Judul : SISTEM ANATOMI ENDOKRIN
link : SISTEM ANATOMI ENDOKRIN
SISTEM ANATOMI ENDOKRIN
MAKALAH
“ SISTEM ANATOMI ENDOKRIN ”
![]() |
Dosen Pembimbing :
Drg. Ratih Damayanti, CHt
Di Susun Oleh :
Ulfi Nur Dewi (01415011)
PRODI DIII KEBIDANAN
STIKES INSAN CENDEKIA HUSADA
BOJONEGORO
2014/2015
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa karena rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “ Sistem Anatomi Endokrin”
Dalam menyusun makalah ini kami tidak dapat lepas dari
kesalahan namun berkat dorongan, didikan dan bimbingan dari semua pihak, maka
kami dapat menyelesaikan makalah ini. Untuk itu kami sebagai penyusun
mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Ibu drg Ratih
Damayanti, CHt ,selaku dosen mutu anatomi
di
STIKES
ICSADA
Bojonegoro
2.
Teman – teman yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini
Kami menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan makalah
ini. Untuk penyempurnaan kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca.
Bojonegoro, 21 Mei
2015
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR
....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan .................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Organ Endokrin ..................................................................................................... 2
B. Kelenjar Hipofisis .................................................................................................. 2
C. Kelenjar Tiroid ....................................................................................................... 4
D. Kelenjar Paratiroid ................................................................................................ 5
E. Kelenjar Timus ....................................................................................................... 6
F. Kelenjar Adrenal .................................................................................................... 6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 8
B. Saran .................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 9
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Pada umumnya, sistem endokrin bekerja untuk mengendalikan
berbagai fungsi fisiologi tubuh, antara lain aktivitas metabolisme,
pertumbuhan, reproduksi, regulasi osmotik, dan regulasi ionik. Kelenjar tanpa
saluran atau kelenjar buntu digolongkan bersama dibawah nama organ endokrin,
sebab sekresi yang dibuat tidak meninggalkan kelenjar melalui satu saluran,
tetapi langsung masuk ke dalam darah yang beredar di dalam kelenjar. Kata
“endokrin” berasal dari bahasa Yunani yang berarti “sekresi ke dalam”; zat
aktif utama dari sekresi internal ini disebut hormon, dari kata Yunani yang
berarti “merangsang”. Beberapa dari organ endokrin menghasilkan satu hormon
tunggal,sedangkan yang lain lagi dua atau beberapa jenis hormon: misalnya
kelenjar hipofisis menghasilkan beberapa jenis hormon yang mengendalikan
kegiatan banyak organ lain, karena itulah maka kelenjar hipofisis dilukiskan
sebagai ”kelenjar pemimpin tubuh”.
Pembentukan sekresi interna adalah suatu fungsi penting,
juga pada organ dan kelenjar lain, seperti insulin dari kepulauan Langerhans di
dalam pankreas, gastrin di dalam lambung, ustrogen dan progesteron di dalam
ovarium dan testosteron di dalam testes.
Pengetahuan tentang fungsi kelenjar-kelenjar didapati dengan
mempelajari efek dari penyakit yang ada di dalamnya dan hal ini biasanya dapat
diterangkan sebagai akibat produksi terlalu banyak atau terlalu sedikit hormon
yang diperlukan.
B. RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana
Anatomi dari organ endokrin?
2.
Bagaimana
Anatomi dari kelenjar hipofisis?
C. TUJUAN PENULISAN
1.
Untuk
mengetahui anatomi dari sistem endokrin.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
ORGAN
ENDOKRIN
Kelenjar
tanpa saluran atau saluran atau kelenjar buntu yang digolongkan bersama di
bawah nama organ endokrin, sebab sekresi yang dibuat tidak meninggalkan
kelenjarnya melalui suatu saluran, tetapi langsung masuk kedalam daraah yang
beredar di dalam jaringan kelenjar. Kata “endokrin” berasal dari bahasa yunani
yang berarti “sekresi ke dalam”, zat aktif utama dari sekresi interna ini
disebut hormon, dari kata yunani yang berarti “merangsang”.
