Judul : 24 STANDAR
link : 24 STANDAR
24 STANDAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Suatu
pelayanan dikatakan bermutu jika penerapan semua persyaratan pelayanan
kebidanan dapat memuaskan pasien. Mutu pelayanan kebidanan berorientasi pada
penerapan kode etik dan standar pelayanan kebidanan, serta kepuasan yang
mengacu pada penerapan semua persyaratan pelayanan kebidanan.
Program
menjaga mutu prospektif adalah program menjaga mutu yang dilaksanakan sebelum
pelayanan kesehatan diselenggarakan. Pada bentuk ini, perhatian utama lebih
ditujukan pada unsur masukan serta lingkungan. Untuk menjamin terselenggaranya
pelayanan kesehatan yang bermutu, perlu diupayakan unsur masukan dan lingkungan
yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Prinsip pokok program menjaga
mutu prospektif sering dimanfaatkan dalam menyusun peraturan
perundang-undangan. Beberapa diantaranya yang terpenting adalah :
a.
Standarisasi: menjamin terselenggaranya pelayanan yang bermutu, ditetapkan
standarisasi pelayanan kesehatan /keperawatan
b.
Perijinan/licensure: standarisasi diikuti dengan perijinan
c. Sertifikasi
d.
Tindak lanjut perijinan akan diberikan setifikat/pengakuan kepada institusi
e. Akreditasi:
bentuk lain dari sertifikasi, nilainya lebih tinggi. Ditinjau secara berkala
Namun, dalam
bab ini kami hanya akan membahas mengenai standarisasi dalam program mutu
pelayanan kebidanan.
B. Rumusan
masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah dikemukakan maka rumusan masalah dalam penulisan ini
adalah :
a.
Apa pengertian standarisasi ?
b. Apa
syarat standar pelayanan kebidanan ?
c.
Bagaimana pengenalan syarat standar pelayanan kebidanan ?
d. Apa
standar pelayanan kebidanan ?
e.
Apa ruang lingkup pelayanan kebidanan ?
C. Tujuan
Penulisan
1.
Tujuan Umum
Tujuan umum
dari penulisan ini adalah mengetahui secara mendalam materi standarisasi dalam
program mutu pelayanan kebidanan.
2. Tujuan
Khusus
a. Untuk
mengetahui pengertian standarisasi
b. Untuk
mengetahui syarat standar pelayanan kebidanan
c. Untuk
mengetahui pengenalan syarat standar pelayanan kebidanan
d.
Untuk mengetahui standar pelayanan kebidanan
e. Untuk
mengetahui ruang lingkup pelayanan kebidanan
D. Manfaat
Penulisan
Diharapkan
kepada pembaca terutama mahasisiwi kebidanan untuk mengerti dan memahami tentang
standarisasi dalam program mutu pelayanan kebidanan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
STANDAR
a. Menurut Clinical Practice Guideline (1990)
Standar adalah
keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi dan sempurna
yang dipergunakan sebagai batas penerimaan minimal.
b. Menurut Donabedian (1980)
Standar adalah rumusan tentang penampilan atau nilai diinginkan yang mampu
dicapai,berkaitan dengan parameter yang telahditetapkan.
Secara luas, pengertian standar layanan
kesehatan adalah suatu pernyataan tentang mutu yang diharapkan, yaitu akan
menyangkut masukan, proses dan keluaran (outcome) sistem layanan
kesehatan. Standar layanan kesehatan merupakan suatu alat organisasi untuk
menjabarkan mutu layanan kesehatan ke dalam terminologi operasional sehingga
semua orang yang terlibat dalam layanan kesehatan akan terikat dalam suatu
sistem, baik pasien, penyedia layanan kesehatan, penunjang layanan kesehatan,
ataupun manajemen organisasi layanan kesehatan, dan akan bertanggung gugat
dalam menjalankan tugas dan perannya masing-masing.
Standar
Pelayanan Kebidanan meliputi 24 standar , yang dikelompokan menjadi 5 bagian
besar – yaitu :
1.
Standar Pelayanan Umum (2 standar)
2.
Standar Pelayanan Antenatal (6 standar)
3.
Standar Pelayanan Persalinan (4 standar)
4.
