Judul : KOMPLIKASI PADA MASA NIFAS DAN PENANGANANNYA
link : KOMPLIKASI PADA MASA NIFAS DAN PENANGANANNYA
KOMPLIKASI PADA MASA NIFAS DAN PENANGANANNYA
MAKALAH
“KOMPLIKASI PADA MASA NIFAS DAN
PENANGANANNYA“
\
Dosen Pembimbing:
Niken Yuli A, S.ST
Disusun Oleh :
Intan Ervin N.A (01415005)
Lailatul Fitria (01415006)
Sinta Dewi Fortuna (01415010)
Ulfi Nur Dewi (01415011)
PRODI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA HUSADA BOJONEGORO
2014/2015
KATA
PENGANTAR
Alhamdulilah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa karena rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “Komplikasi
Masa Nifas dan Penanganannya”.
Dalam menyusun makalah ini kami tidak dapat lepas dari
kesalahan namun berkat dorongan, didikan dan bimbingan dari semua pihak, maka
kami dapat menyelesaikan makalah ini. Untuk itu kami sebagai penyusun
mengucapkan terima kasih kepada :
Ibu Niken
Yuli A, S.ST.Keb selaku dosen Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui di STIKES ICSADA Bojonegoro.
Kami menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan makalah
ini. Untuk penyempurnaan kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca.
Bojonegoro, 26 Maret 2015
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Periode pascapersalinan meliputi masa transisi
kritis bagi ibu, bayi dan keluarganya secara fisiologis, emosional dan social.
Baik di Negara maju maupun Negara berkembang perhatian utama bagi ibu dan bai
terlalu banyak tertuju pada masa kehamilan dan persalinan, sementara keadaan
yang sebenarnya justru merupakan kebalikannya, oleh karena resiko kesakitan dan
kematian ibu serta bayi lebih sering terjadi pada masa pascapersalinan. Keadaan
ini terutama disebabkan oleh konsekuensi ekonomi, disamping ketidaksediaan
pelayanan atau rendahnya peranan fasilitas kesehatan dalam menyediakan
pelayanan kesehatan yang cukup berkualitas. Rendahnya kualitas pelayanan
kesehatan juga menyebabkan rendahnya keberhasilan promosi kesehatan dan deteksi
dini serta penatalaksanaan yang adekuat terhadap masalah dan penyakit yang
timbul pada masa pascapersalinan (Saifuddin, 2008).
Walaupun menderita nyeri dan tidak nyaman, kelahiran
bayi biasanya merupakan peristiwa yang menyenangkan karena dengan berakhirnya
masa kehamilan yang telah lama ditunggu-tunggu dan dimulainya suatu kehidupan
baru. Namun kelahiran bayi juga merupakan suatu masa kritis bagi kesehatan ibu.
Kemungkinan timbul masalah atau penyulit.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud komplikasi demam, muntah dan nyeri berkemih pada masa nifas dan
bagaimana cara penanganannya?
2. Apa
yang dimaksud komplikasi perubahan payudara pada masa nifas dan bagaimana cara
penanganannya?
3. Apa
yang dimaksud komplikasi perubahan kehilangan nafsu makan pada masa nifas dan
bagaimana cara penanganannya?
4. Apa
yang dimaksud komplikasi perubahan pada ekstremitas pada masa nifas dan
bagaimana cara penanganannya?
5. Apa
yang dimaksud komplikasi perubahan psikologis pada masa nifas dan bagaimana
cara penanganannya?
C.
Tujuan
Penulisan
Dari rumusan masalah yang telah didapatkan diatas
dapat disimpulkan bahwa tujuan penulisan makalah ini ialah untuk mengetahui
komplikasi-komplikasi yang terjadi pada ibu nifas dan bagaimana cara
penanganannya yaitu komplikasi demam, muntah dan nyeri berkemih, perubahan
payudara, kehilangan nafsu makan, perubahan pada ekstremitas serta perubahan
psikologis.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Demam,
Muntah dan Nyeri Berkemih
1.
Demam
a. Pengertian
demam
Demam adalah
naiknya temperature
tubuh diatas normal. Temperature tubuh yang normal adalah sekitar 970F
sampai 990F (36-370C). kenaikan suhu badan sampai 1060F
(410c) atau lebih biasanya akan mengalami muntah-muntah dan bila
demam mencapai 1080F (420C) seringkali menyebabkan kejang
dan kerusakan otot yang tidak dapat disembuhkan, demam merupakan mekanisme tubuh untuk melawan infeksi.
Demam nifas
dikenal sebagai febris puerperalis atau morbiditas puerperalis adalah keadaan
peningkatan suhu badan yang terjadi dalam jangka waktu antara mulai
dilahirkannya hasil konsepsi yang mungkin dapat hidup sampai dengan 42 hari
atau 6 minggu setelah persalinan, yang disebabkan oleh apapun. Demam nifas
merupakan manisfestasi dari infeksi nifas, jika tidak diobati secara tepat dan
cepat dapat berlanjut menjadi sepsis nifas dan kematian maternal.
Ibu yang pada
masa nifas (selama 42 hari sesudah melahirkan ) mengalami demam tinggi lebih
dari 2 hari, dan disertai keluarnya cairan (dari lubang rahim) yang berbau,
mungkin mengalami infeksi jalan lahir. Pada keadaan ini cairan liang rahim
tetap berdarah. Keadaan ini mengancam jiwa ibu.
b.