Beberapa organ endokrin menghasilkan satu hormone tunggal, sedangkan yang lain
menghasilkan dua atau beberapa jenis hormone: misalnya kelenjar hipofisiss
menghasilkan beberapa jenis hormone yang mengendalikan kegiatan banyak orang
lain, karena itulah kelenjar hipofisis dilukiskan sebagai “ kelenjar pimpinan
tubuh”. (Pearce, 2011:281)
Beberapa
organ endokrin:
Kelenjar
hipofisis, lobus anterior dan posterior.
Kelenjar
tiroid dan paratiroid.
Kelenjar
suprarenal, korteks dan medulla.
Kelenjar
timus dan barangkali juga badal pineal.
Pembentukan
sekresi interna adalah suatu fungsi penting, juga pada organ dan kelenjar lain,
seperti insulin dari kepulauan Langerhans di dalam pancreas, gastrin di dalam
lambung, ustrogen dan progresteron di dalam ovarium, dan testosterone di dalam
testis. (Pearce, 2011:281)
Pengetahuan
tentang fungsi kelenjar-kelenjar didapati dengan mempelajari efek dari penyakit
yang ada di dalamnya dan hal ini biasanya dapat diterangkan sebagai akibat
produksi terlalu banyak atau terlalu sedikit hormone yang diperlukan. (Pearce,
2011:282)
B.
KELENJAR
HIPOFISIS
Kelenjar
hipofisis terletak di dasar tengkorak, di dalam fosa hipofisis tulang sphenoid.
Kelenjar itu terdiri atas dua lobus, yaitu anterior dan posterior, dan bagian
di antara kedua lobus adalah pars intermedia. Untuk memudahkan mempelajari
fungsinya maka dipandang dua bagian, yaitu lobus anterior dan posterior.
(Pearce, 2011:282)
Lobus anterior
kelenjar hipofisis menghasilkan sejumlah hormone yang bekerja sebagai zat
pengendali produksi sekresi dari semua organ endokrin lain. (Pearce, 2011:282)
Hormon pertumbuhan
(hormone somatotropik) mengendalikan pertumbuhan tubuh (lihat Catatan Klinik,
halaman 288). (Pearce, 2011:282)
Sekresi
growth hormone (GH) oleh sel
somatrotop diatur oleh GHRH dan somatostatrin, keduanya disekresi oleh
hipotalamus. Efeknya meliputi regulasi pertumbuhan dan perkembangan serta
metabolism intermediate. Efek ini
tampaknya dimediasi oleh beberapa factor pertumbuhan. (sarwono, 2011:57)
Prolaktin
Prolaktin
disintesis oleh sel laktotrop dari kelenjar hipofisis anterior, dan sekresinya
berada di bawah kendali inhibitor dari hipotalamus. Identifikasi prolactine-inhibiting factor (PIF) tidak
diketahui dengan jelas. Saat ini, dopamin yang dikeluarkan langsung kedalam
sirkulasi portal hipofisis tampaknya memerankan peran inhibitornya. Namun,
isolasi peptida saat ini dengan aktivitas penghambat prolaktin yang kuat telah
didapatkan. Peptide tersebut merupakan fragmen dari sebuah prohormon yang lebih
besar yang juga termasuk GnRH. Fragmen ini disebut GnRH-associated peptide (GAP). (sarwono, 2011:57)
Meskipun
tidak didapatkan factor sekresi khusus saat ini yang teridentifikasi, namun TRH
merupakan stimulator yang kuat untuk sekresi prolaktin. Prolaktin berhubungan
erat dalam struktur untuk pertumbuhan hormon dan secara umum, dapat memainkan
peran seperti hormon pertumbuhan. Selain itu, prolaktin memainkan peran penting
selama kehamilan untuk perkembangan payudara saat persiapan laktasi. Tampaknya
prolaktin bekerja bersama dengan estrogen dan progesterone untuk menimbulkan
proliferasi saluran dalam payudara (mammary
duct) dan alveoli. Meskipun prolaktin tidak diperlukan untuk pemeliharaan
korpus luteum pada manusia seperti pada spesies lainnya (hewan pengerat), tampaknya
bila terjadi hiperprolaktinemia akan mempengaruhi fungsi reproduksi. Banyak
kasus an-ovulasi atau disfungsi korpus luteum sebagai akibat sekresi yang
berlebihan dari prolaktin. Pada keadaan tersebut, penurunan kadar prolaktin
sampai pada tingkat fisiologis secara
langsung akan memperbaiki masalah reproduksi. (sarwono, 2011:57)
Hormon tirotropik mengendalikan
kegiatan kelenjar tiroid dalam menghasilkan tiroksin.
