion Cu yang dikeluarkan AKDR dengan Cupper menyebabkan gangguan gerak spermatozoa sehingga mengurangi kemampuan untuk melaksanakan konsepsi (Manuaba, 2010).
Indikasi dan kontraindikasi kontrasepsi non hormonal AKDR menurut Sulistyawati (2014).
b)   Indikasi
(1)      Perempuan usia reproduksi.
(2)      Menginginkan kontrasepsi jangka panjang.
(3)      Ibu yang tidak diperbolehkan menggunakan kontrasepsi hormonal.
(4)      Ibu menyusui yang menginginkan kontrasepsi yang sesuai.
(5)      Ibu dengan hipertensi.
c)    Kontraindikasi
(1)      Hamil atau diduga hamil.
(2)      Mempunyai penyakit radang panggul.
(3)      Panjang uterus kurang dari 6,5 cm.
(4)      Kelainan uterus.
(5)      Kelainan menstruasi.
(6)      Desminorea.
Keuntungan dan keterbatasan  kontrasepsi non hormonal AKDR menurut Varney (2007).
d)   Keuntungan
(1)      Efektivitas tinggi.
(2)      Dapat efektif segera setelah pemasangan.
(3)      Metode jangka panjang.
(4)      Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.
(5)      AKDR plastik tanpa obat kemungkinan memberi perlindungan terhadap kanker endometrium.
(6)      Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.
(7)      Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi).
e)    Keterbatasan
(1)      Nyeri dan terdapat bercak darah setelah pemasangan.
(2)      Desminorea terutama terjadi selama 1-3 bulan pertama setekah pemasangan.
(3)      Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering berganti pasangan
(4)      Diperlukan prosedur medis termasuk pemeriksaan pelvis.
(5)      Klien tidak dapat melepas AKDR sendiri.
(6)      Klien harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu. Untuk melakukan ini perempuan harus memasukkan jarinya ke dalam vagina, sebagian perempuan tidak mau melakukan ini.
b.   Hormonal
Progestin : pil, injeksi dan implan.
1)   Kontrasepsi pil progestin
a)    Cara kerja
(1)      Pembentukan lendir serviks yang mengganggu sperma, yaitu lendir yang kental dan sulit di penetrasi oleh sperma sehingga mengurangi penetrasim pengangkutan dan kemungkinan sperma untuk bertahan hidup kecil.
(2)      Menghambat proses kapasitas pada sperma yang disebabkan perubahan cairan serviks yang pada keadaan normal mengaktifkan proses tersebut, sehingga membuat sperma tidak dapat mempenetrasi ovum.
(3)      Membuat endometrium menjadi atrofi sehingga tidak dapat mendukung implantasi sel ovum.
 (Varney, 2007).
Indikasi, kontra indikasi, keuntungan dan keterbatasan kontrasepsi hormonal pil progrestin.
b)   Indikasi
(1)      Perempuan pada usia reproduksi.
(2)      Telah memiliki anak.
(3)      Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.
(4)      Setelah abortus atau keguguran.
c)    Kontraindikasi
(1)      Kehamilan.
(2)      Kerusakan hati, kerusakan fungsi hati, atau hepatitis akut.
(3)      Tumor maligna atau benigna.
(4)      Perdarahan genetalia abnormal.
(5)      Karsinoma payudara.
(6)      Karsinoma endometrium.
d)   Keuntungan
(1)      Sangat efektif.
(2)      Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.
(3)      Tidak mempengaruhi pengeluaran ASI sehingga dapat digunakan pada masa laktasi.
(4)      Dapat dipakai semua perempuan dalam usia reproduksi.
e)    Keterbatasan
(1)      Gangguan menstruasi.
(2)      Harus minum pil secara teratur.
(3)      Kenaikan berat badan.
(4)      Tidak mencegah IMS.
(5)      Kembalinya kesuburan lebh lambat daripada kontrasepsi kombinasi.
Sulistyawati (2014).
2)   Kontrasepsi suntik progestin
Kontrasepsi suntik progestin adalah cara untuk mencegah terjadinya kehamilan dengan melaui suntikan hormonal yang mengandung progestin, yaitu depo medroksi progesteron Asetat (Depoprovera) yang mengandung 150 mg DMPA yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramuskular (di daerah bokong) (Sulistyawati, 2014). Kontraindikasi yaitu hamil atau diduga hamil, menyusui di bawah 6 minggu pasca persalinan, riwayat penyakit jantung, stroke, atau dengan hipertensi, keganasan payudara dan DM
a)    Cara kerja
(1)      Mencegah ovulasi.
(2)      Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma.
(3)      Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi.
(4)      Menghambat transportasi gamet oleh tuba.
b)   Indikasi
(1)      Perempuan pada usia reproduksi.
(2)      Telah memiliki anak.
(3)      Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.
(4)      Sering lupa menggunakan  pil kontrasepsi.
(5)      Setelah abortus atau keguguran.
c)    Keuntungan
(1)      Sangat efektif.
(2)      Pencegahan kehamilan jangka panjang.
(3)      Tidak berpengaruh pada hubungan seksual.
(4)      Tidak mengandung esterogen, sehingga dapat digunakan pada ibu menyusui.
(5)      Efek samping sedikit.
(6)      Dapat digunakan oleh perempuan usia lebih dari 35 tahun sampai perimenopause.
d)   Keterbatasan
(1)      Sering terjadi gangguan menstruasi.
(2)      Klien sangat bergantung pada sarana pelayanan kesehatan (harus kembali untuk di suntik).
(3)      Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikutnya.
(4)      Kenaikan berat badan.
(5)      Tidak mencegah IMS.
(6)      Kembalinya kesuburan lambat setelah penghentian penggunaan.
3)   Kontrasepsi implan
Kontrasepsi implan menurut Sulistyawati (2014).
a)    Cara kerja
(1)      Lendir serviks menjadi kental.
(2)      Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi.
(3)      Mengurangi transportasi sperma.
(4)      Menekan ovulasi.
b)   Indikasi
(1)      Perempuan pada usia reproduksi.
(2)      Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi.
(3)      Perempuan yang sering lupa menggunakan pil.
c)    Kontraindikasi
(1)      Hamil atau dicurigai hamil.
(2)      Memiliki riwayat perdarahan peervaginam yang belum jelas penyebabnya.
(3)      Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
d)   Keuntungan
(1)      Efektivitas tinggi.
(2)      Pengunaan jangka panjang.
(3)      Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan.
