Clock

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA Ny. “R” GIIIP1A1 USIA KEHAMILAN 33 MINGGU 4 HARI DENGAN KEK DI POLINDES BANGILAN KECAMATAN KAPAS KABUPATEN BOJONEGORO BAB 1


Judul : ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA Ny. “R” GIIIP1A1 USIA KEHAMILAN 33 MINGGU 4 HARI DENGAN KEK DI POLINDES BANGILAN KECAMATAN KAPAS KABUPATEN BOJONEGORO BAB 1
link : ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA Ny. “R” GIIIP1A1 USIA KEHAMILAN 33 MINGGU 4 HARI DENGAN KEK DI POLINDES BANGILAN KECAMATAN KAPAS KABUPATEN BOJONEGORO BAB 1


ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA Ny. “R” GIIIP1A1 USIA KEHAMILAN 33 MINGGU 4 HARI DENGAN KEK DI POLINDES BANGILAN KECAMATAN KAPAS KABUPATEN BOJONEGORO BAB 1



ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA Ny. “R” GIIIP1A1
USIA KEHAMILAN 33 MINGGU 4 HARI DENGAN KEK
DI POLINDES BANGILAN KECAMATAN KAPAS
KABUPATEN BOJONEGORO



LAPORAN TUGAS AKHIR


  

  

Oleh:


ULFI NUR DEWI
NIM : 01415011




PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA HUSADA
BOJONEGORO
2017





BAB I

PENDAHULUAN





1.1         Latar Belakang



Proses kehamilan merupakan mata rantai yang bersinambung, dan terdiri dari: ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba et al. 2010).
Kehamilan merupakan proses alamiah (normal) dan bukan proses patologis, tetapi kondisi normal dapat menjadi patologi. Menyadari hal tersebut dalam melakukan asuhan tidak perlu melakukan intervensi-intervensi yang tidak perlu kecuali ada indikasi (Sulistyawati, 2009).
Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi, karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat selama kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, pertambahan besarnya organ kandungan, perubahan komposisi dan metabolisme tubuh ibu. Sehingga kekurangan zat gizi tertentu yang diperlukan saat hamil dapat menyebabkan janin tumbuh tidak sempurna (Sukarni dan Margareth, 2013).
Faktor Risiko/FR, pada seorang ibu hamil sebagai masalah kesehatan merupakan suatu keadaan atau ciri tertentu pada seseorang atau suatu kelompok ibu hamil yang dapat menyebabkan risiko/bahaya kemungkinan terjadinya komplikasi persalinan. Ukuran risiko diberi nilai dituangkan dalam angka yang disebut skor. Skor merupakan bobot (‘weighting’) dari risiko akan kemungkinan komplikasi dalam persalinan. Sistem skoring: berdasarkan analisis statistik epidemiologik didapatkan skor 2 sebagai skor awal untuk semua umur dan paritas. Skor 8 untuk bekas operasi sesar, letak sungsang, letak lintang, preeklampsia berat/eklampsia, perdarahan antepartum, sedangkan skor 4 untuk faktor risiko lain (Prawirohardjo, 2009).
Angka kematian ibu dan bayi merupakan tolak ukur dalam menilai derajat kesehatan suatu bangsa, oleh karena itu pemerintah sangat menekankan untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi melalui program-program kesehatan. Dalam pelaksanaan program kesehatan sangat dibutuhkan sumber daya manusia yang kompeten, sehingga apa yang menjadi tujuan dapat tercapai. Bidan sebagai salah satu sumber daya manusia bidang kesehatan merupakan ujung tombak atau orang yang berada digaris terdepan yang berhubungan langsung dengan wanita sebagai sasaran program. Peran yang cukup besar ini maka sangat penting kiranya bagi bidan untuk senantiasa meningkatkan kompetensinya melalui pemahaman mengenai asuhan kebidanan mulai dari wanita hamil sampai nifas serta kesehatan bayi (Sulistyawati, 2009).
Menurut World Health Organization (WHO), prosentase tertinggi penyebab kematian ibu adalah perdarahan (28%) dan infeksi, yang dapat disebabkan anemia dan kekurangan energi kronis (KEK). Di berbagai negara kejadian ini berkisar kurang 10% sampai hampir 60% (Prawirohardjo, 2009).
Pada ibu hamil pengukuran LILA merupakan deteksi dini Kurang Energi Kronis (KEK). Ibu hamil yang KEK berpotensi melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). LILA <23,5 cm menunjukkan status nutrisi ibu hamil kurang dan harus mendapatkan penanganan agar tidak berkomplikasi pada janin (Kamariyah et al. 2014).
Organisasi kesehatan tingkat dunia, World Health Organization (WHO) memperkirakan terdapat 216 kematian ibu di setiap 100.000 kelahiran hidup akibat komplikasi kehamilan dan persalinan tahun 2015. Jumlah total kematian ibu diperkirakan mencapai 303.000 kematian di seluruh dunia. Angka kemaatian ibu di negara berkembang mencapai 239/100.000 kelahiran hidup, 20 kali lebih tinggi dibandingkan negara maju. Negara berkembang menyumbang sekitar 90% atau 302.000 dari seluruh total kematian ibu. Indonesia termasuk salah satu Negara berkembang sebagai penyumbang tertinggi angka kematian ibu di dunia. (WHO, 2015).
AKI di Indonesia  tahun 2015 mencapai 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup dan AKB sebesar 22,23 per 1.000 kelahiran hidup, berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 artinya sudah mencapai target MDG 2015 sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup (Kementrian Kesesehatan RI, 2015).
Pada tahun 2014, AKI Provinsi Jawa Timur mencapai 93,52 per 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi sebanyak 28,31/1000 KH. Pada tahun 2015, AKI Provinsi Jawa Timur mencapai 89,6 per 100.000 kelahiran hidup dan Anka kematian bayi mencapai 25,3 per 1000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu dan bayi mengalami penurunan dibandingkan tahun 2014 (DinKes Provinsi Jawa Timur, 2015).
Sementara itu di Kabupaten Bojonegoro tahun 2014 jumlah Jumlah kematian ibu maternal sebanyak 12 orang atau sekitar 65,75 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi sebanyak 216 kasus atau 11,84 per 1000 kelahiran hidup. Pada tahun 2015 AKI dan AKB mengalami peningkatan  sebanyak 23 jiwa atau sekitar 472 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi sebanyak 270 kasus atau 15,05 per 1000 kelahiran hidup (DinKes Kabupaten Bojonegoro, 2015).
Berdasarkan data Kabupaten Bojonegoro pada tahun 2016 angka Kematian Ibu menduduki peringkat ke 4 se-Provrinsi Jawa Timur dan Angka Kematian Bayi (AKB) menduduki peringkat ke 1 se-Provinsi Jawa Timur (Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro, 2016).
AKI di Puskesmas Tanjungharjo tahun 2015 berjumlah 0 jiwa dan AKB sebanyak 10 bayi. AKI tahun 2015 di desa Bangilan sebanyak 0 jiwa dan AKB di desa Bangilan sebanyak 0 bayi (Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro, 2015).