Standar Pelayanan Nifas (3 standar)
5.
Standar Penanganan Kegawatdaruratan Obstetri-neonatal (9 standar)
STANDAR PELAYANAN NIFAS
STANDAR 13. Perawatan Bayi Baru
Lahir.
Bidan memeriksa dan menilai bayi
baru lahir untuk memastikan pernafasan spontan mencegah hipoksia sekunder,
menemukan kelainan, dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai dengan
kebutuhan. Bidan juga harus mencegah atau menangani hipotermia.
Tujuan nya adalah menilai kondisi
bayi baru lahir dan membantu dimulainya pernafasan serta mencegah hipotermi,
hipoglikemi dan infeksi.
Dan hasil yang diharapkan adalah
bayi baru lahir menemukan perawatan dengan segera dan tepat. Bayi baru lahir
mendapatkan perawatan yang tepat untuk dapat memulai pernafasan dengan baik.
STANDAR
14. Penanganan Pada Dua Jam Pertama Setelah Persalinan.
Bidan melakukan pemantauan ibu dan
bayi terhadap terjadinya komplikasi dalam dua jam setelah persalinan, serta
melakukan tindakan yang diperlukan. Di samping itu, bidan memberikan penjelasan
tentangan hal-hal mempercepat pulihnya kesehatan ibu, dan membantu ibu untuk
memulai pemberian ASI.
Bidan harus
·
Segera kerngkan bayi segera stlah lahir, nilai ap bayi
sukar bernafas. Ikuti standart
25
·
Jika keadaan umum bayi baik letakkan bayi di dada ibu
selimuti bayi atau bungkus
bayi dengan kain yang kering dan bersih jaga
agar bayi tetap hangat
·
Raba fundus uteri lakukan masase uterus agar fundus
berkontraksi periksa setiap 15 menit
·
Jika perdarahan pervaginam banyak segera lakukan
tindakan sesuai dengan standart 22 agar tidak terlambat
·
Segera bantu ibu agar dapat menyusu, atur posisi bayi
agar melekat dan menghisap dengan benar
·
Cuci tangan dan lakukan pemeriksaan fisik pada bayi
berikan perawatan lain yang di perlukan bayi sesuai standart 13
·
Bila bayi tidak perlihatkan tanda kehdupan setelah
dilakukan resusitasi beritahu orang tua bayi. Berikan penjelasan secara
sederhana dan jujur. Biarkan orang tua melakaukan upacara untuk bayi meninggal
sesuai dengan adat atau kepercayaan mereka. Setelah orang tua bayi tenang
bantulah mereka dan perlakukan bayi mereka dengan penuh perhatian
·
Mintalah ibu untu buang air kecil dalam 2 jam pertama
setelah melahirkan, bila kantong kemih penuh dan ibu tidak dapatBAK lakukan
kateter
·
Bantu ibu bersihkan tubuhnya ganti pembalut dan
pakaian ibu. Berikan penjelasan perubahan- perubahan yang terjadi pasca
persalinan
·
Catat semua yang ditemukan
·
Sebelum meninggalkan ibu beritahu suami atau keluarga
bagaimana caranya meminta pertolongan jika terjadi gangguan
·
JANGAN meninggalkan ibu dan bayi sampai mereka dalam
keadaan baik dan semua catatan baik dan lengkap. Jika ada hal mengkhawatirkan
lakukan rujukan ke rumah sakit.
Tujuan nya adalah mempromosikan
perawatan ibu dan bayi yang bersih dan aman selama persalinan kala empat untuk
memulihkan kesehatan ibu dan bayi. Meningkatan asuhan sayang ibu dan sayang
bayi. Memulai pemberian ASI dalam waktu 1 jam pertama setelah persalinan dan
mendukung terjadinya ikatan batin antara ibu dan bayinya.
STANDAR 15. Pelayanan
Bagi Ibu Dan Bayi Pada Masa Nifas.
Bidan memberikan pelayanan selama
masa nifas melalui kunjungan rumah pada hari ketiga, minggu kedua dan minggu
keenam setelah persalinan, untuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui penanganan tali pusat yang benar;
penemuanan dini penanganan atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada
masa nifas; serta memberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum,
kebersihan perorangan, makanan bergizi, perawatan bayi baru lahir, pemberian
ASI, imunisasi dan KB.