(4)      Tidak memerlukan pemeriksaan dalam.
(5)      Tidak mengandung esterogen sehingga aman digunakan bagi ibu menyusui.
(6)      Tidak mengganggu aktivitas seksual.
(7)      Klien hanya kembali ke klinik bila ada keluhan.
(8)      Dapat di lepas setiap saat sesuai dengan kebutuhan.
e)    Keterbatasan
(1)      Perubahan pola menstruasi berupa bercak (spotting), hipermenorea atau meningkatnya jumlah darah menstruasi.
(2)      Peningkatan/penurunan berat badan.
(3)      Membutuhkan tindakan pembedahan minor untuk pelepasan implan.
(4)      Tidak mencegah IMS.

2.6    Manajemen Kebidanan
2.6.1        Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Trimester III (SOAP)
1.      Pengertian
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan dalam rangkaian tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien (Varney, 2007).
2.      Tujuan
a.         Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.
b.        Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan bayi.
c.         Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum.
d.        Mempersiapkan pesalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu maupun bayinya.
e.         Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI.
f.         Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.
(Varney, 2007).
3.      Konsep Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Trimester III
a.   Pengkajian
Pada langkah ini dikumpulkan informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan khusus dan pemeriksaan penunjang (Sulistyawati, 2009). Proses pengumpulan data mencakup data subyektif dan obyektif sebagai berikut:
1)      Data Subjektif
a)      Biodata
(1)     Nama ibu dan suami
Ditanyakan nama dengan tujuan agar dapat mengenal/ memanggil penderita atau ibu dan tidak keliru dengan penderita-penderita yang lain.
(2)     Usia ibu dan Suami
Hal ini terutama untuk mengetahui keadaan ibu, terutama pada kehamilan pertama kali atau primipara. Apakah ibu itu termasuk primipara biasa atau primipara tua, atau untuk mengetahui apakah ibu mempunyai resiko tinggi atau tidak (umur < 16 tahun atau 35 tahun).
(3)     Agama
Hal ini ditanyakan berhubungan dengan perawatan penderita atau kepercayaan klien dalam beragama. Dalam keadaan yang gawat ketika memberikan pertolongan dan perawatan dapat diketahui dengan siapa harus berhubungan, misalnya pada Islam memanggil kyai, agama kristen memanggil pendeta/pastur.
(4)     Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu dan suami sebagai dasar dalam memberikan KIE.
(5)     Pekerjaan
Yang ditanyakan pekerjaan suami dan ibu sendiri. Menanyakan pekerjaan ini untuk mengetahui bagaimana taraf hidup dan sosial ekonomi penderita itu agar nasehat kita nanti sesuai.
(6)     Suku bangsa
Untuk mengetahui statistik tentang kehamilan. Mungkin juga untuk menentukan prognosa kehamilan dengan melihat keadaan panggul. Misal wanita Asia dan Afrika biasanya mempunyai panggul bundar dan normal bagi persalinan dan biasanya wanita dan berat panggulnya ukuran melintang lebih panjang tetapi ukuran muka belakang lebih kecil.
(7)     Alamat
Untuk mengetahui ibu itu tinggal dimana, menjaga kemungkinan bila ada ibu yang namanya bersamaan. Ditanyakan alamatnya agar dapat dipastikan ibu yang mana yang hendak ditolong.
b)      Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan oleh klien saat ini atau yang menyebabkan klien datang ke RS.
c)      Status perkawinan
Ditanyakan kepada ibu itu berapa lama dan berapa kali kawin. Ini untuk membantu menentukan bagaimana keadaan alat kelamin dalam ibu tersebut.
d)     Riwayat Menstruasi
Ditanyakan tentang keadaan menstruasi yang lalu kapankah menarche terjadi pada ibu, waktu umur berapa. Untuk mengetahui keadaan kelamin dalam, normal atau tidak. Ditanyakan apakah saat datang menstruasi terasa amat sakit, berapa lama menstruasi, bagaimana keluarnya, kapan menstruasi yang akhir. Keterangan ini digunakan untuk membantu diagnosa lamanya kehamilan dan untuk menduga kapankah kira-kira anak akan dilahirkan.
e)      Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
(1)    Kehamilan
           Untuk mengetahui apakah ibu sebelumnya pernah hamil berapa, saat hamil ada resiko atau penyakit kehamilan atau tidak.
(2)    Persalinan
           Meliputi jenis persalinan ditolong siapa dimana dan bagaimana keadan bayi persalinan (BB/PB) waktu persalinan ada penyakit atau tidak.
(3)    Nifas        
           Meliputi ada tidaknya penyakit/ gangguan selama masa nifas dan laktasi.
Bagaimana penyakit waktu kehamilan, persalian dan nifas yang kita dapat diantisipasi dengan segera oleh petugas kesehatan sehingga komplikasi tidak terjadi.
f)       Riwayat kehamilan sekarang
Untuk mengetahui apakah ibu pernah memeriksakan kehamilannya, dimana, sudah berapa kali, keluhan saat hamil muda dan tua, mendapatkan suntik TT berapa kali, penyuluhan apa saja yang pernah didapat.
g)      Riwayat kesehatan yang lalu
Untuk mengetahui apakah ibu pernah menderita penyakit salah satu faktor predisposisi misal : myoma uteri.
h)      Riwayat kesehatan keluarga
Untuk mengetahui apakah dikeluarga mempunyai penyakit menurun dan menahun maupun menular.
i)        Pola kebiasaan sehari-hari
Untuk mengetahui kebiasaan ibu yang dilakukan ibu selama hamil dan saat hamil
(1)   Pola nutrisi
Hal-hal yang ditanyakan bagaimana nafsu makannya, berapa kali makannya dalam sehari, jumlah minumnya, ditanyakan pola-pola makan selama hamil karena makanan dan minuman merupakan salah satu faktor penting didalam pertumbuhan dan perkembangan janin serta mempertahankan kondisi klien.
(2)   Pola eliminasi
Apakah ibu selama hamil dan sebelum hamil BAB/BAK ada keluhan atau tidak lancar atau tidak, berapa kali frekuensi dalam 1 hari.
(3)   Pola aktifitas
Data yang perlu ditanyakan adalah bagaimana kegiatan sebelum hamil dan saat hamil.
(4)   Pola personal hygiene
Yang ditanyakan adalah bagaimana menjaga kebersihan tubuhnya seperti : berapakali mandi dalam sehari, ganti baju dalam sehari, gosok gigi dalam sehari, keramas dalam seminggu.