(Pearce, 2011:282)
Hormon
adrenokortikotropik (ACTH) mengendalikan kegiatan kelenjar
suprarenal dalam menghasilkan kortisol yang berasal dari korteks kelenjar
suprarenal ini. (Pearce, 2011:282)
Hormon gonadotropik:
Hormon
perangsang folikel, (follicle-stimulating
hormon¾
FSH), merangsang perkembangan folikel Graaf di dalam ovarium dan pembentukan
spermatozoa di dalam testis. (Pearce, 2011:282)
Luteinising hormon
(LH) atau interstitial-cell-stimulating-hormon
(ICSH) mengendalikan sekresi ustrogen dan progesterone di dalam ovarium dan
testosterone di dalam testis (lihat halaman 318 dan 326). (Pearce, 2011:282)
Hormon
ketiga dari hormone gonadotropik ini ialah luteotrofin
atau prolactin, mengendalikan sekresi
air susu, dan mempertahankan adanya kospus
luteum selama hamil. (Pearce, 2011:282)
Sekresi lobus posterior. Lobus
posterior kelenjar hipofisis mengeluarkan secret dua jenis hormon: Hormon anti-diuretik (ADH) mengatur
jumlah air yang melalui ginjal, sedangkan hormone oksitosik merangsang
kontraksi uterus sewaktu melahirkan bayi dan pengeluaran air susu sewaktu
menyusui. (Pearce, 2011:283)
C. KELENJAR TIROID
Kelenjar
tiroid terdiri atas dua buah lobus yang terletak di sebelah kanan dan kiri
trakea, dan diikat bersama oleh secarik jaringan tiroid yang disebut ismus tiroid dan yang melintasi trakea
di sebelah depannya. (Pearce, 2011:283)
Struktur.
Kelenjar tiroid terdiri atas sejumlah besar vesikel yang dibatasi epitelium
silinder, mendapat persediaan darah berlimpah, dan yang disatukan jaringan
ikat. Sel itu mengeluarkan secret cairan yang bersifat lekat yaitu koloida
tiroid, yang mengandung zat senyawa yodium; zat aktif yang utama dari senyawa
yodium ini ialah hormone tiroksin. Secret ini mengisi vesikel dan dari sini
berjalan ke aliran darah, baik langsung maupun melalui saluran limfe. (Pearce,
2011:283)
Fungsi.
Sekresi tiroid diatur sebuah hormone dari lobus anterior kelenjar hipofisis,
yaitu hormone tirotropik. (Pearce,
2011:283)
Fungsi
kelenjar tiroid sangat erat bertalian dengan kegiatan metabolic dalam hal
pengaturan susunan kimia dalam jaringan; bekerja sebagai perangsang proses
oksidasi, mengatur penggunaan oksigen, dan dengan sendirinya mengatur
pengeluaran karbon dioksida. (Pearce, 2011:284)
Hiposekresi
(hipotiroidisme). Bila kelenjar tiroid kurang mengeluarkan
secret pada waktu bayi maka mengakibatkan suatu keadaan yang dikenal sebagai kretinisme, berupa hambatan pertumbuhan
mental dan fisik. Pada orang dewasa, kekurangan sekresi mengakibatkan miksudema; proses metabolik mundur dan
terdapat kecenderungan untuk bertambah berat, gerakannya lamban, cara berpikir
dan bicara lamban, kulit menjadi tebal dan kering, serta rambut rontok dan
menjadi jarang. Suhu badannya di bawah normal dan denyut nadi perlahan.