Gejala
klinis demam
Pada saat terjadi demam, gejala klinis yang
timbul bervariasi tergantung pada fase demam, meliputi fase awal, proses, dan
fase pemulihan (defesvescence). Tanda-tanda ini muncul sebagai hasil perubahan
pada titik tetap dalam mekanisme pengaturan suhu tubuh. Fase-fase terjadinya demam :
1)
Fase I : Awal (awitan
dingin atau menggigil)
Peningkatan denyut jantung, Peningkatan
laju dan kedalaman pernafasan, Menggigil akibat tegangan dan kontraksi otot,
Kulit pucat dan dingin karena vasokontriksi, Merasakan sensasi dingin, Dasar
kuku mengalami sianosis karena vasokontriksi, Rambut kulit berdiri, Pengeluaran
keringat berlebihan, Peningkatan suhu tubuh.
2)
Fase II : Proses demam
Proses menggigil lenyap, Kulit terasa
hangat / panas, Merasa tidak panas atau dingin, Peningkatan nadi dan laju
pernafasan, Peningkatan rasa haus, Dehidrasi ringan hingga berat, Mengantuk,
delirium, atau kejang akibat iritasi sel saraf, Lesi mulut herpetik, Kehilangan
nafsu makan ( jika demam memanjang ), Kelemahan, keletihan, dan nyeri ringan
pada otot akibat katabolisme protein.
3)
Fase III : Pemulihan
Kulit tampak
merah dan hangat, Berkeringat, Menggigil ringan, Kemungkinan mengalami
dehidrasi.
c.
Penyebab
demam
Penyebab umum demam antara lain :
1)
Adanya infeksi seperti infeksi saluran
kemih (sering buang air kecil atau buang air kecil disertai rasa pedih),
infeksi streptokokus pada tenggorokan (sering kali disertai dengan radang
tenggorokan), infeksi sinus (rasa sakit di atas atau di bawah kedua mata), dan
abses gigi (bengkak di bagian mulut).
2)
Infeksi mononucleosis yang disertai rasa
lelah.
3)
Kelelahan karena kepanasan atau terbakar
sinar matahari hebat.
Penyebab demam nifas antara lain :
1)
Penolong persalinan tidak mencuci tangan
dengan sabun sebelum menolong persalinan.
2)
Ibu tidak menggunakan obat pencegah demam
sewaktu dan pasca persalinan.
3)
Lama persalinan lebih dari 24 jam.
4)
Ibu tidak melakukan kompres panas pada
vagina pasca persalinan.
5)
Ibu melakukan pengasapan pasca persalinan.
6)
Posisi ibu melahirkan berbaring, anemia
sewaktu ibu hamil.
7)
Ada gangguan kehamilan sehari sebelum
persalinan.
8)
Lantai tempat persalinan terbuat dari
tanah.
d.
Penatalaksanaan
demam
Beberapa hal yang bisa dilakukan bila mengalami demam :
1)
Kenakan pakaian tipis meskipun tubuh terasa
dingin. Pakaian tebal dan selimut akan menaikkan suhu tubuh.
2)
Istirahatlah di rumah di ruangan dengan
ventilasi yang baik. Gunakan kipas angin atau alat pendingin udara.
3)
Minumlah banyak air putih, sari buah, susu,
atau sup bening. Minuman dingin akan membantu menurunkan suhu tubuh. Cara mudah
untuk mengetahui apakah sudah cukup minum atau tidak adalah dengan melihat urin
berwarna terang ataukah kuning tua. Kalau berwarna terang, pertanda sudah cukup
minum. Banyak minum air putih atau minuman berelektrolit juga berguna untuk
menjaga agar tubuh tidak kekurangan cairan (dehidrasi).
4)
Usahakan makan seperti biasa meskipun nafsu
berkurang. Bila tidak mau makan, tubuh akan lemah.
5)
Periksalah suhu tubuh setiap empat jam
sekali. Janganlah makan atau minum selama setengah jam sebelum suhu tubuh
diukur karena hasilnya tidak tepat.
6)
Kompreslah tubuh dengan air hangat dan
menggunakan kain basah. Tidak hanya pada bagian kepala saja, tetapi juga
seluruh tubuh. Mengompres harus dengan air hangat karena salah satu bagian otak
kita (hipotalamus) terdapat pusat pengatur suhu (termoregulator).
7)
Minum obat penurun panas jika suhu tubuh
mencapai 38 – 40 derajat. Berbagai obat penurun panas yang tersedia dipasaran
antara lain Parasetamol atau ibuprofen.
8)
Hindari makanan berlemak atau yang sulit
dicerna karena demam menurunkan aktivitas lambung.
2.
Muntah
a. Pengertian
muntah
Muntah adalah
aktivitas mengeluarkan isi lambung/perut melalui esophagus dan mulut yang
disebabkan oleh kerja motorik dari saluran pencernaan. Kemampuan untuk muntah
dapat mempermudah pengeluaran toksin dari perut.
Muntah adalah
aksi dimana lambung harus menanggulangi tekanan yang normalnya ditempat untuk
memperthankan makanan dan sekresi-sekresi didalam lambung. Lambung hampir
membalikan dirinya dari dalam keluar – memaksakan dirinya kedalam bagian bawah
dari esophagus (tabung yang menghubungkan mulut ke lambung) selama episode
muntah.
b.
Penyebab
muntah
Penyebab muntah antara lain :
1)
Penyakit infeksi atau radang di saluran pencernaan atau
di pusat keseimbangan.
2)
Penyakit-penyakit karena gangguan metabolisme seperti
kelainan metabolisme karbohidrat (galaktosemia dan sebagainya), kelainan
metabolisme asam amino/asam organic (misalnya gangguan siklus urea dan
fenilketonuria)
3)
Gangguan pada system syaraf (neurologic) bisa karena
gangguan pada struktur (misalnya hidrosefalus), adanya infeksi (misalnya
meningitis dan ensefalitis), maupun karena keracunan (misalnya keracunan syaraf
oleh asiodosis dan hasil samping metabolisme lainnya).
4)
Stress Psikologi: menyebabkan rangsangan saraf otak pada
SNC untuk memproduksi asam lambung (HCl). asam lambung yang berlebih dapat
menyebabkan reflek muntah yang dimediatori oleh nervus cranial X (Nervus
Vagus).