(5)   Pola istirahat
Ditanyakan berapa jam tidur siang dan malam sebelum hamil dan saat hamil.
j)        Riwayat psikososial
Yang ditanyakan adalah bagaimana keadaan psikis saat ini, bagaimana hubungan klien dengan keluarga dan tetangga, bagaimana tentang kehamilannya saat ini.
2)      Data Objektif
Data yang diperoleh melalui hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi yang dilakukan secara berurutan (Sulistyawati, 2009).
a)      Pemeriksaan umum menurut Sulistyawati (2009).
(1)     Kesadaran
Untuk mengetahui gambaran kesadaran pasien dilakukan dengan pengkajian tingkat kesadaran mulai dari keadaan Composmentis (keadaan maximal) sampai dengan koma (pasien tidak dalam keadaan sadar).
(2)     Tekanan darah
Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi atau hipotensi. Batas normal 110/60-140/90 mmHg.
(3)     Suhu
Untuk mengetahui suhu badan apakah ada peningkatan atau tidak. Batas normal 35,5 - 37,5oC.
(4)     Nadi
Untuk mengetahui nadi pasien yang di hitung dalam menit. Batas normal 60-100 kali permenit.
(5)     Respirasi
Untuk mengetahui frekuensi pernapasan pasien yang dihitung dalam menit.
(6)     Tinggi badan
Untuk mengetahui tinggi badan ibu dan mengetahui resiko tinggi pada ibu dan normal tinggi badan ibu hamil adalah > 145 centimeter.
(7)     Berat badan
Untuk mengetahui berat badan ibu, kenaikan berat badan normal selama hamil sekitar 6,5 sampai 15 kilogram.
(8)     LILA
Untuk mengetahui lingkar lengan atas pasien, jika kurang dari 23,5 centimeter maka ibu hamil kekurangan energi kalori.
b)      Pemeriksaan fisik menurut Sulistyawati (2009).
(1)     Kepala      : untuk mengetahui rambut, bersih atau kotor dan berketombe atau tidak, ada benjolan abnormal atau tidak, ada nyeri atau tidak.
(2)     Muka        : untuk mengetahui terdapat oedema atau tidak, terdapat chloasma gravidarum atau tidak, muka pucat atau tidak.
(3)     Mata         : untuk mengetahui warna konjungtiva pucat atau tidak, sklera putih atau tidak.
(4)     Mulut, gigi dan gusi : untuk mengetahui ada stomatitis atau tidak, ada karies atau tidak dan gusi berdarah atau tidak.
(5)     Leher        : untuk mengetahui pembengkakan saluran limfe atau pembengkakan saluran kelenjar thyroid ada atau tidak.
(6)     Dada        : untuk mengetahui adanya pembesaran abnormal atau tidak, simetris atau tidak, areola hiperpigmentasi atau tidak, puting susu menonjol atau tidak, ada benjolan atau tidak, kolostrum sudah keluar atau belum.
(7)     Abdomen
(a)      Inspeksi adalah proses pengamatan dilakukan untuk menilai pembesaran perut sesuai atau tidak dengan tuanya kehamilan, bentuk perut memanjang atau melintang, adakah linea alba atau nigra, adakah strie albican atau
livide, adakah kelainan pada perut, serta untuk menilai pergerakan anak
, ada bekas operasi atau tidak.
(b)      Palpasi, yaitu : pemeriksaan dengan indra peraba (tangan) dilakukan untuk menentukan besarnya rahim dengan menentukan usia kehamilan serta menentukan letak anak dalam rahim. Pemeriksaan palpasi dengan metode leopold, meliputi :
                                                                                                                  i.     Leopold I   :   Untuk mengetahui TFU dan                           bagian yang terdapat di                                     fundus.
                                                                                                                ii.     Leopold II : Untuk mengetahui bagian                       punggung janin (kanan/kiri).
                                                                                                              iii.     Leopold III    : Untuk mengetahui bagian                   terbawah janin (bokong/                     kepala).
                                                                                                              iv.     Leopold IV    : Untuk mengetahui bagian                    terbawah sudah masuk PAP/                         belum.
TFU (Mc. Donald) : Untuk mengetahui TFU dengan cara menggunakan metlin mengukur dari fundus uteri sampai atas simfisis.
TBJ : Untuk mengetahui kisaran berat janin.
                                                                                                                  i.     TFU – 12 x 155 (belum masuk panggul/ convergen).
                                                                                                                ii.     TFU – 11 x 155 (sudah masuk panggul/ divergen).
(c)      Auskultasi : pemeriksaan dengan mendengar bunyi menggunakan dopler untuk mendengarkan bunyi detak jantung janin, punctum maximum, frekuensi, normal atau tidak.
(8)     Genetalia
Untuk mengetahui keadaan genetalia meliputi luka atau tidak, varises atau tidak, pengeluaran pervaginam meliputi perdarahan dan keputihan, ada pembesaran kelenjar bartoloni atau tidak.
(9)     Anus
Untuk mengetahui adanya hemoroid atau tidak.
(10) Ekstremitas
Untuk mengetahui adanya varises odema atau tidak, mengetahui reflek patela kanan kiri.
c)      Pemeriksaan panggul luar
Untuk mengetahui kesan panggul normal atau tidak, berapa ukuran distansia spinarum, distansia kristarum, konjugata eksterna (boudeloque) dan lingkar panggul.
d)     Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratoritun pada ibu hamil trimester III perlu dilakukan untuk mengetahui gejala-gejala penyakit secara dini, misalnya:
(1)     Pemeriksaan urine lengkap
(a)      Urine albumin
Mengetahui kemungkinan adanya kelainan pada air kemih (adanya albumin dalam urine), misalnya : gejala pre-eklampsia, penyakit ginjal, radang kandung kencing.
Untuk mengetahui adanya protein dalam urine.
Negatif    : Tetap jernih.
 +             : Tampak keruh.
 +  +         : Kekeruhan nyata dengan butir-butir halus.
 +  +   +    : Tampak gumpalan-gumpalan nyata
+  +  +  +  : Gumpalan-gumpalan besar atau membeku.
(b)      Urine reduksi
Untuk mengetahui kadar glukosa dalam urine, sehingga dapat mendeteksi adanya penyakit DM pada ibu hamil yang merupakan faktor resiko dalam kehamilan maupun persalinan.
Untuk mengetahui adanya glukosa dalam urine.
     Negatif    : Tetap biru atau hijau jernih.
     +              :          Hijau kekuning-kuningan dan agak keruh.