PROSES
·
Pada kunjungan rumah sapalah ibu dan suami atau
keluarga pasien dengan ramah.
·
Tanyakan apakah ada masalah dengan ibu dan bayinya
·
Cuci tangan sebelum dan sesudah memeriksaibu dan bayi
·
Lakukanlah pemeriksaan lengkap bagi ibu dimulai KU,
status present, involusi uterus sekitar 2cm/hari selama 18 hari pertama,
periksa lokhea. Yang pada hari ketiga harusnya mulai berwarna kecoklatan dan
pada hari ke 8-10 hari menjadi sedikit dan berwarna merah muda jika ada
kelainan segera dirujuk(jika di curigai sepsis puerpuralis gunakan standart 24.
Untuk penangan perdarahan post partum sekunder gunakan standart 23.
·
Bila ibu menderita anemia semasa hamil atau mengalami
perdarahan berat selama proses persalinan
periksa Hb pada hari kerja.
Nasehati ibu supaya makan makanan bergizi dan berikan tablet tambah dara
·
Berikan penyuluhan kepada ibu tentang pentingnya
menjaga kesehatan diri, memakai pembalut bersih, mkanan bergizi, istrahat
cukup.
·
Cucilah tangan lalu periksa bayi
·
Perhatikan KU
bayi tanyakan pada ibu pemberian asi berapa kali bayi buang air dan bentuk
fesesnya.
·
Perhatikan warna kulit
·
Bicarakan pemberian ASI dengan ibu, dan bila mungkin
perhatikan apakah bayi menetek dengan baik
·
Nasehati ibu untuk hnya beri ASI pada bayi selama 4
bulan
·
Bicarakan tentang KB dan kapan sengggama dapat dimulai
·
Catat dengan tepat semua hal yang ditemukan
·
Jika ada hal
yang tidak normal segera rujuk ibu
Tujuannya adalah memberikan
pelayanan kepada ibu dan bayi sampai 42 hari setelah persalinan dan memberikan
penyuluhan ASI eksklusif.
STANDAR PENANGANAN KEGAWATAN
OBSTETRI DAN NEONATAL
Di samping standar untuk pelayanan
kebidanan dasar ( antenatal, persalinan dan nifas), di sini ditambahkan
beberapa standar penanganan kegawatan obstetri-neonatal. Seperti telah dibahas
sebelumnya, bidan diharapkan mampu melakukan penanganan keadaan gawat darurat obstetric-neonatal tertentu untuk penyelamatan jiwa ibu dan
bayi. Di bawah ini dipilih sepuluh keadaan gawat darurat obstetri-neonatal
yang paling sering terjadi dan sering menjadi penyebab utama kematian ibu/bayi
baru lahir.
STANDAR 16. Penanganan
Perdarahan Dalam Kehamilan, Pada Tri-mester III
Bidan mengenali secara tepat tanda
dan gejala perdarahan pada kehamilan, serta melakukan pertolongan pertama dan
merujuknya.
BIDAN HARUS
·
Memeriksa dan merujuk ibu hamil perdarahan dari jalan
lahir
·
Berikan penyuluhan bahaya perdarahan dari jalan lahir
sebelum bayi lahir kepada ibu dan suami atau keluarga pada setiap kunjungan
·
Nasehati ibu
hamil suami atau keluarganya untuk memanggil bidan bila terjadi perdarahan atau
nyeri hebat di daerah perut kapan pun dalam kehamilan
·
Lakukan
penilaian ku ibu dan perkirakan usia kehamilannya
·
Hindari periksa dalam
·
Berikan cairan IV Nacl atau RL dengan tetesan cepat
sesuai kondisi ibu
·
Bila terlihat tanda syok segera rujuk ibu ke Rumah
sakit
·
Buat catatan lengkap
·
Dampingi ibu yang di rujuk
Ikuti
langkah-langkah merujuk
Tujuan dari dilakukannya standar ini
adalah mengenali dan melakukan tindakan secara tepat dan cepat perdarahan pada
trimester tiga.