5)
Trauma abdomen (misalnya terkena pukulan) yang
menyebabkan isi perut tergoncang yang mempegaruhi tekanan intraabdomen.
6)
Faktor Hormonal. pada orang hamil trimester pertama 28 %
wanita indonesia mengalami morning sickness (muntah2 dipagi hari) dimana hormon
estrogen dan hypochorionic gonadotropin mengalami fase metabolisme yang tidak
biasanya.
c.
Penatalaksanaan muntah
Beberapa
tindakan jika ibu nifas mengalami muntah antara lain sebagai berikut :
1)
Ciptakan suasana tenang dan menyenangkan
pada saat makan.
2)
Hindari makanan yang merangsang dan
menimbulkan alergi.
3)
Lakukan kolaborasi. Apabila muntah
disertai gangguan fisiologis, seperti warna kehijauan, muntah yang proyektil,
atau gangguan lainnya, segera bawa ke dokter untuk mendapatkan penanganan
secepatnya. Selain itu, pemeriksaaan penunjang sangat diperlukan.
Untuk penatalaksanaan muntah disesuaikan
dengan penyebab muntah, terapi yang dapat di berikan baik non farmakologi dan
farmakologi misalnya antasid, histamine 2 antagonis seperti simetidin, dan
ranitidine.
3.
Nyeri
berkemih
a. Penyebab
nyeri berkemih
Organisme
yang menyebabkan infeksi saluran kemih berasal dari flora normal perineum.
Telah terdapat bukti bahwa beberapa galur Escherichia
coli memiliki pili yang meningkatkan virulensinya (Svanborg-Eden, 1982).
Pada
masa nifas dini, sensitivitas kandung kemih terhadap tegangan air kemih dalam
vesika sering menurun akibat trauma persalinan atau analgesia epidural atau
spinal. Sensasi perengangan kandung
kemih juga mungkin berkurang akibat rasa tidak nyaman yang ditimbulkan oleh
episiotomi yang lebar, laserasi periuretra, atau hematom dinding vagina.
Setelah melahirkan, terutama saat infus oksitosin dihentikan, terjadi diuretis
yang disertai peningkatan produksi urine dan distensi kandung kemih.
Overdistensi yang disertai kateterisasi untuk mengeluarkan air kemih sering
menyebabkan infeksi saluran kemih.
b. Penatalaksanaan
1)
Ambil sampel urin tengah, untuk pemeriksaan
urin. Kaji frekuensi, urgensi, dan jumlah pengeluaran urin untuk menilai fungsi
kandung kencing. Inspeksi warna urin ( hematuria ), bau, kekeruhan ( kental
atau encer ).
2)
Menganjurkan ibu untuk berkemih setiap 2 –
4 jam, dan mengosongkan kandung kemih secara tuntas, sediakan kompres es untuk
perineum selama 1 jam setelah kelahiran, untuk mengurangi pembentukan edema dan
memfasilitasi berkemih.
3)
Kaji bila terdapat rasa sakit menyengat dan
rasa panas pada saat berkemih.
4)
Ibu sebaiknya sedikitnya minum 8 gelas
cairan khususnya air setiap hari.
5)
Kaji bila ada keluhan ketidaknyaman pada
area suprapubik atau abdomen bagian bawah, nyeri punggung bagian bawah atau
nyeri berat pada panggul.
6)
Bila ibu mengalami demam, anjurkan mandi
dengan air hangat dan berikan obat antipiretik.
7)
Menjelaskan pada ibu, bahwa obat – obatan
yang diresepkan bisa merubah warna urine.
8)
Kaji tanda – tanda vital 4 jam dan bila ada
pengaruh pada tanda sistemik.
9)
Menganjurkan ibu untuk menjaga personal
higiene.
B.
Perubahan
Payudara
1.
Payudara
bengkak
Payudara
bengkak yang tidak disuse adekuat dapat menyebabkan payudara menjadi merah,
panas, terasa sakit dan akhirnya terjadi mastitis. Putting lecet akan
memudahkan masuknya kuman dan terjadi payudara bengkak. BH/bra yang terlalu
kuat mengakibatkan engorgement
segmental. Bila payudara ini tidak disusukan dengan adekuat, dapat terjadi
mastitis.
Ibu
yang dietnya buruk, kurang istirahat, dan anemia mudah mengalami infeksi.
Gejala gangguan ini meliputi :
a. Bengkak
dan nyeri pada seluruh payudara atau local
b. Kemerahan
pada seluruh payudara atau hanya local
c. Payudara
keras dan berbenjol-benjol (merongkol)
d. Panas
badan dan rasa sakit umum
Penatalaksanaan :
a. Menyusui
tetap dilanjutkan. Pertama, bayi disusukan pada payudara yang sakit selama dan
sesering mungkin. Hal ini dilakukan agar payudara kosong. Selanjutnya, susukan
bayi pada payudara yang normal
b. Beri
kompres panas. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan shower hangat atau
lap basah panas pada payudara yang terkena
c. Ubah
posisi menyusui dari waktu ke waktu, yaitu dengan posisi berbaring, duduk, atau
posisi memegang bola (football position)
d. Pakai
BH/bra longgar
e. Istirahat
yang cukup dan makan makanan yang bergizi
f. Banyak
minum (2 liter per hari)
Dengan
penatalaksanaan tersebut, biasanya peradangan akan menghilang setelah 48 jam,
dan jarang sekali yang menjadi abses. Tetapi bila dengan cara-cara tersebut
tidak ada perbaikan setelah 12 jam, ibu perlu diberi antibiotic selama 5-10
hari dan analgesik.
2. Putting susu lecet
Sebanyak 57% ibu yang menyusui
dilaporkan pernah menderita kelecetan pada putting.