     +  +          : Kuning keruh.
    +  +  +       : Jinggah keruh.
    +  +  +  +  : Merah keruh / merah bata.
(2)     Pemeriksaan Hb
Pemeriksaan Hb yang dilakukan pada ibu hamil untuk mendeteksi faktor resiko kehamilan. Bila kadar Hb ibu < 11 gr% pada trimester 1 dan 3  berarti ibu dalam keadaan anemia atau kadar <10,5 gr% pada trimester 2. Nilai batas tersebut dan perbedaannya dengan kondisi wanita tidak hamil terjadi karena hemodilusi, terutama pada trimester 2 (Prawirohardjo, 2009).
b.  Analisa Data
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa dari data subyektif dan data obyektif kemudian masalah dan kebutuhan saat itu.
1)        Diagnosa :       Ny G... P… A… UK  minggu, aterm, tunggal, hidup, letak kepala, intra uteri, jalan lahir normal.
2)        Masalah  :        muncul dari psiko, sosio, spiritual, culture dan lain-lain
3)        Kebutuhan     
a)      Istirahat yang cukup
b)      Tanda-tanda bahaya kehamilan TM III
c)      Gizi Ibu hamil
c.   Penatalaksanaan
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajeman terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi.  Langkah ini juga melaksanakan Rencana asuhan menyeluruh yang telah diuraikan secara efisien dan aman. Bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan lainnya.
Kemudian evaluasi merupakan tahap akhir dari proses manajemen kebidanan  untuk menilai kriteria hasil yang dicapai apakah sesuai dengan tujuan atau tidak. Sejauh mana tujuan dicapai sesuai dengan kriteria keberhasilan. Dalam evalusi dihasilkan catatan perkembangan sesuai dengan kriteria waktu yang sudah ditentukan (Sulistyawati, 2009).

2.6.2        Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Persalinan
1.    Pengertian
Manajemen kebidanan adalah merupakan suatu metode atau bentuk pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam memberi asuhan kebidanan. Langkah-langkah dalam menejemen kebidanan mengambarkan alur pola berfikir dan bertindak bidan dalam pengambilan keputusan (Sulistyawati, 2009).
2.    Tujuan
a.    Memberikan asuhan kebidanan yang adekuat, komprehensif, dan terstandar pada ibu bersalin dengan memperhatikan kebutuhan ibu dan respon ibu.
b.   Mengantisipasi resiko-resiko yang terjadi selama persalinan.
3.    Konsep Asuhan Kebidanan pada Persalinan
a.    Pengkajian
Pada langkah ini dikumpulkan informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan khusus dan pemeriksaan penunjang (Sulistyawati, 2009).
1)   Data Subyektif
Data subyektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai pendapat dari suatu data kejadian, informasi tersebut dapat ditentukan dengan informasi atau komunikasi. Menurut Sulistyawati  & Esti (2014) data subyektif meliputi :
a)    Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan alasan bagi pasien untuk datang ke tempat bidan/klinik, yang diungkapkan dengan kata-katanya sendiri.
b)   Pola Fungsional Kesehatan
(1)      Nutrisi
Dikaji untuk mengetahui pola makan ibu selama inpartu, jenis makanan, porsi, buah, serta  frekuensi minum ibu dan jenis minuman yang diminum selama inpartu.
(2)      Eliminasi
Dikaji untuk berapa kali ibu BAB dan BAK selama inpartu.
(3)      Istirahat
Dikaji untuk mengetahui istirahat ibu selama inpartu.
(4)      Aktivitas
Dikaji aktivitas yang dilakukan ibu selama inpartu.
2)   Data Obyektif
Data ini dikumpulkan guna melengkapi data untuk menegakkan diagnosa (Sulistyawati & Esti, 2014).
a)    Pemeriksaan umum
(1)      Kesadaran
Untuk mengetahui gambaran kesadaran pasien dilakukan dengan pengkajian tingkat kesadaran mulai dari keadaan Composmentis (keadaan maximal) sampai dengan koma (pasien tidak dalam keadaan sadar) (Sulistyawati & Esti, 2014).
(2)      Tekanan darah
Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi atau hipotensi. Batas normal 110/60-140/90 mmHg.
(3)      Suhu
Untuk mengetahui suhu badan apakah ada peningkatan atau tidak. Batas normal 35,5 - 37,5oC.
(4)      Nadi
Untuk mengetahui nadi pasien yang di hitung dalam menit. Batas normal 60-100 kali permenit.
(5)      Respirasi
Untuk mengetahui frekuensi pernapasan pasien yang dihitung dalam menit.
(6)      Berat badan
Untuk mengetahui berat badan ibu, kenaikan berat badan normal selama hamil sekitar 6,5 sampai 15 kilogram.
b)   Pemeriksaan fisik menurut Sulistyawati (2009)
(1)      Dada :   adakah pembesaran abnormal atau tidak, simetris atau tidak, areola hiperpigmentasi atau tidak, puting susu menonjol atau tidak, ada benjolan atau tidak, kolostrum sudah keluar atau belum.
(2)      Abdomen
(a)      Inspeksi adalah proses pengamatan dilakukan untuk menilai pembesaran perut sesuai atau tidak dengan tuanya kehamilan, bentuk perut memanjang atau melintang, ada bekas operasi atau tidak.
(b)     Palpasi, yaitu : pemeriksaan dengan indra peraba (tangan) dilakukan untuk menentukan besarnya rahim dengan menentukan usia kehamilan serta menentukan letak anak dalam rahim. Pemeriksaan palpasi dengan metode leopold, meliputi :
Leopold I         :Untuk mengetahui TFU dan bagian yang terdapat di fundus.
Leopold II       :Untuk mengetahui bagian punggung janin (kanan/kiri).
Leopold III      :Untuk mengetahui bagian terbawah janin (bokong/kepala).
Leopold IV      :Untuk mengetahui bagian terbawah sudah masuk PAP/belum.
TFU (Mc. Donald) : Untuk mengetahui TFU dengan cara menggunakan metlin mengukur dari fundus uteri sampai atas simfisis.
TBJ : Untuk mengetahui kisaran berat janin.
                                                                                                         i.     TFU – 12 x 155 (belum masuk panggul/ convergen).
                                                                                                       ii.     TFU – 11 x 155 (sudah masuk panggul/ divergen).
(c)      Auskultasi : pemeriksaan dengan mendengar bunyi menggunakan dopler untuk mendengarkan bunyi detak jantung janin, punctum maximum, frekuensi, normal atau tidak.