(Pearce, 2011:284)
Hipersekresi. Pada
pembesaran kelenjar dan penambahan sekresi yang disebut hipertiroidisme, semua
simtomnya kebalikan dari miksudema. Kecepatan metabolism naik dan suhu tubuh
dapat lebih tinggi dari normal. Pasien turun beratnya, gelisah dan mudah marah,
kecepatan denyut nadi naik, “cardiac output” bertambah, dan simtom
kardiovaskuler mencakup fibrilasi atrium dan kegagalan jantung. (Pearce,
2011:284)
Pada
keadaan yang dikenal sebagai penyakit Grave atau gondok eksoftalmus, tampak
mata menonjol ke luar. Efek ini disebabkan terlampau aktifnya hormon tiroid.
Adakalanya tidak hilang dengan pengobatan. (Pearce, 2011:284)
D.
KELENJAR
PARATIROID
Di
setiap sisi kelenjar tiroid terdapat dua kelenjar kecil, yaitu kelenjar
paratiroid, di dalam leher. Sekresi paratiroid, yaitu hormone paratiroid,
mengatur metabolism zat kapsul dan mengendalikan jumlah zat kapur di dalam
darah dan tulang. (Pearce, 2011:284)
Hipoparatiroidisma, yaitu
kekurangan kalsium dalam isi darah atau hipokalsemia,
mengakibatkan keadaan yang disebut tetani, dengan gejala khas kejang dan konvulsi,
khususnya pada tangan dan kaki yang disebut karpopedal
spasmus; simtom-simtom ini dapat cepat diringankan dengan pemberian
kalsium. (Pearce, 2011:284)
Hiperparatiroidisma
atau over-aktivitas kelenjar, biasanya ada sangkut pautnya dengan pembesaran
(tumor) kelenjar. Keseimbangan distribusi kalsium terganggu, kalsium
dikeluarkan kembali dari tulang dan dimaksukkan kembali ke dalam serum darah,
dengan akibat terjadinya penyakit tulang dengan tanda-tanda khas beberapa
bagian keropos, yang dikenal sebagai osteitis
fibrosa sistika, karena terbentuk kista pada tulang. Kalsiumnya diendapkan
di dalam ginjal dan dapat menyebabkan batu ginjal dan kegagalan ginjal.
(Pearce, 2011:285)
E.
KELENJAR
TIMUS
Kelenjar
timus terletak di dalam toraks, kira-kira pada ketinggia bifurkasi trakea.
Warnanya kemerah-merahan dan terdiri atas dua lobus. Pada bayi yang baru lahir
sangat kecil dan beratnya kira-kira 10 gram atau lebih sedikit. Ukurannya bertambah,
pada masa remaja beratnya dari 30 sampai 40 gram, dan kemudian mengerut lagi.
Fungsinya belum diketahui, tetapi diperkirakan ada hubungannya dengan produksi
antibodi. (Pearce, 2011:286)
F.