Penyebab
lecet tersebut adalah sebagai berikut :
a.
Kesalahan dalam teknik menyusui, bayi
tidak menyusu sampai areola tertutup oleh mulut bayi. Bila bayi hanya menyusu
pada putting susu, maka bayi akan mendapat ASI sedikit, karena gusi bayi tidak
menekan pada sinus latiferus, sedangkan pada ibunya akan menjadi
nyeri/kelecetan pada putting susu.
b.
Monoaliasis pada mulut bayi yang menular
pada putting susu ibu.
c.
Akibat dari pemakaian sabun, alcohol,
krim atau zat lainnya untuk mencuci putting susu.
d.
Bayi dengan tali lidah yang pendek
(frenulum lingue), sehingga menyebabkan bayi sulit menghisap sampai ke kalang
payudara dan isapan hanya pada putting susu saja.
e.
Rasa nyeri juga dapat timbul apabila ibu
menghentikan menyusui dengan kurang berhati-hati
Penatalaksanaan
:
a.
Bayi harus disusukan terlebih dahulu
pada putting yang lecetnya lebih sedikit. Untuk menghindari tekanan local pada
putting, maka posisi menyusu harus sering dirubah. Untuk pting yang sakit
dianjurkan mengurangi frekuensi dan lamanya menyusui. Di samping itu, kita
harus yakin bahwa teknik menyusui yang digunakan bayi benar, yaitu harus
menyusu sampai ke kalang payudara. Untuk menghindari payudara yang bengkak, ASI
dikeluarkan dengan tangan pompa, kemudian diberikan dengan sendok, gelas dan
pipet.
b.
Setiap kali setelah menyusui bekas ASI
tidak perlu di bersihkan, tetapi diangin-anginkan sebantar agar melembutkan
putting sekaligus sebagai anti infeksi.
c.
Jangan menggunakan sabun, alcohol, atau
zat iritan lainnya untuk membersihkan payudara.
d.
Pada putting susu bisa dibubuhkan minyak
lanolin atau minyak kelapa yang telah dimasak terlebih dahulu.
e.
Menyusui lebih sering (8-12 kali dalam
24 jam), sehingga payudara tidak sampai
terlalu penuh dan bayi tidak begitu lapar juga tidak menyusu terlalu rakus.
f.
Periksakanlah apakah bayi tidak
menderita moniliasis yang dapat menyebabkan lecet pada putting susu ibu. Jika
ditemukan gejala moniliasis dapat diberikan nistatin.
Pencegahan
:
a.
Tidak membersihkan putting susu dengan
sabun, alcohol, krim atau zat-zat iritan lainnya.
b.
Sebaiknya untuk melepaskan putting dari
isapan bayi pada saat bayi selesai menyusu, tidak dengan memaksa menarik
putting, tetapi dengan menekan dagu atau dengan memasukkan jari kelingking yang
bersih ke mulut bayi.
c.
Posisi menyusu harus benar, yaitu bayi
harus menyusu sampai ke kalang payudara dan menggunakan kedua payudara.
3. Saluran susu tersumbat
Berikut ini akan dijelaskan penyebab,
gejala, penatalaksanaan dan pencegahan saluran susu yang tersumbat.
Penyebab
:
Hal-hal
yang menjadi penyebab saluran susu tersumbat adalah sebagai berikut :
a.
Tekanan jari ibu yang terlalu kuat pada
waktu menyusui.
b.
Pemakaian bra yang terlalu ketat.
c.
Komplikasi payudara bengkak, yaitu susu
terkumpul tidak segera dikeluarkan, sehingga terbentuklah sumbatan.
Gejala
:
Gejala
yang dirasakan adalah sebagai berikut :
a.
Pada wanita yang kurus, gejalanya
terlihat dengan jelas dan lunak pada perabaan.
b.
Payudara pada daerah yang mengalami
penyumbatan terasa nyeri dan bengkak yang terlokalisir.
Penatalaksanaan
:
Saluran
susu yang tersumbat ini harus dirawat, sehingga benar-benar sembuh, untuk
menghindari terjadinya radang payudara (mastitis)
Adapun
cara untuk merawat payudara adalah sebagai berikut :
a.
Untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak,
dapat dilakukan masase serta kompres panas dan dingin secara bergantian.
b.
Bila payudara masih terasa penuh, ibu
dianjurkan untuk mengeluarkan ASI dengan tangan atau dengan pompa setiap kali
selesai menyusui.
c.
Ubah posisi-posisi menyusui untuk
melancarkan aliran ASI.
Pencegahan
:
Pencegahan
yang dapat dilakukan agar payudara tidak tersumbat adalah sebagai berikut :
a.
Perawatan payudara pascapersalinan
secara teratur, untuk menghindari terjadinya statis aliran ASI.
b.
Sering merubah posisi menyusui.
c.
Mengenakan bra yang menyangga, bukan
menekan.
4. Mastitis
Mastitis
adalah radang pada payudara.
Penyebab
:
Penyebab
terjadinya mastitis adalah sebagai berikut :
a.
Payudara bengkak yang tidak disusukan
secara adekuat, akhirnya terjadi mastitis.
b.
Putting lecet akan memudahkan masuknya
kuman dan terjadinya payudara bengkak.
c.
Bra yang terlalu ketat mengakibatkan
segmental engorgement, jika tidak disusui dengan adekuat, maka bisa terjadi
mastitis.
d.
Ibu yang dietnya buruk, kurang
istirahat, dan anemia akan mudah terkena infeksi.
Gejala
:
Gejala-gejala
yang dirasakan adalah sebagai berikut :
a.
Bengkak, nyeri pada seluruh
payudara/nyeri local.
b.
Kemerahan pada seluruh payudara atau
hanya local.
c.
Payudara keras dan berbenjol-benjol.
d.