Berdasarkan Laporan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) KIA Puskesmas Tanjungharjo tahun 2015, pelayanan cakupan K1 dengan target 95% tercapai sebanyak 425 ibu hamil (96,15%), cakupan K1 dengan target 95% tercapai sebanyak 393 ibu hamil (88,91%), cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan dengan target 99% tercapai sebanyak 401 ibu bersalin (95,02%), cakupan pelayanan ibu nifas dengan target 97,5% tercapai sebanyak 394 ibu nifas (93,36%) (PWS KIA Puskesmas Tanjungharjo, 2016).
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro 2015, selama 1 tahun terakhir didapatkan bahwa di Kabupaten Bojonegoro mempunyai ibu hamil dengan KEK 10,5 %. Sedangkan berdasarkan data yang didapat Puskesmas Tanjungharjo 2015 mempunyai ibu hamil dengan KEK 8,5 %. Di wilayah Puskesmas Tanjungharjo terdapat 485 ibu hamil dan mempunyai ibu hamil sebanyak 125 yang mempunyai resiko tinggi. Di desa Bangilan mempunyai 10 ibu hamil resiko tinggi dan sebanyak 5 ibu hamil yang mempunyai LILA kurang dari 23,5 cm yang akan berpotensi melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). (Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro 2015).
Di Indonesia batas ambang LILA dengan resiko KEK adalah 23,5  cm hal ini berarti ibu hamil dengan resiko KEK diperkirakan akan melahirkan bayi BBLR. Bila bayi lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) akan mempunyai resiko kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan, dan gangguan perkembangan anak. Untuk mencegah resiko KEK pada ibu hamil sebelum kehamilan wanita usia subur sudah harus mempunyai gizi yang baik, misalnya dengan LILA tidak kurang dari 23,5 cm. Apabila LILA ibu sebelum hamil kurang dari angka tersebut, sebaiknya kehamilan ditunda sehingga tidak beresiko melahirkan BBLR (Sukarni & Margareth, 2013).
Seorang ibu hamil membutuhkan kalori ekstra agar tetap bugar dan sehat. Hal tersebut dilakukan dengan memperbaiki dan meningkatkan mutu makanan yang dikonsumsi, bukan menambah kuantitas makanan. Jangan melakukan pembatasan diet dapat membahayakan janin. Selama hamil peningkatan kebutuhan zat gizi adalah sebesar 15%. Peningkatan zat gizi tersebut untuk pertumbuhan rahim, payudara, volume darah, plasenta, air ketuban, dan pertumbuhan janin. Selama masa kehamilan, penambahan normal berat badan seluruhnya adalah sekitar 6,5-18 kg (Maryam, 2016).
Kebiasaan makanan pada ibu hamil dapat mempengaruhi jalannya kehamilan (berupa komplikasi seperti anemia), ketidaknyamanan (rasa letih, mual dipagi hari), masa persiapan kelahiran dan persalinan (pada umumnya ibu yang dietnya baik, jarang mengalami kesulitan/persalinan yang terlalu dini), emosinya (diet yang baik dapat memperlunak perubahan suasana hati) dan pemulihan pasca lahir (tubuh yang bergizi baik akan lebih cepat pulih). Asupan makanan yang dikonsumsi oleh ibu hamil berguna untuk : pertumbuhan dan perkembangan janin, mengganti sel-sel tubuh yang rusak atau mati, sumber tenaga, mengatur suhu tubuh, cadangan makanan (Waryono, 2010).
Program EMAS berupaya menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian neonatal dengan cara : meningkatkan kualitas pelayanan emergensi obstetri dan bayi baru lahir minimal di 150 Rumah Sakit PONEK dan 300 Puskesmas/Balkesmas PONED, dan memperkuat sistem rujukan yang efisien dan efektif antar puskesmas dan rumah sakit. Selain itu, pemerintah bersama masyarakat juga bertanggung jawab untuk menjamin setiap ibu memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, mulai dari saat hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih, perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan rujukan jika terjadi komplikasi, memperoleh cuti hamil dan melahirkan, serta akses terhadap keluarga berencana. Di samping itu, pentingnya melakukan intervensi lebih ke hulu, yakni kepada kelompok remaja dan dewasa muda dalam upaya percepatan penurunan AKI (Kementrian Kesehatan RI, 2015).
Dalam rangka menurunkan AKI Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro telah melaksanakan kegiatan ”JASA SI MAMA”. Jasa si mama merupakan strategi penurunan AKI yang terdiri dari kerjasama, skill, manajemen, dan pemberdayaan masyarakat. Upaya kerjasama dilaksanakan dengan lintas program maupun lintas sektor kegiatannya meliputi pelaksanaan ANC terpadu, koordinasi faskesdas-rujukan, GSI, pembentukan Tim Waspada Risti dan Gerakan Bersama Amankan Kehamilan (GEBRAK). Peningkatan keterampilan (Skill) dilaksanakan melalui kegiatan pelatihan tenaga kesehatan, pelaksanaan Kelompok Belajar Bidan (KEJAR BIDAN), refreshing, review dan simulasi keterampilan (Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro, 2015).
Sementara itu kegiatan manajemen dilaksanakan melalui pengelolaan sumber daya (sarana, tenaga, dana), pembenahan sarana fisik, pengelolaan anggaran, pemenuhan kebutuhan tenaga & sarana, optimalisasi proses manajemen program (pemantauan capaian program : pemantauan wilayah setempat, pembinaan pencatatan & pelaporan). Kegiatan pemberdayaan masyarakat dilaksanakan melalui pemantapan kemitraan bidan dan dukun bayi, pengembangan kelas ibu hamil, pemantapan P4K (Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi), pembentukan tim waspada risti tingkat  Kecamatan dan Desa, AMP (Audit Maternal Perinatal) sosial, pemberdayaan organisasi masa & wanita dalam KIA serta pendampingan semua ibu hamil resiko tinggi oleh kader (Profil Kesehatan Kabupaten Bojonegoro 2015).
Berdasarkan tingginya kejadian ibu hamil dengan Kekurangan Energi Kronik (KEK) penulis terdorong untuk lebih memperdalam dan mengkaji permasalahan dengan menerapkan ilmu kebidanan yang telah diperoleh dalam asuhan Studi Kasus yang berjudul “Asuhan kebidanan pada Ny. “R GIIIP1A1 usia kehamilan 33 minggu 4 hari dengan KEK di Polindes Bangilan Kecamatan Kapas Kabupaten Bojonegoro”.

