Clock

KOMUNIKASI KELOMPOK


Judul : KOMUNIKASI KELOMPOK
link : KOMUNIKASI KELOMPOK


KOMUNIKASI KELOMPOK




MAKALAH
“ KOMUNIKASI KELOMPOK “



Description: F:\Logo STIKES ICSADA.jpg
 









                                                  

                                                     Pembimbing :
Devi Endah S, S.ST, M.Kes

Di Susun Oleh :
1.        Lailatul Fitria           (01415006)
2.        Ulfi Nur Dewi                    (01415011)

             
DIII KEBIDANAN SEMESTER II
STIKES INSAN CENDEKIA HUSADA BOJONEGORO
2014/2015

KATA PENGANTAR


Alhamdulilah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul Komunikasi Kelompok ”.
Dalam menyusun makalah ini kami tidak dapat lepas dari kesalahan namun berkat dorongan, didikan dan bimbingan dari semua pihak, maka kami dapat menyelesaikan makalah ini. Untuk itu kami sebagai penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1.       Ibu Devi Endah S,  S.ST, selaku dosen Komunikasi dan konseling dalam praktik kebbidanan  di STIKES  ICSADA Bojonegoro
2.       Teman – teman yang telah membantu menyelesaikan makalah ini

Kami menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Untuk penyempurnaan kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.








                                                                             Bojonegoro,  2 Juni 2015 


   Penyusun








DAFTAR ISI




HALAMAN JUDUL ..........................................................................................................             i
KATA PENGANTAR .......................................................................................................   ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang ..................................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah ................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Komunikasi kelompok ........................................................................................... 2
B. Organisasi dalam Masyarakat ................................................................................ 2
C. Organisasi Lintas Sektor ........................................................................................ 4

BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 9
B. Saran   .................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................   10




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal ini merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial dengan sesama dalam kelompok dan masyarakat. Di dalam kelompok ataupun organisasi, selalu terdapat bentuk kepemimpinan yang merupakan masalah penting untuk kelangsungan hidup kelompok, yang terdiri dari atasan dan bawahannya.

Komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari dari unit-unit komunikasi dalam hubungan hierarkis antara yang satu dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan. Komunikasi organisasi melibatkan bentuk-bentuk komunikasi antar pribadi dan komunikasi kelompok.


B.     Rumusan Masalah

1.      Apakah yang dimaksud dengan komunikasi kelompok?
2.      Bagaimana komunikasi kelompok dalam organisasi masyarakat?
3.      Bagaimana organisasi lintas sector?










BAB II
PEMBAHASAN

A.    Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok merupakan salah satu komunikasi interpersonal, menyangkut komunikasi seseorang dengan beberapa orang lainnya. Komunikasi kelompok kecil adalah kelompok yang terdiri atas tiga sampai sepuluh orang. Masing-masing anggota kelompok menyadari keberadaan anggota lainnya, memiliki minat yang sama, dan atau bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan.

B.     Organisasi dalam Masyarakat
Komunikasi dalam organisasi adalah komunikasi di suatu organisasi yang dilakukan pimpinan, baik dengan para karyawan maupun dengan khalayak yang ada kaitannya dengan organisasi, dalam rangka pembinaan kerja sama yang serasi untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi (Effendy,1989: 214). Manajemen sering mempunyai masalah tidak efektifnya komunikasi. Padahal komunikasi yang efektif sangat penting bagi para manajer, paling tidak ada dua alasan, pertama, komunikasi adalah proses melalui mana fungsi-fungsi manajemen mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dapat dicapai; kedua, komunikasi adalah kegiatan dimana para manejer mencurahkan sebagian besar proporsi waktu mereka. Proses Komunikasi memungkinkan manejer untuk melaksanakan tugas-tugas mereka. Informasi harus dikomunikasikan kepada stafnya agar mereka mempunyai dasar perencanaan, agar rencana-rencana itu dapat dilaksanakan. Pengorganisasian memerlukan komunikasi dengan bawahan tentang penugasan mereka. Pengarahan mengharuskan manejer untuk berkomunikasi dengan bawahannya agar tujuan kelompo dapat tercapai. Jadi seorang manejer akan dapat melaksanakan fungsi-fungsi manajemen melalui interaksi dan komunikasi dengan pihak lain. Sebahagian besar waktu seorang manejer dihabiskan untuk kegiatan komunikasi, baik tatap muka atau melalui media seperti Telephone, Hand Phone dengan bawahan, staf, langganan dsb. Manejer melakukakan komunikasi tertulis seperti pembuatan memo, surat dan laporan-laporan.
Fungsi Komunikasi dalam Organisasi
     Dalam suatu organisasi baik yang berorientasi komersial maupun sosial, komunikasi dalam organisasi atau lembaga tersebut akan melibatkan empat fungsi, yaitu:
a.       Fungsi informatif
Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi (information-processing system).  Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti informasi pada dasarnya dibutuhkan oleh semua orang yang mempunyai perbedaan kedudukan dalam suatu organisasi.  Orang-orang dalam tataran manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi.  Sedangkan karyawan (bawahan) membutuhkan informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti dan sebagainya.
b.      Fungsi Regulatif
Fungsi regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi.  Pada semua lembaga atau organisasi, ada dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif ini, yaitu:
1)      Atasan atau orang-orang yang berada dalam tataran manajemen yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan.  Disamping itu mereka juga mempunyai kewenangan untuk memberikan instruksi atau perintah, sehingga dalam struktur organisasi kemungkinan mereka ditempatkan pada lapis atas (position of authority) supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana semestinya.  Namun demikian, sikap bawahan untuk menjalankan perintah banyak bergantung pada:
a)      Keabsahan pimpinan dalam penyampaikan perintah.
b)      Kekuatan pimpinan dalam memberi sanksi.
c)      Kepercayaan bawahan terhadap atasan sebagai seorang pemimpin sekaligus sebagai pribadi.
d)     Tingkat kredibilitas pesan yang diterima bawahan.
2)      Berkaitan dengan pesan atau message.  Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja.  Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan-peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan.