KELENJAR
ADRENAL
Kelenjar adrenal dan kelenjar suprarenalis terletak di atas
kutub sebelah atas setiap ginjal. Kelenjar adrenal terdiri atas bagian luar
yang berwarna kekuning-kuningan yang disebut korteks dan yang menghasilkan kortisol (hidrokortison), dengan rumus
yang mendekati kortison, dan atas bagian medulla di sebelah dalam yang
menghasilkan adrenalin (epifirin) dan
noradrenalin (norepifrin). (Pearce,
2011:286)
Zat-zat
tadi disekresikan di bawah pengendalian sistem persarafan simpatis. Sekresinya
bertambah dalam keadaan emosi, seperti marah dan takut, serta dalam keadaan
asfiksia dan kelaparan. Pengeluaran yang bertambah itu menaikkan tekanan darah
guna melawan shok yang disebabkan kegentingan ini. (Pearce, 2011:286)
Noradrenalin menaikkan
tekanan darah dengan jalan merangsang serabut otot di dalam dinding pembuluh
darah untuk berkontraksi. Adrenalin membantu metabolisme karbohidrat dengan
jalan menambah pengeluaran glukosa dari hati. (Pearce, 2011:286)
Beberapa
hormon terpenting yang disekresikan korteks adrenal adalah hidrokortison,
aldosterone, dan kortikosteron, yang semuanya bertalian erat dengan metabolisme
pertumbuhan, fungsi ginjal, dan tonus otot. Semua fungsi ini menentukan jalan
hidup. (Pearce, 2011:286)
Pada
insufisiensi adrenal (penyakit
Addison), pasien menjadi kurus dan tampak sakit dan makin lemah, terutama
karena tidak adanya hormon ini, sedangkan ginjal gagal menyimpan natrium,
karena mengeluarkan natrium dalam jumlah terlampau besar. Penyakit ini diobati
dengan kortison. (Pearce, 2011:286)
Kepulauan Langerhans pada
pancreas membentuk organ endokrin yang menyekresikan insulin, yaitu sebuah hormone antidiabetika,
yang diberikan dalam pengobatan diabetes. Insulin adalah sebuah protein yang
dapat turut dicernakan oleh enzim-enzim pencerna protein dan karena itu tidak
diberikan melalui mulut melainkan dengan suntikan subkutan. Insulin
mengendalikan kadar glukosa dan bila digunakan sebagai pengobatan dalam hal
kekurangan, seperti pada diabetes, akan memperbaiki kemampuan sel tubuh
mengabsorpsi dan menggunakan glukosa dan lemak. (Pearce, 2011:287)
Secara klinik, defisiensi (kekurangan)
insulin mengakibatkan hiperglikemia yaitu kadar gula darah yang tinggi,
turunnya berat badan, lelah dan poliuria (sering buang air kecil), disertai
haus, lapar, kulit kering, mulut dan lidah kering. Akibatnya juga ketosis serta
asidosis dan kecepatan bernapas bertambah. (Pearce, 2011:287)
Keadaan
sebaliknya ialah hipoglikemia, atau
kadar gula darah rendah, dapat terjadi sebagai akibat kelebihan dosis insulin; atau karena pasien tidak makan makanan
(atau muntah barangkali) sesudah suntikan insulin, sehingga kelebihan insulin
dalam darahnya menyebabkan koma
hipoglikemia. (Pearce, 2011:287)
Demikianlah
maka koma pada seorang pasien dengan
diabetes dapat disebabkan tidak adanya insulin, atau terlampau banyak insulin
(koma hipoglikemia) yang diobati dengan glukosa. (Pearce, 2011:287)
Kelenjar pinealis berbentuk kecil merah seperti buah cemara dan terletak dekat korpus kalosum. Fungsinya belum terang. Kelenjar lain yang menghasilkan sekresi interna penting adalah pancreas, dan kelenjar kelamin. (Pearce, 2011:288)
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem
saraf, mengontrol dan memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama
bekerja untuk mempertahankan homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain
saling berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu. Sistem
endokrin memiliki fungsi untuk mempertahankan hemoestatis, membatu
mensekresikan hormon-hormon yang bekerja dalam sistem persyarafan, pengaturan
pertumbuhan dan perkembangan dan kontrol perkembangan seksual dan reproduksi.
hormon merupakan senyawa kimia khsus diproduksi oleh kelenjar endokrin tertentu.
terdapat hormon setempat dan hormon umum.
B. SARAN
Demikian yang dapat kami paparkan
mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih
banyak kekurangan dan kelemahan karena terbatasnya pengetahuan dan kekurangan rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah
yang kami susun tersebut. Kami selaku penulis banyak berharap para pembaca sudi memberikan kritik dan saran yang tentunya membangun kepada kami, demi mencapainya.
Semoga
makalah ini dapat menjadi referensi bagi semua pihak untuk dapat lebih
mengembangkan Sistem Anatomi Endokrin dan dapat pula mengerti dan paham akan
larangan-larangan serta lebih bertakwa dan beriman kepada Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kandungan Edisi Ketiga. Jakarta. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Pearce, Evelyn C. 2011. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.
Jakarta. Gramedia Pustaka Umum.