1.2         Identifikasi Masalah

Asuhan kebidanan pada Ny. “R” dalam masa kehamilan trimester III (3 kali kunjungan), persalinan (1 kali kunjungan), masa nifas (4 kali kunjungan), neonatus (4 kali kunjungan), dan pelayanan kontrasepsi (2 kali kunjungan) di Polindes Bangilan Desa Bangilan Kecamatan Kapas Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017.

1.3         Tujuan Penelitian

1.3.1   Tujuan Umum

Mampu memberikan Asuhan Kebidanan Komprehensif sesuai dengan standar pelayanan kebidanan pada ibu hamil trimester III, ibu bersalin, nifas, bayi baru lahir (0-28 hari) dan pelayanan kontrasepsi (setelah 3 minggu post partum) dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan dan didokumentasikan dalam bentuk SOAP.

1.3.2   Tujuan Khusus


1.    Memberikan asuhan kebidanan pada Ny. “R” GIIIP1A1 dengan KEK pada kehamilan trimester III dengan manajemen kebidanan dan dokumentasi SOAP.


2.    Memberikan asuhan kebidanan selama persalinan pada Ny. “R” GIIIP1A1 dengan manajemen kebidanan dan dokumentasi SOAP.


3.    Memberikan asuhan kebidanan masa nifas pada Ny. “R” P2A1 dengan manajemen kebidanan dan dokumentasi SOAP.

4.    Memberikan asuhan kebidanan BBL pada By. Ny. “R” neonatus cukup bulan sesuai usia kehamilan dengan manajemen kebidanan dan dokumentasi SOAP.

5.    Memberikan asuhan kebidanan pelayanan kontrasepsi pada Ny.“R” P2A1 dengan manajemen kebidanan dan dokumentasi SOAP



1.4         Ruang Lingkup

1.4.1   Sasaran
Sasaran asuhan kebidanan ditujukan kepada Ny. “R  GIIIP1A1 dengan memperhatikan continuity of care mulai hamil trimester III, bersalin, nifas, BBL, dan KB.
1.4.2   Tempat
Asuhan kebidanan dilakukan di Polindes Bangilan desa Bangilan Kecamatan Kapas Kabupaten Bojonegoro.
1.4.3  Waktu
Waktu pelaksanaan  studi kasus dimulai pada 29 November 2016 sampai 10 Juli 2017.

1.5         Manfaat Penelitian

1.5.1    Manfaat Teoritis
Menjadi salah satu sumber informasi sehingga dapat digunakan sebagai refrensi oleh bidan, mahasiswa dan institusi yang akan melakukan penelitian dengan masalah asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan kehamilan resiko tinggi.
1.5.2    Manfaat Praktis
1.    Bagi bidan
Hasil pengkajian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi bidan praktek swasta dan bidan di Puskesmas dalam upaya meningkatkan pelayanan dan penyuluhan ibu hamil normal maupun resiko tinggi sehingga dapat mengurangi angka kesakitan, AKI dan AKB.
2.    Bagi pasien
Ibu mendapat informasi tentang kehamilan resiko tinggi dan ibu mengetahui ciri-ciri kehamilan yang mempunyai resiko tinggi, sehingga jika ada tanda bahaya kehamilan ibu bisa langsung ke tenaga kesehatan untuk memeriksakan kehamilannya.
3.    Bagi peneliti
Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang kehamilan resiko tinggi sehingga peneliti dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat dari bangku kuliah dengan kenyataan di lapangan.