c.       Fungsi Persuasif
Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan.  Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah.  Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.
d.       Fungsi Integratif
Setiap organisasi berusaha menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat dilaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik.  Ada dua saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (newsletter, buletin) dan laporan kemajuan oraganisasi; juga saluran komunikasi informal seperti perbincangan antarpribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan olahraga ataupun kegiatan darmawisata.  Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasi.

C.    Organisasi Lintas Sektor
Organisasi lintas sektor adalah organisasi yag melibatkan suatu institusi atau instansi negri atau swasta yang membutuhkan pemberdayaan dan kekuatan dasar dari pemerintah atau swasta mengenai peraturan yang ditetapkan untuk mewujudkan alternatif kebijakan secara terpadu dan komprehensif sehingga adanya keputusan dan kerjasama.
Koordinasi dalam system penyelenggaraan Negara dapat diaplikasikan dalam konteks kerjasama pemerintahan antar Negara, koordinasi antar lembaga tinggi Negara, koordinasi antara pusat dan daerah, koordinasi sektoral, koordinasi lintas daerah, koordinasi antar actor bernegara. Pola hubungan koordinatif pada dasarnya tercermin dalam struktur pemerintahan Negara dan hubungannya dengan lingkungan struktur tercebut (state structure environment). Untuk lebih jelasnya, masing-masing format koordinasi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
1.      Koordinasi Lintas Negara
Koordinasi lintas Negara merupakan kerjasama pemerintahan antar Negara dalam mencapai tujuan tertentu. Lingkup Negara yang melakukan kerjasama dapat bersifat bilateral (kerjasama dua Negara) atau multilateral (kerjasama lebih dari dua Negara). Sedangkap lingkup objek yang dikerjasamakan dapat berupa bidang politik, ekonomi, social politik dan budaya. Dalam ranah administrasi Negara, pembahasan tentang kerjasama antar Negara tersebut masuk dalam bidang administrasi internasional. Bentuk kerjasama bilateral antara lain dapat dilihat dalam kerjasama sister-city (kota kembar antara salah satu kota di Indonesia dengan salah satu kota lainnya di luar negeri).
2.      Koordinasi Antar Lembaga Negara
Dalam struktur pemerintahan RI terdiri dari beberapa lembaga Negara. Beberapa lembaga tersebut termasuk presiden, Mahkamah konstitusi, DPR, MPR, Mahkamah Agung, Komisi Yudisial dan sebagainya. Antar lembaga tersebut dapat saling melakukan koordinasi dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Misalnya, Komisi Yudisial, Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi dapat saling berkoordinasi dalam meningkatkan kualitas penegakan hukum (law enforcement) di Indonesia.
3.      Koordinasi antara Pusat dan Daerah
Dalam penyelenggaraan pemerintahan terdapat beberapa urusan yang menjadi tanggung jawab pusat termasuk urusan moneter, pertahanan keamanan, agama, peradilan. Sedangkan urusan-urusan lainnya didesentralisasikan. Namun demikian, walaupun urusan-urusan lainnya sudah didesentralisasikan tetapi dalam kerangka pembinaan serta pemaduan langkah antar daerah maka pemerintah pusat dapat melakukan koordinasi melalui instansi teknis. Misalnya: koordinasi pembangunan bidang pendidikan dan kesejahteraan rakyat.
4.      Koordinasi Sektoral
Sektor-sektor pembangunan termasuk pembangunan politik, ekonomi, social dan budaya walaupun sudah menjadi tanggung jawab beberapa instansi teknis terkait namun dalam kenyataannya dapat terdiri dari berbagai instansi yang begaram yang menangani sector yang sama. Beragam instansi tersebut apabila tidak saling berkoordinasi maka bisa jadi akan menghasilkan tumpang tindih peran dan pendanaan program pembangunan sehingga menyebabkan in-efesiensi dan misalokasi sumber daya finansial.
5.      Koordinasi Lintas Daerah
Beberapa daerah juga dapat saling bersinggungan dalam urusan tertentu yang bersifat lintas daerah. Dalam keadaan tersebut maka koordinasi lintas daerah dapat berperan dalam menjamin efektivitas dan efesiensi penyelesaian urusan tersebut. Misalnya, dalam hal penyelesaian banjir di DKI Jakarta dimana tidak hanya merugikan warga DKI Jakarta tetapi juga warga daerah sekitar termasuk Bogor, Tanggerang dan Banten yang bekerja di Jakarta. Di samping itu, banjir di Jakarta bisa juga disebabkan oleh banjir kiriman dari wilayah sekitar, misalnya Bogor. Dalam keadaan tersebut adalah lebih mudah mengatasi banjir tersebut apabila dilakukan koordinasi antar daerah.
6.      Koordinasi antar Aktor Bernegara
Dalam lingkup yang lebih luas dalam satu Negara, aktor pembangunan tidak hanya antar lembaga Negara tetapi juga antara lembaga Negara, swasta dan masyarakat. Tidak menutup kemungkinan terjadi hubungan yang kontra-produktif antar actor tersebut dalam penyelenggaraan urusan tertentu. Dalam keadaan tersebut, koordinasi antar actor diperlukan sehingga peran antar actor tersebut dapat saling menguatkan dalam pencapaian tujuan bernegara.
Koordinasi dalam sistem penyelenggaraan Negara juga dapat dikelompokkan ke dalam meta-koordinasi, meso-koordinasi dan mikro- koordinasi.Meta-koordinasi adalah koordinasi yang dilakukan antara pemerintahan RI dengan pemerintahan dari Negara lain dan atau organisasi internasional (missal: World Bank, UNDP, IMF, Asian Development Bank/ADB dan sebagainya). Meta-koordinasi tersebut dapat dilakukan dalam konteks hubungan bilateral (dua Negara) maupun multilateral (berbagai Negara).
Meso-koordinasiadalah koordinasi yang dilakukan dalam konteks nasional dan atau regional dalam suatu Negara. Pada level nasional, koordinasi misalnya terjadi antara MenPAN, LAN dan BKN. Sedangkan pada tingkat regional, koordinasi misalnya terjadi antara satu pemerintahan daerah dengan pemerintahan daerah lainnya. Pada tingkat mikro-level, koordinasi dapat terjadi antar unit dalam organisasi. Misalnya koordinasi terjadi antara unit kelitbangan dengan unit keuangan dalam koordinasi pendanaan kegiatan litbang.
Tujuannya:
1.      Terjalinnya kerjasama lintas sektoral dalam rangka peran serta masyarakat secara baik.
2.      Adanya saling mengetahui dan saling mengenal program pembinaan peran serta masyarakat masing-masing sector terkait.
3.      Adanya saling mengetahui peran masing-masing sector yang saling mendukung untuk membina peran serta masyarakat dalam bidang keseharian.
Pembangunan kesehatan yang dijalankan selama ini hasilnya belum optimal karena didukung oleh lintas sector. Beberapa program sektoral masih ada yang tidak atau kurang berwawasan kesehatan sehingga memberikan dampak negative bagi kesehatan masyarakat.untuk diperlukan pendekatan  lintas sector terkait dapat selalu memperhitungkan dampak programmnya terhadap kesehatan masyarakat.