Hasil yang diharapkan dari kemampuan
bidan dalam menerapkan standar ini adalah ibu yang mengalami perdarahan
kehamilan trimester tiga dapat segera mendapatkan pertolongan, kematian ibu dan
janin akibat perdarahan pada trimester tiga dapat berkurang , dan meningkatnya
pemanfaatan bidan sebagai sarana konsultasi ibu hamil.
STANDAR
17. Penanganan Kegawatan Pada Eklamsia.
Bidan mengenali secara tepat tanda
dan gejala eklamsia mengancam. Serta merujuk dan atau memberikan pertolongan
pertama.
BIDAN HARUS
·
Selalu waspada terhadap gejala dan tanda eklamsia
·
Catat tekanan darah ibu
·
Cari pertolongan segera untuk mengatur rujukan ibu ke
rumah sakit
·
Baringkan ibu pada posisi miring kiri
·
Berikan cairan IV dengan tetesan lambat dan catat
semua cairan yang masuk dan keluar
·
Jika terjadi kejang, letakkan ibu dilantai dan jauhkan
dari bendayang dapat melukainya
·
Jika terjadi kejang berikan MgSO4 sesuai pedoman
8.
Bila ibu mengalami koma, pstikan posisi ibu dibaringkan miring kiri, dengan
kepala sedikit ditengadahkan agar jalan nafas sedikit terbuka
9.
Catat semua obat yang diberikan , keadaan ibu , termasuk tekanan darahnya
setiap 10 menit
10. Bawa segera
ibu kerumah sakit setelah serangan kejang berhenti dampingi ibu dalam
perjalanan dan berikan obat-obatan lagi jika perlu
Tujuan dilaksanakan satandar ini
adalah mengenali tanda gejala preeklamsia berat dan memberikan perawatan yang
tepat dan memadai. Mengambil tindakan yang tepat dan segera dalam penanganan
kegawat daruratan bila eklamsia terjadi.
Hasil yang diharapkan yaitu
penurunan kejadian eklamsia. Ibu hamil yang mengalami preeklamsia berat dan
eklamsia mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat. Ibu dengan tanda-tanda
preeklamsia ringan mendapatkan perawatan yang tepat. Penurunan kesakitan dan
kematian akibat eklamsia.
STANDAR
18. Penanganan Kegawatan Pada Partus
Lama/Macet
Bidan mengenali secara tepat tanda
dan gejala partus lama/macet serta melakukan penanganan yang memadai dan tepat
waktu atau merujuknya.
·
Pantau dan catat secara berkala keadaan ibu dan janin
dalam lembar partograf
·
Jika pencatatan
melewati garis waspada maka lalukan
palpasi uterus dengan teliti untuk mendeteksi gejala gejala dan tanda bandl
ring
·
Minta ibu buang air kecil bila kantong kemih penuh
·
Cuci tangan, lakukan periksa dalam menggunakan sarung tangan ingat selalu selalu
tindakan antiseptic
·
Jika ada tanda gejala persalinan macet atau tanda
bahaya pada bayi atau ibu maka ib dibarigkan ke kiri dan berikan cairan iv
sesuai pedoman
·
Jika dicurigai adanya rupture uteri (his tiba-tiba
berhenti atau syok berat) maka rujuk segera dengan infuse terpasang
·
Bila kondisi ibu/bayi buruk dan pembukaan serviks
sudah /hampir lengkap maka bantu kelahiran bayi dengan vacum ekstraksi.
·
Bila keterlambatan kelahiran bayi terjadi (distosia
bahu) raba perut ibu dan periksa apakah bahu sudah berada do bawah pintu atas
panggul. Jika belum maka trkan perut ibu dengan satu tangan dan lihat apakah
bahu bayi masuk,jangan memaksa bahu bayi masukkedalam pelvis sebab tindakan itu
berbahaya. Jangan mencoba menarik bahu keluar sebelum bahu bayi dalam posisi
yang benar.
·
Buat pencatatan yang benar
·
Bila terdapat tanda-tanda lelelaha ibu berikan
tambahan infuse dextrose 5%
Tanda gejala persalinan macet :
a) Ibu tampak
kelelahan dan lemah
b) Kontraksi
sering, tidak teratur tetapi kuat
c) Dilatasiserviks lambat atau tidak terjadi
d) Lingkaran
retraksi patologis timbul, nyeri di
bawah lingkaran bandl ring merupakan tanda akan terjadi rupture uterus.