HIS   :  meliputi durasi, frukuensi dan intensitas untuk mengetahui kemajuan persalinan.
(3)      Genetalia
Dikaji pemeriksaan dalam meluputi : serviks, pembukaan, effacemet, ketuban, presentasi, penurunan, posisi, moulage, pengeluaran pervaginam di vagina dan sarung tangan.
(4)      Anus
Adanya hemoroid atau tidak, adanya varises atau tidak.
(5)      Ekstermitas
Untuk mengetahui adanya varises odema atau tidak, mengetahui reflek patela kanan kiri.
b.   Analisis Data
Analisis data (data dari hasil pengkajian) mencakup diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan. Data dasar yang sudah di kumpulkan di interprestasikan sehingga dapat dirumuskan diagnosa masalah yang spesifik.
1)   Diagnosa kebidanan.
Diagnosa yang ditegakkan dalam ruang lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan.
Diagnosa yang ditegakkan adalah Ny... G... P... A... usia kehamilan...minggu, tunggal/kembar, hidup/mati, kala.... fase......
2)   Masalah : Hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian yang menyertai diagnosa.
3)   Kebutuhan : Hal-hal yang dibutuhkan oleh pasien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan melakukan analisis data.
(Sulistyawati, 2009).
c.    Penatalaksanaan
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajeman terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi.
Langkah ini juga melaksanakan Rencana asuhan menyeluruh yang telah diuraikan secara efisien dan aman. Bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan lainnya.
Kemudian evaluasi merupakan tahap akhir dari proses manajemen kebidanan  untuk menilai kriteria hasil yang dicapai apakah sesuai dengan tujuan atau tidak. Sejauh mana tujuan dicapai sesuai dengan kriteria keberhasilan. Dalam evalusi dihasilkan catatan perkembangan sesuai dengan kriteria waktu yang sudah ditentukan. (Sulistyawati, 2009).

2.6.3        Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Nifas
1.    Pengertian
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan dalam rangkaian tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien. (Varney, 2007).
2.    Tujuan
a.    Memberikan asuhan kebidanan yang adekuat, komprehensif, dan terstandar pada ibu nifas dengan memperhatikan kebutuhan ibu dan respon ibu.
b.   Mengantisipasi resiko-resiko yang terjadi selama nifas.
3.    Konsep Asuahn Kebidanan pada Nifas
a.    Pengkajian
Pada langkah ini dikumpulkan informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan khusus dan pemeriksaan penunjang (Sulistyawati, 2009).
Proses pengumpulan data mencakup data subyektif dan obyektif menurut Sulistyawati (2009) sebagai berikut:
1)   Data Subyektif
Data subyektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi data kejadian, informasi tersebut dapat ditentukan dengan informasi atau komunikasi.
a)    Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan alasan bagi pasien untuk datang ke tempat bidan/klinik, yang diungkapkan dengan kata-katanya sendiri.
b)   Riwayat Persalinan Sekarang
Dikaji kapan ibu melahirkan, cara melahirkan, penolong, tempat, jenis kelamin bayi yang dilahirkan, BB/PB bayi, LIKA, LILA, anus, keadaan menyusu bayi, tanda-tanda infeksi, penyulit pada ibu dan bayi, terapi yang didapat ibu.
c)    Pola Fungsional Kesehatan menurut Sulistyawati (2009) :
(1)      Nutrisi
Dikaji untuk mengetahui asupan nutrisis ibu pada masa nifas meliputi : pola makan ibu. Frekuensi, lauk dan buah. Frekuensi minum dan jenis minuman.
(2)      Eliminasi
Dikaji untuk berapa kali ibu BAB dan BAK adakah kaitannya dengan obstipasi atau tidak.
(3)      Istirahat
Yang perlu dikaji untuk mengetahui pola istirahat dan tidur adalah berapa jam klien tidur dalam sehari dan apakah ada gangguan. Waktu tidur dalam satu hari ideal 8 jam.
(4)      Aktivitas
Perlu dikaji untuk mengetahui apakah ibu melakukan aktifitas fisik secara berlebihan.
(5)      Personal hygiene
Dikaji untuk mengetahui ibu mandi atau disibin, ganti baju, jarik dan celana dalam.
2)   Data Obyektif
Data yang diperoleh melalui hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi yang dilakukan secara berurutan (Sulistyawati, 2009).
a)    Pemeriksaan umum menurut Sulistyawati (2009) :
(1)      Kesadaran
Untuk mengetahui gambaran kesadaran pasien dilakukan dengan pengkajian tingkat kesadaran mulai dari keadaan Composmentis (keadaan maximal) sampai dengan koma (pasien tidak dalam keadaan sadar).
(2)      Tekanan darah
Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi atau hipotensi. Batas normal 110/60-140/90 mmHg.
(3)      Suhu
Untuk mengetahui suhu badan apakah ada peningkatan atau tidak. Batas normal 35,5 - 37,50C.
(4)      Nadi
Untuk mengetahui nadi pasien yang di hitung dalam menit. Batas normal 60-100 kali permenit.
(5)      Respirasi
Untuk mengetahui frekuensi pernapasan pasien yang dihitung dalam menit.
(6)      Berat badan
Untuk mengetahui berat badan ibu setelah persalinan.
b)   Pemeriksaan fisik menurut Sulistyawati (2009)
(1)      Muka     : terdapat oedema atau tidak, muka pucat atau tidak.
(2)      Mata      : untuk mengetahui warna konjungtiva pucat atau tidak, sklera putih atau tidak.
(3)      Dada     :  adakah pembesaran atau tidak, simetris, areola hiperpigmentasi atau tidak, puting susu menonjol atau tidak, ada benjolan atau tidak, kolostrum sudah keluar atau belum.
(4)      Abdomen: dikaji ada bekas luka operasi atau tidak, TFU, kontraksi, kandung kemih.
(5)      Genetalia
Dikaji terdapat pengeluaran pervaginam atau tidak, lochea, keadaan laserasi jalan lahir, tanda-tanda infeksi.
(6)      Ekstermitas
Untuk mengetahui adanya varises odema atau tidak, mengetahui reflek patela kanan kiri.
b.   Analisis Data
Analisis data (data dari hasil pengkajian) mencakup diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan. Data dasar yang sudah di kumpulkan di interprestasikan sehingga dapat dirumuskan diagnosa masalah yang spesifik.
1)   Diagnosa kebidanan.