Panas badan dan rasa sakit umum
5. Abses payudara
Harus dibedakan antara mastitis dengan
abses. Abses payudara merupakan kelanjutan/komplikasi dari mastitis. Hal ini
disebabkan karena meluasnya peradangan dalam payudara tersebut.
Gejala
:
Gejala
yang dirasakan oleh ibu dengan abses payudara adalah sebagai berikut :
a.
Ibu tampak lebih parah sakitnya.
b.
Payudara lebih merah dan mengkilap.
c.
Benjolan lebih lunak karena berisi nanh,
sehingga perlu diinsisi untuk mengeluarkan nanah tersebut.
Penatalaksanaan
:
Penatalaksanaan
pada klien dengan abses payudara adalah sebagai berikut :
a.
Teknik menyusui yang benar.
b.
Kompres air hangat dan dingin.
c.
Terus menyusui pada mastitis.
d.
Susukan dari yang sehat.
e.
Senam laktasi.
f.
Rujuk.
g.
Pengeluaran nanah dan pemberian
antibotik bila abses bertambah.
Bila
terjadi abses, menyusui dihentikan, tetapi ASI tetap dikeluarkan.
C.
Kehilangan
Nafsu Makan
Sesudah bayi lahir, ibu akan merasa lelah dan
mungkin juga lemas karena kehabisan tenaga. Hendaknya ibu lekas diberi minuman
hangat, susu, kopi atau the yang bergula. Apabila ibu menghendaki makanan, berikan
makanan yang sifatnya ringan. Walaupun lambung dan alat pencernaan tidak
terlibat langsung dalam proses persalinan, tetapi fungsi pencernaan dipengaruhi
oleh proses persalinan. Organ pencernaan memerlukan waktu istirahat untuk
memulihkan keadaannya. Oleh karena itu, tidak benar bila ibu diberi makanan
terlalu banyak, walaupun ibu menginginkannya. Akan tetapi, biasanya disebabkan
oleh adanya kelelahan yang amat berat, nafsu makan terganggu, sehingga ibu
tidak ingin makan sampai kelelahan hilang.
Penyebab
kehilangan nafsu makan :
1. Ibu
postpartum blues
2. Kurangnya
dukungan dari keluara (terutama suami)
3. Ibu
mengidap suatu penyakit dalam pencernaan atau anggota tubuh
4. Keadaan
ekonomis yang tidak mendukung
5. Kurang
istirahat
Penatalaksanaan
:
1. Dengan
pendekatan atau bimbingan psikiatri.
2. Anjurkan
ibu untuk memakan makanan yang segar dan bervariasi setiap hari, yaitu :
a. Makan
protein sumber nabati dan hewani, seperti : daging, ikan, telur,
kacang-kacangan dan ayam.
b. Makanan
sumber karbohidrat : beras, jagung, roti kentang dan ubi.
c. Sayuran
(seperti : bayam, kangkung) dan buah-buahan (seperti :jeruk, papaya, pisang dan
mangga).
3. Anjurkan
ibu untuk makan sedikit-sedikit namun sering.
4. Anjurkan
ibu untuk minum obat penambah darah, dan vitamin yang diberikan dari tempat bersalin
(rumah sakit).
D.
Perubahan
pada Ekstremitas
Bila terjadi gejala ini, periksa adanya varises,
periksa kemerahan pada betis, dan periksa
apakah tulang kering, pergelangan kaki, atau kaki mengalami edema
(perhatikan adanya edema putting, jika ada).
Penyebab (causa) edema adalah adanya kongesti, obstruksi
limfatik, permeabilitaskapiler yang bertambah, hipoproteinemia, tekanan osmotic
koloid dan retensi natrium dan air. Diantaranya :
1.
Adanya kongesti pada kondisi vena yang
terbendung (kongesti), terjadi peningkatan tekanan hidrostatik intra vaskula
(tekanan yang mendorong darah mengalir di dalam vaskula oleh kerja pompa
jantung) menimbulkan perembesan cairan plasma ke dalam ruang interstitium.
Cairan plasma ini akan mengisi pada sela-sela jaringan ikat longgar dan rongga
badan.
2.
Obstruksi limfatik apabila terjadi gangguan
aliran limfe pada suatu daerah (obstruksi/penyumbatan), maka cairan tubuh yang
berasal dari plasma darah dan hasil metabolisme yang masuk ke dalam saluran
limfe akan tertimbun (limfedema). Limfedema ini sering terjadi akibat
mastek-tomi radikal untuk mengeluarkan tumor ganas pada payudara atau akibat
tumor ganas menginfiltrasi kelenjar dan saluran limfe. Selain itu, saluran dan
kelenjar inguinal yang meradang akibat infestasi filaria dapat juga menyebabkan
edema pada scrotum dan tungkai (penyakit filariasis atau kaki
gajah/elephantiasis).
3.
Permeabilitas kapiler yang bertambah
Endotel kapiler merupakan suatu membran semi permeabel yang dapat dilalui oleh
air dan elektrolit secara bebas, sedangkan protein plasma hanya dapat
melaluinya sedikit atau terbatas. Tekanan osmotic darah lebih besar dari pada
limfe.
Daya permeabilitas ini bergantung kepada substansi yang mengikat sel-sel endotel tersebut. Pada keadaan tertentu, misalnya akibat pengaruh toksin yang bekerja terhadap endotel, permeabilitas kapiler dapat bertambah. Akibatnya ialah protein plasma keluar kapiler, sehingga tekanan osmotic koloid darah menurun dan sebaliknya tekanan osmotic cairan interstitium bertambah. Hal ini mengakibatkan makin banyak cairan yang meninggalkan kapiler dan menimbulkan edema. Bertambahnya permeabilitas kapiler dapat terjadi pada kondisi infeksi berat dan reaksi anafilaktik.