Tujuan nya adalah untuk mengetahui
segera dan penanganan yang tepat keadaan daruratpada partus lama/macet.
Hasil yang diharapkan yaitu
mengenali secara dini tanda gejala partus lama/macet serta tindakan yang tepat.
Penggunaan patograf secara tepat dan seksama untuk semua ibu dalam proses
persalinan. Penurunan kematian/kesakitan ibu dan bayi akibat partus lama/macet.
STANDAR 19. persalinan dengan penggunaan Vakum Ekstraktor
Bidan mengenali kapan diperlukan
ekstraksi vakum,melakukannya secara benar dalammemberikan pertolongan
persalinan dengan memastikan keamnannya bagi ibu dan janin
Bidan harus :
·
Pastikan bahwa memang perlu dilakukan forsep letak
rendah
Syarat : paling sedikit 4/5 kepala bayi sudah masuk
dalam panggul
a) Pembukaan
serviks sudah lengkap
b) Ketuban
harus sudah pecah dan sutura sagitalis harus dalam posisi anterior-posterior
c) Forsep
rendah bermanfaat :
d) Bila ada
gejala dan tanda gawat janin pada pembukaan serviks lengkap
e) Bila ada gawat ibu dan pertolongan medis tidak
ada
f) Bila kala II
lama dan kepala bayi sudah di bawah
spina isciadika
g) Bila ada
alasan medis untuk memperpendek kala II
·
Siapkan peralatan forsep yang telah disterilkan
·
Mintalah ibu untuk buang air kecil jika kandung
kemihnya penuh
·
Bringkan ibu pada posisi litotomi, bersihkan daerah
genitalia dengan air bersih
·
Cuci tangan dengan sabun air bersih dan keringkan
dengan handuk bersih
·
Perisa semua peralatan apakah berfungsi, terutama
kedua bagian forsep terdapat terkunci dengan baik.
·
Dengan tehnik antiseptik, lakukan periksa dalam untuk
kemudian masukkan forsep kiri mengikuti tangan kiri yang melindungi dinding
vagina, sampai forsep berada di samping kapala bayi
·
Masukkan forsep kanan mengikuti tangan kanan yang
melindungi dinding vagina
·
Kunci kedua bagian forsep tanpa paksaan
·
Lakukan episiotomi jika perlu
·
Jika forsep sudah terkunci tunggu his berikutnya lalu
selama his berlangsung lakukan traksi
kearah bawah sampai kepala tampak keluar
·
Lepaskan forsep bila kepala sudah lahir
·
Selama melakukan tindakan bidan hendaknya menerangkan
kepada ibu apa yang dilakukan dengan cara yang baik dan bersahabat
·
Lanjutkan melahirkan bayi seperti biasa ketika kepala
sudah lahir dan forsep sudah dilepas
·
Segera setelah bayi lahir periksa dinding vagina
dengan teliti apakah ada tanda/gejala perlukaan/robekan
·
Bila ada robekan jahit dengan alat-alat steril
·
Periksa bayi dengan teliti apakah ada perlukaan atau
trauma akibat forsep
·
Periksa ibu apakah sudah bisa buang air kecil secara
normal setelah persalinan dan periksa apakah tidak terjadi kerusakan
uretra/leher kandung kemih
·
Jika ada retensi urine/tanda dan gejala terjadinya
fistula maka masukkan kateter lunak dan kirim segera ibu kerumah sakit
·
Amati adanya hematoma yang timbul setelah persalinan
·
Buat catatan lengkap
Tujuan penggunaan vakum yaitu untuk
mempercepat persalinan dalam keadaan tertentu. Hasil yang diharapkan yaitu
penurunan kesakitan atau kematian akibat persalinan lama. Ibu mendapatkan
penanganan darurat obstetric yang cepat .