Diagnosa yang ditegakkan dalam ruang lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan.
Diagnosa yang ditegakkan adalah Ny... P... A... .... jam Masa Nifas,
2)   Masalah : Hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian yang menyertai diagnosa.
3)   Kebutuhan : Hal-hal yang dibutuhkan oleh pasien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan melakukan analisis data.
(Sulistyawati, 2009).
c.    Penatalaksanaan
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajeman terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi.
Langkah ini juga melaksanakan Rencana asuhan menyeluruh yang telah diuraikan secara efisien dan aman. Bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan lainnya.
Kemudian evaluasi merupakan tahap akhir dari proses manajemen kebidanan  untuk menilai kriteria hasil yang dicapai apakah sesuai dengan tujuan atau tidak. Sejauh mana tujuan dicapai sesuai dengan kriteria keberhasilan. Dalam evalusi dihasilkan catatan perkembangan sesuai dengan kriteria waktu yang sudah ditentukan (Sulistyawati, 2009).

2.6.4        Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir
1.    Pengertian
                        Asuhan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisir pikiran serta tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan dalam rangkaian tahapan untuk mengambil keputusan yang berfokus pada klien. Asuhan pada bayi baru lahir normal adalah asuhan yang diberikan pada bayi jam pertama setelah kelahiran dilanjutkan sampai 24 jam (Sulistyawati, 2009).
2.    Tujuan
                        Memberikan asuhan segera atau rutin pada bayi baru lahir termasuk melakukan pengkajian, membuat diagnosa, mengidentifikasi masalah dan kebutuhan bayi, mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial, tindakan segera serta merencanakan asuhan.Melakukan pengkajian dan mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi hasil tindakan.
a.       Pengkajian
            Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap.
1)   Data Suyektif
a)    Biodata
(a)      Nama bayi
Untuk menghindari kekeliruan.
(b)     Tanggal lahir
Untuk mengetahui usia bayi.
(c)      Jenis kelamin   
Untuk mengetahui jenis kelamin bayi.
(d)     Umur
Untuk mengetahui usia bayi.
(e)      Alamat
Untuk memudahkan kunjungan rumah.
(f)      Nama ibu
Untuk memudahkan memanggil dan untuk menghindari kekeliruan.
(g)     Umur
Untuk mengetahui apakah ibu termasuk beresiko tinggi atau tidak.
(h)     Pekerjaan
Untuk mengetahui tingkat sosial ekonomi.
(i)       Pendidikan
Untuk memudahkan pemberian KIE.
(j)       Agama
Untuk mengetahui kepercayaan yang dianut ibu.
(k)     Alamat
Untuk memudahkan komunikasi dan kunjungan rumah.
(l)       Nama ayah
Untuk menhindari terjadinya kekeliruan.
(m)   Umur
Untuk mengetahui usia ayah.
(n)     Pekerjaan
Untuk mengetahui tingkat sosial ekonomi.
(o)     Pendidikan
Untuk memudahkan pemberian KIE.
(p)     Alamat
Untuk memudahkan komunikasi dan kunjungan rumah.
b)    Keluhan utama
Untuk mengetahui apakah yang di keluhkan ibu terhadap bayinya.
c)    Riwayat kehamilan dan persalinan
(1)  Antenatal
Untuk mengetahui anak keberapa, riwayat kehamilan yang mempengaruhi BBL adalah kehamilan yangg tidak disertai komplikasi seperti diabetes melitus (DM), hepatitis, jantung, asma, hipertensi (HT), TBC, frekuensi  antenatal care (ANC), dimana keluhan-keluhan selama hamil.
(2)  Natal
Untuk mengetahui berapa usia kehamilan, jam berapa waktu persalinan, jenis persalinan, lama kala I, lama kala II, BB bayi, PB bayi, denyut nadi, respirasi, suhu, bagaimana ketuban, ditolong oleh siapa, komplikasi persalinan dan berapa nilai APGAR untuk BBL.
(3)  Post Natal
(a)      Observasi TTV.
(b)     Keadaan talipusat.
(c)      Untuk mengetahui apakah telah diberi injeksi      vitamin K.
(d)     Minum ASI/PASI, berapa cc setiap per jam.
(4)  Kebutuhan dasar
(a)      Pola nutrisi
Untuk mengetahui apakah setelah bayi lahir, di susukan pada ibunya, apakah ASI keluar, kebutuhan minum hari pertama 60 cc/kgBB, selanjutnya ditambah 30 cc/kgBB untuk hari berikutnya.
(b)     Pola eleminasi
Untuk mengetahui proses pengeluaran defekasi dan urin terjadi 24 jam pertama setelah lahir,  bagaimana konsistensinya. Selain itu diperiksa juga urin yang normalnya berwarna kuning
(c)      Pola istirahat
Untuk mengetahui Pola tidur bayi,normal bayi baru lahir adalah 14-18 jam/hari.
(d)     Pola aktivitas
Untuk mengetahui pada bayi seperti menangis, BAK, BAB, serta memutar kepala untuk mencari putting susu.
(e)      Riwayat psikososial
Untuk mengetahui kesiapan keluarga menerima anggota baru dan kesanggupan ibu menerima dan merawat anggota baru.
2)   Data Objektif
a)      Pemeriksaan umum
(1)   Keadaan umum : bagaimana tingkat kesadaran, jenis kelamin, Apgar skor, sianosis / adakah ikterus, hipertermi atau tidak.
(2)   Kesadaran : Untuk mengetahui tingkat kesadaran.
(3)   TTV : Untuk mengetahui fungsi kerja organ vital.
(a)    Suhu : Untuk mengetahui temperatur bayi (36,5-37oC).
(b)   Nadi : Untuk mengetahui frekuensi detak jantung per menit (Normal : 120 x/m – 150 x/m).
(c)    RR : Untuk mengetahui frekuensi pernafasan / menit (Normal : 30-60 x/menit)
(4)   Denyut jantung
           Untuk mengetahui denyut jantung bayi, normalnya  (130-160 kali/menit).
(5)   Berat badan
           Untuk mengetahui bayi apakah BBLR atau tidak,  normalnya (2500-4000 gram).

(6)   Panjang badan
           Untuk megetahui panjang badan bayi normalnya antara 48-52 cm.
b)      Pemerikssaan fisik
(a)    Kepala
untuk mengetahui molage, caput suksedanium, cephal hematoma.
(b)   Wajah
Untuk mengetahui terdapat odema/tidak, kuning/tidak.