Daya permeabilitas ini bergantung kepada substansi yang mengikat sel-sel endotel tersebut. Pada keadaan tertentu, misalnya akibat pengaruh toksin yang bekerja terhadap endotel, permeabilitas kapiler dapat bertambah. Akibatnya ialah protein plasma keluar kapiler, sehingga tekanan osmotic koloid darah menurun dan sebaliknya tekanan osmotic cairan interstitium bertambah. Hal ini mengakibatkan makin banyak cairan yang meninggalkan kapiler dan menimbulkan edema. Bertambahnya permeabilitas kapiler dapat terjadi pada kondisi infeksi berat dan reaksi anafilaktik.
4.
Hipoproteinemia, menurunnya jumlah protein
darah (hipoproteinemia) menimbulkan rendahnya daya ikat air protein plasma yang
tersisa, sehingga cairan plasma merembes keluar vaskula sebagai cairan edema.
Kondisi hipoproteinemia dapat diakibatkan kehilangan darah secara kronis oleh
cacing Haemonchus contortus yang menghisap darah di dalam mukosa lambung
kelenjar (abomasum) dan akibat kerusakan pada ginjal yang menimbulkan gejala
albuminuria (proteinuria, protein darah albumin keluar bersama urin)
berkepanjangan. Hipoproteinemia ini biasanya mengakibatkan edema umum.
5.
Tekanan osmotic koloid, tekanan osmotic
koloid dalam jaringan biasanya hanya kecil sekali, sehingga tidak dapat melawan
tekanan osmotic yang terdapat dalam darah. Tetapi pada keadaan tertentu jumlah
protein dalam jaringan dapat meninggi, misalnya jika permeabilitas kapiler bertambah.
Dalam hal ini maka tekanan osmotic jaringan dapat menyebabkan edema. Filtrasi cairan
plasma juga mendapat perlawanan dari tekanan jaringan (tissue tension). Tekanan
ini berbeda-beda pada berbagai jaringan. Pada jaringan subcutis yang renggang
seperti kelopak mata, tekanan sangat rendah, oleh karena itu pada tempat
tersebut mudah timbul edema.
6.
Retensi natrium dan air, retensi natrium
terjadi bila eksresi natrium dalam kemih lebih kecil dari pada yang masuk
(intake). Karena konsentrasi natrium meninggi maka akan terjadi hipertoni.
Hipertoni menyebabkan air ditahan, sehingga jumlah cairan ekstraseluler dan
ekstravaskuler (cairan interstitium) bertambah. Akibatnya terjadi edema. Retensi natrium
dan air dapat diakibatkan oleh factor hormonal (penigkatan aldosteron pada
cirrhosis hepatis dan sindrom nefrotik dan pada penderita yang mendapat
pengobatan dengan ACTH, testosteron, progesteron atau estrogen).
Penatalaksanaan :
1.
Hindari
posisi berbaring terlentang.
2.
Hindari
posisi berdiri untuk waktu yang lama, istirahat dengan berbaring ke kiri dengan
kaki agak ditinggikan.
3.
Jika
perlu sering melatih kaki untuk ditekuk ketika duduk atau berdiri.
4.
Angkat
kaki ketika duduk atau beristirahat.
5.
Hindari
kaos kaki yang ketat.
6.
Lakukan
senam secara teratur.
E.
Perubahan
Psikologis
Beberapa penyesuaian dibutuhkan oleh wanita untuk
melakukan aktivitas dan peran barunya sebagai ibu pada minggu-minggu atau
bulan-bulan pertama setelah melahirkan, baik dari segi fisik mapun psikologis.
Sebagian wanita berhasil menyesuaikan diri dengan baik, tetapi sebagian lainnya
tidak berhasil menyesuaikan diri bahkan mengalami gangguan-gangguan psikologis,
antara lain sebagai berikut :
1. Postpartum Blues (Baby Blues)
a. Pengertian
postpartum blues
Postpartum
blues menurut Ambarwati (2009) adalah perasaan sedih yang
dialami oleh ibu setelah melahirkan, hal ini berkaitan dengan bayinya. Menurut
Cunningham (2006), postpartum blues
adalah gangguan suasana hati yang berlangsung selama 3-6 hari pasca melahirkan.
Postpartum blues sering disebut juga
dengan maternity blues atau baby syndrome, yaitu kondisi yang sering
terjadi dalam 14 hari pertama setelah melahirkan, dan cenderung lebih buruk
pada hari ketiga dan keempat (Suririnah, 2008).
Berdasarkan pengertian
dari beberapa sumber tersebut maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
postpartum blues adalah suasana hati
yang dirasakan oleh wanita setelah melahirkan yang berlangsung selama 3-6 hari
dalam 14 hari pertama pascamelahirkan, di mana perasaan ini berkaitan dengan
bayinya.
b. Gejala
postpartum blues menurut Ambarwati
(2009)
·
Menangis
·
Mengalami perubahan perasaan
·
Cemas
·
Khawatir
·
Kesepian
·
Penurunan gairah seksual
·
Kurang percaya diri terhadap
kemampuannya menjadi seorang ibu
c. Penyebab
postpartum blues
·
Factor hormonal, berupa perubahan kadar
estrogen, progesterone, prolactin, dan estriol yang terlalu rendah atau terlalu
tinggi. Kadar estrogen turun secara bermakna setelah melahirkan. Ternyata
estrogen memiliki efek supresi terhadap aktivitas enxim monoamine oksidase,
yaitu suatu enzim otak yang bekerja menginaktivasi, baik nonadrenalin maupun
serotonin yang berperan dalam suasana hati dan kejadian depresi.