STANDAR 20. Penanganan
Retensio Plasenta
Bidan mampu mengenali retensio
plasenta dan memberikan pertolongan pertama termasuk plasenta manual dan
penangan perdarahan sesuai dengan kebutuhan
Bidan mampu
:
·
Pastikan bahwa ekstraksi vakum memang perlu dilakukan
·
Siapkan semua peralatan dan hubungan satu dangan yang
lain
·
Cuci tangan
dengan sabun, air bersih dan keringkan dengan handuk bersih
·
Baringkan ibu pada posisi litotomi
·
Mintalah ibu untuk BAK jika kandung kencingnya penuh
·
Dengan tehnik aseptik lakukan periksa dalam dengan
hati-hati untuk mengukur pembukaan serviks dan menilai apakah ketuban sudah
pecah
·
Jika pembukaan serviks lebih dari7 cm letakkan mangkuk
yang tepat ukurannya pada puncak kepala bayi
·
Mulailah menghisap sesuai dengan petunjuk penggunaan
alat
·
Periksa kembali apakah dinding vagina dan serviks
bebas dari amngkuk penghisap
·
Pada his berikut naikkan hisapan lebih lanjut jangan
pernah melebihi tekanan maksimum 600 mmHg
·
Lakukan tarikan pelan tapi mantap
·
Mintalah ibu meneran jika ada his seprti pada
persalinan normal
·
Bila his
berhenti bidan harus menghentikan tarikan
·
Jelaskan dengan hati-hati dan ramah kepada ibu apa
yang sedang dilakukan
·
Bila kepala sudah turun diperineum lakuka tarikan
kearah horizontal lalu keatas pada sudut 90o dari mangkik penghisap
·
Lakukan
episiotomi bila dasar panggul sudah sangat teregang
·
Bila kepala sudah lahir pelan-pelan turunkan tekanan
vakum lalu lanjutkan pertolongan persalinan biasa
·
Setelah bayi lahir periksa dengan teliti dinding
vagina terhadap robekan atau perlukaan
·
Jika perlu
jahit robekan dengan menggunakan peralatan dan sarung tangan steril
·
Periksa bayi dengan teliti terhadap luka/trauma akibat
mangkuk penghisap
·
Pastikan apakah
ibu dapat BAK dengan normal sesudah
melahirkan dan apakah tidak ada kerusakan pada uretra
·
Jika terjadi retensi urine pasang kateter lunak dan
rujuk ibu
·
Amati kemungkinan terjadi hematoma sesudah persalinan
·
Buat pencatatan yang akurat
Hasil yang diharapkan ialah
penurunan kejadian retensio plasenta. Ibu dengan retesio plasenta mendapatkan
penanganan yang cepat dan tepat. Penyelamatan ibu dengan retensio plasenta
meningkat.
STANDAR
21. Penangan
Perdarahan Postpartum Primer
Bidan
mampu mengenali perdarahan yang berlebuhan dalam 24 pertama setelah persalinan
(perdarahan postpartum primer) dan segera melakukan pertolongan pertama untuk
mengendalikan perdarahan.
Bidan harus :
·
Amati adanya tanda dan gejala retensio plasenta
·
Bila plasenta tidak lahir dan kontraksi uterus kurang
baik berikan oksitosin 10 IU secara IM
·
Jika dengan tindakan tersebut plasenta belum lahir
rujuk ibu
·
Bila terjadi perdarahan dan kontraksi uterus sudah
baik maka lahirkan segera plasenta secara manual, bila tidak berhasil lakukan
rujukan segera dengan infus terpasang
·
Berikan cairan NaCl atau RL secara guyur untuk menggan
ti cairan yang hilang dan pertahankan nadi dan tekanan darah
·
Siapkan peralatan untuk melakukan tehnik manual yang
harus dilakukan aseptik
·
Baringkan ibu terlentang dengan lutut ditekuk dan
kedua kaki di tempat tidur
·
Jelaskan kepada ibu apa yang harus dilakukan dan jika
ada berikan diasepam 10 mg
·
Cuci tangan dengan sabun, air bersih dan handuk bersih
·
Masukkan tangan kanan dengan hati-hati
·
Ketika tangan kanan sudah mencapai plasenta, letakkan
tangan kiri diatas fundus agar uterus tidak naik
·
Bila plasenta sudah terlepas dengan lengkap keluarkan
plasenta dengan hati-hati dan perlahan
·
Bila plasenta sudah lahir segera lakukan masase uterus
·
Periksa
kelengkapan plasenta
·
Periksa robekan terhadap vagina
·
Bersihkan ibu agar ibu merasa nyaman
·
Jika ragu kelengkapan plasenta atau jika perdarahan
tidak terkendali rujuk ibu
·
Buat pencatatan yang akurat
Hasil yang diharapkan yaitu
penurunan kematian dan kesakitan ibu akibat perdarahan post partum primer.