(c)    Kulit
Mengetahui warna kulit, turgor kulit baik/tidak, terdapat lanugo/tidak.
(d)   Mata
Mengetahui mata simetris atau tidak, konjungtiva merah muda/tidak, sklera putih/tidak.
(e)    Hidung
Mengetahui ada/tidak pernafasan cuping hidung.
(f)    Telinga
Mengetahui simetris atau tidak, keadaan daun telinga.
(g)   Dada
Mengetahui simetris atau tidak, payudara mengeluarkan cairan atau tidak, tarikan dinding dada atau tidak, ronchi dan wheezing atau tidak.
(h)   Abdomen
Mengetahui pembesaran hepar atau tidak, meteorismus atau tidak, bising usus atau tidak dan keadaan tali pusat.
(i)     Punggunng
Untuk mengetahui apakah terdapat atau tidak, terdapat kelainan konginetal atau tidak.
(j)     Genetalia
Mengetahui genetalia bersih/kotor, ruam/tidak. Bayi perempuan : labia mayora sudah/belum menutupi labia minora, ada/tidak lubang uretra. Bayi laki-laki : testis sudah turun/belum, ada/tidak lubang uretra.
(k)   Anus
Mengetahui apakah bersih/kotor, ada/tidak lubang anus.
(l)     Ekstermitas
Mengetahui keadaan akral, ada/tidak fraktur.
c)      Pemeriksaan tumbuh kembang
(1)   Pemeriksaan tumbuh
(a)    BBL : normal / tidak (normal : 2500-4000 gr).
(b)   PB     : normal/tidak (normal : 48-54 cm).
(c)    LD    : normal/tidak (normal : 32-36 cm).
(d)   LK    : normal/tidak (normal : 32-35 cm).
(e)    MO   :N   :35 cm (Lingkar besar kepala)
FO    :N :34 cm (Lingkar sedang kepala)
SOB :N   :32 cm (Lingkar kecil kepala)
(2)   Pemeriksaan kembang
(a)    Reflek morro (terkejut)
           Apabila bayi diberi sentuhan mendadak terutama dengan jari dan tangan, maka akan menimbulkan gerak terkejut.
(b)   Reflek menggenggam
              Apabila telapak tangan bayi disentuh dengan jari pemeriksa, maka bayi akan berusaha menggenggam jari pemeriksa.
(c)    Rooting Reflek (mencari putting)
              Apabila pipi bayi disentuh oleh jari pemeriksa, maka bayi akan menoleh dan mencari sentuhan itu.
(d)   Sucking reflek (reflek menghisap)
              Apabila bayi diberi dot/putting, maka bayi berusaha untuk menghisap.
(e)    Glabella reflek
              Apabila bayi disentuh pada daerah os glabella dengan jari tangan pemeriksa, maka bayi akan mengerutkan keningnya dan mengedipkan matanya.
(f)    Gland reflek
              Apabila bayi disentuh pada lipatan paha kanan dan kiri, maka bayi akan berusaha mengangkat kedua pahanya.
(g)    Thonick neck reflek
              Apabila bayi diangkat dari tempat tidur (digendong), maka bayi akan berusaha mengangkat kepalanya.
b.      Analisis Data
Analisis data (data dari hasil pengkajian) mencakup diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan. Data dasar yang sudah di kumpulkan di interprestasikan sehingga dapat dirumuskan diagnosa masalah yang spesifik (Varney, 2007).
1)   Diagnosa kebidanan.
Diagnosa yang ditegakkan dalam ruang lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan.
2)   Masalah
Hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian yang menyertai diagnosa (Varney, 2007).

3)   Kebutuhan
Hal-hal yang dibutuhkan oleh pasien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan melakukan analisis data (Varney, 2007).
c.       Penatalaksanaan
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajeman terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi.
Langkah ini juga melaksanakan rencana asuhan menyeluruh yang telah diuraikan secara efisien dan aman. Bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan lainnya.
Kemudian evaluasi merupakan tahap akhir dari proses manajemen kebidanan  untuk menilai kriteria hasil yang dicapai apakah sesuai dengan tujuan atau tidak. Sejauh mana tujuan dicapai sesuai dengan kriteria keberhasilan. Dalam evalusi dihasilkan catatan perkembangan sesuai dengan kriteria waktu yang sudah ditentukan (Sulistyawati, 2009).

2.6.5        Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Kontrasepsi
1.      Pengertian
Manajemen asuhan kebidanan adalah  proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasik-an pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien (Varney, 2007).
2.      Tujuan
Mampu menerapkan asuhan kebidanan yang komperehensif pada ibu calon akseptor sesuai dengan standart asuhan kebidanan, dengan pendekatan menejemen kebidanan.
3.      Konsep Asuhan Kebidanaan pada Kontrasepsi
a.    Pengkajian
            Pengkajian  merupakan  langkah  awal  proses  asuhan kebidanan.
1)   Data subyektif
Data menurut perspektif klien, Data ini diperoleh melalui anamnesa.
a)         Keluhan utama
Ditanyakan untuk mengetahui perihal yang mendorong klien datang kepada Bidan.
b)        Riwayat Kesehatan
(a)      Riwayat Kesehatan yang lalu
        Data ini di perlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyaklit akut, kronis.Seperti : jantung, asma, DM, hipertensi yang dapat mempengaruhi pada penggunaan alat kontrasepsi.
(b)      Riwayat kesehatan sekarang
        Data-data ini di perlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang di derita pada saat ini yang ada hubunganya dengan kontrasepsi.
(c)       Riwayat kesehatan keluarga
        Data ini di perlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien, yaitu apabila ada penyakit keluarga yang menyertainya.
c)         Riwayat perkawinan
         Yang perlu di kaji adalah berapa kali menikah, satatus menikah syah atau tidak, karena bila melahirkan tanpa status yang jelas akan berkaitan dengan psikologisnya.
d)        Riwayat obstetrik
(1)     Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu.
Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak, cara persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan nifas yang lalu.
(2)      Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa.
(3)      Kehidupan sosial Budaya
Budaya atau adat kebiasaan di lingkungan ibu atau keluarga yang dapat mempengaruhi kesehatan keluarga, seperti pantangan makan, atau tingkah laku yang dianggap tabu.
e)         Keadaan psikososial
Untuk mengetahui bagaimana tanggapan Ibu atau keluarga terhadap kontraepsi, dan bagaimana hubungan Ibu dengan anggota keluarga atau tetangga.
f)         Data pengetahuan
Untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan ibu tentang kontrasepsi.
g)        Pola kebiasaan sehari-hari
(1)     Nutrisi
        Perlu ditanyakan bagaimana pola makan, komposisi makanan, dari informasi tersebut dapat diketahui kebutuhan nutrisi terpenuhi atau  tidak.