Manfaat dan tujuan kerjasama lintas sektoral antara lain adalah :
1.      Mempermudah pencapaian keberhasilan rancangan kegiatan
2.      Dapat memberikan gambaran tehnis antar lintas sektoral dan lintas program
3.      Kebijakan tentang pelaksanaan pelayanan kesehatan
4.      Saling menguntungkan kedua pihak antara rencana program
5.      Dapat memberikan perijinan dalam rujukan
6.      Dapat memberikan kontribusi, fasilitas, sarana dan dana
7.      Terdokumentasi dalam perizinan dan kegiatan




















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Komunikasi dalam organisasi adalah komunikasi di suatu organisasi yang dilakukan pimpinan, baik dengan para karyawan maupun dengan khalayak yang ada kaitannya dengan organisasi, dalam rangka pembinaan kerja sama yang serasi untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi (Effendy,1989: 214).
Organisasi lintas sektor adalah organisasi yag melibatkan suatu institusi atau instansi negri atau swasta yang membutuhkan pemberdayaan dan kekuatan dasar dari pemerintah atau swasta mengenai peraturan yang ditetapkan untuk mewujudkan alternatif kebijakan secara terpadu dan komprehensif sehingga adanya keputusan dan kerjasama.

B.     Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan karena terbatasnya pengetahuan dan kekurangan rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah yang kami susun tersebut. Kami selaku penulis banyak berharap para pembaca sudi  memberikan kritik dan saran yang tentunya membangun kepada kami, demi mencapainya.
Semoga makalah ini dapat menjadi referensi bagi semua pihak untuk dapat lebih mengembangkan komunikasi kelompok dan dapat pula mengerti dan paham akan larangan-larangan serta lebih bertakwa dan beriman kepada Allah SWT.




DAFTAR PUSTAKA

Yulifah, Rita dan Yuswanto, Tri Johan.2009.Komunikasi dan Konseling dalam Kebidanan.Jakarta.Salemba Medika.