Meningkatkan pemanfaatan pelayanan bidan. Merujuk secara dini pada ibu yang
mengalami perdarahan post partum primer.
STANDAR 22. Penanganan Perdarahan Postpartum
Sekunder
Bidan mampu mengenali secara tepat
dan dini tanda serta gejala perdarahan postpartum sekunder, dan melakukan
pertolongan pertama untuk penyelamatan jiwa ibu dan atau merujuknya.
Bidan harus
:
·
Periksa gejala dan tanda perdarahan post partum primer
·
Bila plasenta sudah lahir tetapi perdarahan masih
berlangsung palpasi fundus
·
Jika uterus berkontraksi baik perdarahan mungkin
berasal dari plasenta atau selaput ketuban yang tidak lahir secara lengkap
·
Monitor nadi, respirasi dan tensi secara teratur,
pasang infus sesuai ketentuan
·
Jika uterus tetap tidak berkontraksi setelah
panatalaksaan diatas, lakukan rujukan segera
·
Jika terdapat gejala dan tanda-tanda syok, berikan
infus cairan sesuai dengan ketentuan
·
Bila perdarahan tetap berlangsung dan kontraksi uterus
tetap tidak ada, maka kemungkinan terjadi rupture uteri
Kompresi bimanual uterus (dari luar)
·
Letakkan tangan kiri diatas fundus dan tekan kebawak
sejauh mingkin di balakang uterus
·
Tangan kanan dikepalkan dan di tekan ke bawah diantara
simfisis dan pusat
·
Lakukan cara diatas kemudian tekan uterus dengan kedua
tangan secara bersama-sama
Kompresi bimanual uterus (dari
dalam)
·
Cuci tangan dengan sabun dan air bersih
·
Letakkan tanan kiri seperti diatas (menekan fundus
uteri dari luar)
·
Masukkan tangan kanan dengan hati-hati kedalam vagina
dan buat kepalan tinju
·
Kedua tangan
didekatkan dan secara bersama-sama menekan uterus
·
Lakukan tindakan ini sampai diperoleh pertolongan
lebih lanjut, bila diperlukan
·
Bila kompresi bimanual pada uterus tidak berhasil,
cobalah kompresi aorta
·
Perkirakan jumlah perdarahan yang keluar dan cek
dengan teratur denyut nadi, respirasi dan tekanan darah
·
Buat catatan yang
akurat
·
Jika syok tidak dapat diperbaiki, maka segera rujuk
·
Jika perdarahan berhasil dikendalikan, ibu harus
diobservasi ketat untuk gejala dan tanda inveksi
Kompresi manual pada aorta
Kompresi manual pada aorta hanya
dilakukan pada perdarahan hebat dan kompresi luar serta dalam tidak efektif
a) Kompresi
aorta hanya boleh dilakukan pada keadaan darurat sementara penyebab perdarahan
sedang di cari
b) Kedua tangan
digunakan : tangan yang satu diletakkan di lipat paha untuk meraba palpasi
ateri temoralis, sementara tangan yang satu membentuk tinju diletakkan diatas
umbilikus dan menekan pelan-pelan kebawah, kearah anterior dari kulumna
vebrikalis
c) Bila palpasi arteri vemoralis menghilang, maka
kompresi pada aorta cukup dan perdarahan akan berhenti
Hasil yang diharapkan yaitu kematian
dan kesakitan akibat perdarahan post partum sekunder menurun. Ibu yang
mempunyai resiko mengalami perdarahan post partum sekunder ditemuka secara dini
dan segera di beri penanganan yang tepat.
STANDAR.23: Penanganan Sepsis Puerperalis
Bidan mampu mengenali secara tepat
tanda dan gejala sepsis puerperalis, serta melakukan pertolongan pertama atau
merujuknya.