·
Factor demografik, yaitu umut dan
paritas. Umur yang terlalu muda untuk melahirkan, sehingga dia memikirkan
tanggung jawabnya sebagai seorang ibu untuk mengurus anaknya. Sedangkan postpartum blues banyak terjadi pada ibu
primipara, mengingat dia baru memasuki perannya sebagai seorang ibu, tetapi
tidak menutup kemungkinan juga terjadi pada ibu yang pernah melahirkan, yaitu
jika ibu mempunyai riwayat postpartum
blues sebelumnya.
·
Pengalaman dalam proses kehamilan dan
persalinan. Kesulitan-kesulitan yang dialami ibu selama kehamilannya akan turut
memperburuk kondisi ibu yang tidak menyenangkan bagi ibu mencakup lamanya
persalinan serta intervensi medis yang digunakan selama proses persalinan,
seperti ibu yang melahirkan dengan cara operasi Caesar (Sectio Caesarea) akan dapat menimbulkan perasaan takut terhadap
peralatan operasi dan jarum. Ada dugaan bahwa semakin besar trauma fisik yang
terjadi selama proses persalinan, akan semakin besar pula trauma psikis yang
muncul.
·
Latar belakang psikososial wanita yang
bersangkutan, seperti tingkat pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang
tidak diinginkan, riwayat gangguan kejiwaan sebelumnya, status social ekonomi,
serta keadekuatan dukungan social dari lingkungannya (suami, keluarga dan
teman). Apakah suami, keluarga dan teman memberi dukungan moril (misalnya
dengan membantu dalam menyelesaikan pekerjaan rumah tangga atau beperan sebagai
tempat ibu mengadu/berkeluh kesah) selama ibu menjalani masa kehamilannya?
·
Fisik. Kelelahan fisik karena aktivitas
mengasuh bayi, menyusui, memandikan, mengganti popok, dan menimang sepanjang
hari bahkan tak jarang di malam buta sangatlah mengurus tenaga. Apalagi jika
tidak ada bantuan dari suami atau anggota keluarga yang lain.
d. Penatalaksanaan
postpartum blues
Tindakan yang dapat
dilakukan untuk mengatasi postpartum
blues pada ibu adalah :
·
Dengan meminta bantuan suami atau
keluarga jika ibu membutuhkan istirahat untuk menghilangkan kelelahan
·
Beritahu suami mengenai apa yang sedang
ibu rasakan, mintalah dukungan dan pertolongannya
·
Buang rasa cemas dan kekhawatiran ibu
akan kemampuan merawat bayi
·
Carilah hiburan dan luangkan waktu untuk
diri sendiri
2. Depresi
Postpartum
a. Pengertian
depresi postpartum
Depresi postpartum
hampir sama dengan baby blues syndrome,
perbedaan keduanya terletak pada frekwensi, intensitas serta durasi
berlangsungnya gejala-gejala yang timbul. Pada postpartum depression, ibu akan merasakan berbagai gejala yang ada
pada baby blues syndrome, tetapi
dengan intensitas yang lebih sering, lebih hebat serta lebih lama.
Depresi postpartum
dialami seorang ibu palinglambat 8 minggu setelah melahirkan, dan dalam kasus
yang lebih parah, bisa berlanjut selama setahun. Wanita yang menderita depresi postpartum
mempunyai kesulitan untuk menjalin ikatan batin dengan buah hati yang baru
dilahirkannya, sehingga ia pun membutuhkan terapi pengobatan dari seorang ahli
kejiwaan atau psikiater, dengan dukungan orang-orang terdekat.
b. Gejala
depresi postpartum
Gejala-gejala yang
timbul pada depresi postpartum adalah sebagai berikut :
·
Dipenuhi rasa sedih dan depresi yang
disertai dengan menangis tanpa sebab
·
Tidak memiliki tenaga atau hanya sedikit
saja
·
Tidak dapat berkonsentrasi
·
Ada perasaan bersalah dan tidak berharga
·
Menjadi tidak tertarik dengan bayi atau
terlalu memperhatikan dan mengkhawatirkan bayinya
·
Gangguan nafsu makan
·
Ada perasaaan takut untuk menyakiti diri
sendiri atau bayinya
·
Gangguan tidur
c. Penyebab
depresi postpartum
Pada intinya penyebab
depresi postpartum sama dengan penyebab baby
blues syndrome yang membedakan hanyalah karakteristik wanita yang beresiko
mengalami depresi postpartum. Berikut adalah karakteristik yang dimaksud :
1) Wanita
yang mempunyai riwayat depresi
2) Wanita
yang berasal dari keluarga yang kurang harmonis
3) Wanita
yng kurang mendapatkan dukungan dari suami atau orang-orang terdekatnya selama
hamil dan setelah melahirkan
4) Wanita
yang jarang berkonsultasi dengan dokter selama masa kehamilannya, misalnya
kurang komunikasi dan informasi
5) Wanita
yang mengalami komplikasi selama kehamilan
d. Penatalaksanaan
depresi postpartum
1) Screening test,
di luar negeri seperti di Belanda digunakan Endinburgh Postnatal Depression
Scale (EPDS) yang merupakan kuesioner dengan validitas teruji yang mampu mengukur
intensitas perubahan perasaan depresi selama 7 hari pascasalin.
Pertanyaan-pertanyaannya berhubungan dengan labilitas perasaan, kecemasan,
perasaan bersalah, serta mencakup hal-hal lain yang terdapat pada postpartum blues.
2) Dukungan
psikologis dari suami dan keluarga serta bidan atau petugas kesehatan lainnya.
3) Istirahat
yang cukup untuk mencegah dan mengurangi perubahan perasaan.
4) Dukungan
dari tenaga kesehatan, seperti dokter obstetric dan bidan/perawat sangat
diperlukan, misalnya dengan cara memberikan informasi yang memadai/adekuat
tentang proses kehamilan dan persalinan, termasuk penyulit-penyulit yang
mungkin timbul pada masa-masa tersebut berserta penanganannya.