(2)     Istirahat
        Ditanyakan tidur siang dan malam berapa jam apakah selama sakit ada gangguan atau tidak.

(3)     Eliminasi
        Untuk mengetahui apakah BAB atau BAK ada gangguan atau tidak dan tanyakan berapa kali sehari, bagaimana konsistensinya, warnanya.
(4)     Aktivitas
        Ditanyakan bagaimana aktivitas Ibu sebelum dan selama ini, adakah gangguan atau tidak
(5)     Personal hygiene
        Tanyakan berapa kali mandi, gosok gigi, cuci rambut seminggu berapa kali, bagaimana Ibu menjaga kebersihan  kewanitaan, bila memakai pembalut ganti berapa kali. Hal ini perlu dikaji untuk mencegah infeksi.
2)   Data Obyektif
a)    Pemeriksaan fisik umum
(1)     Kadaan umum
           Untuk mengetahui bagaimana keadaan ibu Baik, cukup, atau lemah.
(2)     Kesadaran
           Untuk mengetahui bagaimana kesadaran ibu Compos mentis, somnolent, apatis, koma.
(3)     Tanda-tanda Vital
(a)    Tekanan darah
Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi atau hipotensi,  Batas normal 110/60-140/90 mmHg.
(b)   Suhu
Untuk mengetahui suhu badan apakah ada peningkatan atau tidak. Batas normal 35,5 - 37,5oC.
(c)    Nadi
Untuk mengetahui nadi pasien yang di hitung dalam menit. Batas normal 60-100 kali permenit.
(d)   Respirasi
Untuk mengetahui frekuensi pernapasan pasien yang dihitung dalam menit.
(Sulistyawati, 2009).
b)   Pemeriksaan fisik khusus
(1)     Inspeksi
(a)      Kepala
Untuk mengetahui apakah ada benjolan atau  kelainan, kebersihan  rambut dan kulit kepala, rambut rontok atau tidak.
(b)      Muka     
Untuk mengetahui apakah ibu terlihat lelah, pucat, ceria, segar.
(c)      Mata      
Untuk mengeetahui warna  konjungtiva  bagaimana,  sklera  ikterus  atau tidak,  kedua  mata  simetris  atau  tidak.
(d)     Hidung
Untuk mengetahui simetris atau tidak, adakah polip, adakah pernafasan cuping hidung atau tidak.
(e)      Leher
Untuk mengetahui adakah pembesaran kelenjar limfe, adakah  pembesaran kelenjar thyroid,  apakah  ada  bendungan venajugularis, adakah bekas luka.
(f)       Dada
 Untuk mengetahui apakah kedua payudara simetris, ada pembengkakan atau tidak, puting menonjol/tidak, lecet/tidak.
(g)      Perut
Untuk mengetahui adakah bekas operasi.
(h)      Genetalia
Untuk mengetahui oedema/tidak.
(i)        Anus
Untuk mengetahui adakah haemoroid, adakah varises.
(j)        Ekstremitas
Untuk mengetahui adakah  oedem,  adakah varises.
(2)     Palpasi
(a)      Dada
          Untuk mengetahui apakah ada pembengkakan atau tidak, puting menonjol/tidak, lecet/tidak, konsistensinya bagaimana.
(b)      Ekstremitas
          Untuk mengetahu adakah  oedem,  adakah varises.
(3)     Auskultasi
(a)      Dada
Untuk mengetahui apakah ada wheezing, apakah ada ronchi.
b.    Analisis Data
Analisis data (data dari hasil pengkajian) mencakup diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan. Data dasar yang sudah di kumpulkan di interprestasikan sehingga dapat dirumuskan diagnosa masalah yang spesifik (Varney, 2007).
1)   Diagnosa kebidanan.
Diagnosa yang ditegakkan dalam ruang lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan.
2)   Masalah
Hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian yang menyertai diagnosa (Varney, 2007).
3)   Kebutuhan
Hal-hal yang dibutuhkan oleh pasien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan melakukan analisis data (Varney, 2007).
c.     Penatalaksanaan
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajeman terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi.
Langkah ini juga melaksanakan Rencana asuhan menyeluruh yang telah diuraikan secara efisien dan aman. Bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan lainnya.
Kemudian evaluasi merupakan tahap akhir dari proses manajemen kebidanan  untuk menilai kriteria hasil yang dicapai apakah sesuai dengan tujuan atau tidak. Sejauh mana tujuan dicapai sesuai dengan kriteria keberhasilan. Dalam evalusi dihasilkan catatan perkembangan sesuai dengan kriteria waktu yang sudah ditentukan. (Sulistyawati, 2009).




















2.7    Kerangka Konseptual
Fisiologis
Patologis
Penerapan Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan Trimester III
Rujuk
Bersalin
Fisiologis
Patologis
Pemantauan Kemajuan Persalinan Kala I-IV dengan Partograf
Bayi Baru Lahir
Nifas
Fisiologis
Patologis
Rujuk
Penerapan Asuhan Kebidanan pada BBL-neonatus
1.    Kunjungan I (umur 6 jam-3 hari)
2.    Kunjungan II (umur 4-7 hari)
3.    Kunjungan III (umur 8-14 hari)
4.    Kunjungan IV (>15 hari)
Penerapan Asuhan Kebidanan pada ibu nifas
1.    Kunjungan I (umur 6 jam-3 hari PP)
2.    Kunjungan II (umur 4-7 hari PP)
3.    Kunjungan III (umur 8-14 hari PP)
4.    Kunjungan IV (>15 hari PP)
Keluarga Berencana :
1.    Kunjungan I (4-7 hari PP) = Konseling Pelayanan KB
2.    Kunjungan II (8-14 hari PP) = Evaluasi Konseling Pelayanan KB
Fisiologis
Patologis
Rujuk
Ibu Hamil Trimester III



































Gambar 2.2 : Kerangka Konseptual Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny.R” G1IIP1A1 Dengan KEK di Polindes Bangilan Kecamatan Kapas Kabupaten Bojonegoro.