Bidan harus :
1. Periksa gejala dan tenda perdarahan post partum sekunder.
2. Pantau dengan hati-hati ibu yang beresiko mengalami perdarahan post partum
sekunder paling sedikit selama 10 hari pertama terhadap tanda-tanda awalnya.
3. Berikan antibiotik
4. Bila kondisi ibu memburuk pasang infus dan segera rujuk
5. Jelaskan dengan hati-hati kepada ibu dan keluarganya tentang apa yang
terjadi
6. Rujuk ibu bersama bayinya (jika mungkin) dan anggota keluarganya yang dapat
menjadi donor darah, jika diperlukan kerumah sakit
7. Observasi dan catat tanda-tanda vital secara teratur, cepat dengan teliti
riwayat perdarahan
8. Berikan suplemen zat besi selama 90 hari kepada ibu yang mengalami
perdarahan post partum sekunder ini.
9. Buat catatan
yang akurat.
STANDAR. 24:
penanganan asfiksia neonaturum
Bidan mampu mengenali dengan tepat
bayi baru lahir dengan asfeksia, serta melakukan resusitasi secepatnya,
mengusahakan bantuan medis yang diperlukan dan memberikan perawatan lanjutan.
Bidan harus :
1. Mengamati tanda atau gejala sepsis puerperalis
2. Saat memberikan pelayanan nifas periksa tanda awal atau gejala infeksi
3. Beri penyuluhan kepada ibu, suami atau keluarganya agar waspada terhadap
tanda atau gejala infeksi dan agar segera mencari pertolongan jika menemukannya
4. Jika diduga sepsis, periksa ibu dari kepala sampai kaki untuk mencari
sumber infeksi
5. Jika uterus nyeri, pengecilan uterus lambat atau terdapat perdarahan
pervaginam, rujuklah segera ibu ke RS dengan infus terpasang
6. Jaka kondisinya gawat dan terdapat tanda/gejala septik syok (suhu 38°c atau
lebih, bau busuk dan nyeri perut) dan terjadi dehidrasi, beri cairan IV dan
antibiotika sesuai dengan ketentuan rujuk ke RS
7. Jika hanya sepsis ringan, ibu tidak terlalu lemah, berikan antibiotika ,
bila tidak ada perbaikan dalam 2x24 jam segera rujuk
8. Pastikan bahwa ibu/bayi dirawat terpisah/jauh dari anggota keluarga
lainnya, sampai infeksi teratasi
9. Cuci tangan dengan seksama sebelum dan sesudah memeriksa ibu/bayi
10. Alat-alat yang
dipakai ibu jangan dipakai untuk keperluan lain,terutama untuk ibu nifas/bayi
lain
11. Beri nasehat
kepada ibu tentang pentingnya kebersihan diri
12. Tekankan pada
anggota keluarga tentang pentingnya istirahat, gizi baik dan banyak minum bagi
ibu
13. Memotivasi ibu
untuk tetap memberikan ASI
14. Lakukan semua
pencatatan dengan seksama
15. Amati ibu
dengan seksama dan jika kondisinya tidak membaik dalam 24 jam, segera rujuk ke
RS.
Tujuan yang diharapkan yaitu
mengenal dengan tepat bayi baru lahir dengan asfiksia,mengambil tindakan yang
tepat dan melakukan pertolongan kegawatdaruratan.
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Standar layanan kesehatan
merupakan suatu alat organisasi untuk menjabarkan mutu layanan kesehatan ke
dalam terminologi operasional sehingga semua orang yang terlibat dalam layanan
kesehatan akan terikat dalam suatu sistem, baik pasien, penyedia layanan
kesehatan, penunjang layanan kesehatan, ataupun manajemen organisasi layanan
kesehatan, dan akan bertanggung jawab dalam menjalankan tugas dan perannya masing-masing.
B. SARAN
Semoga makalah ini bermanfaat
bagi kami sebagai mahasiswi untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai
24 standar mutu pelayanan kebidanan dalam melakukan melakukan
pelayanan kebidanan. Serta bermanfaat bagi institusi/bidan sebagai bahan
pertimbangan untuk perbandingan dalam meningkatkan pelayanan asuhan kebidanan.
DAFTAR
PUSTAKA