5) Diperlukan
dukungan psikolog atau konselor jika keadaan ibu tanpak sangat menganggu. Dukungan
bisa diberikan melalui keprihatinan dan perhatian pada ibu. Selain itu ibu
dapat mencari psikiater, psikolog atau ahli kesehatan mental lainnya untuk melakukan konseling agar dapat
menemukan cara dalam menanggulangi dan memecahkan masalah serta menetapkan
tujaun realistis.
3. Postpartum
Psikosis/Postpartum Kejiwaan
a. Pengertian
postpartum psikosis
Postpartum psikosis
adalah masalah kejiwaan serius yang dialami ibu selepas bersalin dan ditandai
dengan agitasi yang hebat, pergantian perasaan yang cepat, depresi, dan delusi.
Wanita yang mengalami postpartum psikosis membuthkan perawatan segera dan
pengobatan dari psikiater. Pada tahap awal penyakitnya dan untuk meredakan
gejala sering kali ibu dengan postpartum psikosis harus dirawat inap di rumah
sakit.
b. Gejala
postpartum psikosis
1) Perasaan
yang diperintahkan oleh Tuhan atau kekuatan di luar diri untuk melakukan
hal-hal yang tidak biasa dilakukan, seperti merugikan diri sendiri atau bayi.
2) Perasaan
kebingungan yang intens.
3) Melihat
atau mendegar hal-hal yang lain yang tidak nyata.
4) Perubahan
mood atau tenaga yang ekstrem.
5) Ketidakmampuan
untuk merawat bayinya.
6) Memory lapses
(periode kebingungan yang serupa dengan amnesia).
7) Serangan
kegelisahan yang tak terkendali.
8) Pembicaraanya
tidak dapat dipahami atau mengalami gangguan komunikasi.
c. Penyebab
postpartum psikosis
Para ahli tidak
benar-benar yakin mengapa postpartum psikosis terjadi. Namun, mereka menawarkan
berbagai penjelasan mengenai terjadinya disorder,
dengan perubahan hormone. Alas an lain yang dapat dikemukakan atau factor yang
turut berkontribusi termasuk kurangnya dukungan social dan emosional, rasa
rendah diri karena perempuan postpartum memiliki rasa kurang memadai sebagai
seorang ibu, merasa terpencil dan sendiri, mengalami maslaah keuangan, serta
terjadi perubahan yang besar dalam kehidupan, seperti pindah rumah atau memulai
pekerjaan baru.
d. Penatalaksanaan
postpartum psikosis
Postpartum kejiwaan
dianggap menjadi darurat kesehatan mental. Oleh karena itu memerlukan perhatiansegera.
Hal ini dikarenakan wanita yang menderita penyakit kejiwaan tidak sellau mampu atau
bersedia untuk berbicara dengan seseorang tentang disorder-nya, mereka kadang-kadang membutuhkan pasangan atau
anggota keluarga yang lain ntuk membantu mereka mendapatkan penanganan medis
yang mereka butuhkan. Kondisi ini biasanya diatasi dengan pemberian obat,
biasanya obat antipsikosis dan terkadang
antidepresan dan/atau antiansietas. Banyak wanita yang juga dapat
merasakan manfaat dari konseling dan dukungan psikologis kelompok. Dengan
perawatan dengan baik, sebagian besar perempuan dapat pulih dari kekacauan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Periode pasca persalinan meliputi masa transisi
kritis bagi ibu, bayi dan keluarganya secara fisiologis, emosional dan social.
Macam-macam komplikasi pada masa nifas meliputi : demam, muntah dan nyeri saat
berkemih, perubahan pada payudara seperti payudara bengkak, putting susu lecet,
saluran susu yang tersumbat, mastitis dan abses payudara, kehilangan nafsu
makan yang disebabkan kelelahan pascapersalinan, perubahan pada ekstremitas,
rasa sakit, lunak, dan/atau pembengkakan di kaki serta perubahan psikologis
pada ibu nifas, ibu merasa sedih atau tidak mampu merawat bayinya dan merawat
dirinya sendiri.
Cara penanganan untuk masing-masing komplikasi yang
dialami oleh ibu nifas disesuaikan dengan kondisi ibu dan tingkat kegawatan
dari masing-masing komplikasi yang terjadi. Petugas kesehatan khususnya bidan
wajib berperan dalam upacaya pencegahan komplikasi yang tejadi pada masa nifas,
karena masa nifas merupakan fase yang sangat rawan terjadi komplikasi yang
berakibat pada kematian.
B.
Saran
Mahasiswa
kebidanan diharapkan mengetahui dan memahami masalah-masalah komplikasi yang
terjadi pada masa nifas karena merupakan salah satu masalah yang harus dikuasai karena berkaitan
dengan profesinya nanti. Dengan memahaminya tentu akan lebih mudah dalam
menerapkannya dalam kehidupan yang nyata.
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, kami selaku
penulis banyak berharap para pembaca bersedia memberikan kritik dan
saran yang tentunya membangun kepada kami. Semoga makalah ini dapat menjadi referensi bagi semua pihak
untuk dapat lebih mengembangkan ilmu asuhan kebidanan khusunya asuhan kebidanan
nifas dan menyusui. Serta dapat meningkatkan pelayanan kesehatan dalam upaya
pencegahan komplikas-komplikasi yang terjadi pada ibu nifas dan menyusui.
DAFTAR PUSTAKA
Saleha
Sitti, 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta. Salemba Medika
Bahiyatun,
2009. Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta EGC
Mansur
Herawati & Budiarti Temu. 2014. Psikologis IBU & ANAK. Jakarta. Salemba
Medika.
http://Deteksi
dini komplikasi pada masa nifas dan penangannya _ Irena Theresya.html
http://Midwifery
Abdi Nusantara Class B 2013 Kelompok 14
(Deteksi Dini Komplikasi Masa Niifas).html